Pembakaran 30 Rumah di Dogiyai Diduga Terkait Motif Politik
Pendataan terakhir, terdapat 30 bangunan yang dibakar orang tak dikenal pada Minggu malam hingga Senin dini hari di ibu kota Kabupaten Dogiyai, Papua. Diduga ada motif politik di balik aksi itu.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·2 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Jumlah rumah yang dibakar di Distrik Kamu, Kabupaten Dogiyai, Papua, oleh oknum tak dikenal mencapai 30 rumah. Motif di balik aksi itu diduga berkaitan dengan unsur politik, yakni penolakan kehadiran polres, kodim, hingga pemekaran wilayah Papua.
Kapolres Dogiyai Komisaris Polisi Bambang Suranggono saat dihubungi pada Selasa (24/5/2022) membenarkan adanya indikasi motif politik di balik aksi tersebut. Pembakaran 30 rumah ini terjadi pada Minggu malam hingga Senin dini hari.
Pembakaran pertama terjadi pada satu rumah oleh oknum tak dikenal di Kampung Kimupugi pada Minggu sekitar pukul 22.00 WIT. Setelah itu, sekelompok orang membakar 29 rumah lainnya di Kampung Ikebo dan Kampung Kimupugi. Aksi pembakaran yang kedua terjadi sekitar pukul 02.00 WIT.
”Hingga saat ini kami masih menyelidiki para pelaku yang terlibat di balik aksi ini. Perbuatan mereka diduga bukan murni aksi kriminalitas, tetapi adanya unsur politik,” ujar Bambang.
Bambang menuturkan, pembakaran tersebut telah membuat 180 warga mengungsi ke sejumlah lokasi, seperti gereja dan markas TNI-Polri. Warga juga mengungsi ke Kabupaten Nabire yang bertetangga langsung dengan Dogiyai.
”Situasi di Dogiyai telah kondusif, tetapi status keamanan masih siaga satu. Warga mengungsi karena masih merasakan trauma dengan peristiwa tersebut dan rumahnya telah habis terbakar,” tutur Bambang.
Kini masyarakat ketakutan konflik akan terus terjadi dengan tambahan pasukan dari luar Dogiyai. (Bastian Tebai)
Sementara itu, Kepala Bidang Humas Polda Papua Komisaris Besar Ahmad Mustofa Kamal mengatakan, 105 personel gabungan TNI-Polri telah tiba di Dogiyai pada Selasa ini. Mereka terdiri dari 30 personel TNI dari Yonif RK 753/AVT, 32 personel Brimob Polda Papua, dan 43 personel Polres Nabire.
”Kehadiran 105 personel gabungan TNI-Polri untuk memastikan situasi Dogiyai kembali kondusif. Masyarakat setempat pun dapat beraktivitas kembali dengan aman,” kata Ahmad.
Bastian Tebai, salah seorang warga Dogiyai, mengungkapkan, situasi keamanan di ibu kota kabupaten tersebut masih mencekam. Warga tidak berani beraktivitas seperti biasa dan memilih berada di rumah saja.
”Banyak toko yang menjual barang kebutuhan pokok tutup. Kondisi ini menyebabkan warga kesulitan mendapatkan pasokan barang kebutuhan pokok,” kata Bastian.
Ia berharap situasi di Dogiyai kembali kondusif dan konflik tidak semakin meluas. ”Kini masyarakat ketakutan konflik akan terus terjadi dengan tambahan pasukan dari luar Dogiyai,” tambahnya.