Kurikulum Diarahkan Berbasis Proyek, SMK Dituntut Lahirkan Wirausaha Baru
Pendidikan di SMK dirancang menggunakan kurikulum baru berbasis proyek riil. Dengan metode ini, lulusan SMK diharapkan lebih siap kerja dan bahkan bisa menjadi wirausaha baru.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Pendidikan sekolah menengah kejuruan bakal diselenggarakan berbasis proyek riil dengan melibatkan industri pengguna. Dengan upaya ini, lulusan-lulusan SMK diharapkan benar-benar terbiasa bekerja langsung di lapangan.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, dan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Wikan Sakarinto mengatakan, pembelajaran berbasis proyek yang dijalankan di sekolah diharapkan juga dapat mendorong lulusan SMK memiliki kemampuan lebih sebagai wirausaha muda.
”Dengan menerapkan pola pendidikan berbasis proyek ini, pendidikan SMK nantinya pasti juga akan melahirkan wirausaha-wirausaha baru berbasis teknologi dan inovasi yang semuanya dapat menjadi mitra industri,” ujar Wikan ditemui di sela-sela penandatanganan perjanjian kerja sama antara mitra dunia usaha dan dunia industri dengan Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek di Hotel Puri Asri, Kota Magelang, Jawa Tengah, Jumat (20/5/2022).
Wikan mengatakan, upaya ini diharapkan semakin menekan angka pengangguran dari lulusan SMK yang sebelumnya kerap tidak terserap dunia industri. Pembelajaran berbasis proyek riil inilah yang kemudian dituangkan dalam kurikulum baru untuk SMK dan pada tahun ini mulai dijalankan di 5.554 sekolah dari total SMK di Indonesia sekitar 14.000 sekolah.
Adapun SMK yang dipilih menjalankan kurikulum baru adalah SMK besar yang memiliki sarana prasarana lengkap dengan jumlah siswa sekitar 70 persen dari seluruh pelajar SMK di Indonesia.
Dengan pembelajaran berbasis proyek riil ini, menurut dia, siswa akan dilatih belajar mencari proyek, menghitung biaya operasional, keuntungan, hingga memasarkan dan menjalin interaksi dengan konsumen. ”Dengan proses pembelajaran ini, siswa akan dilatih terbiasa melakukan segala aktivitas produksi hingga terbiasa ditolak atau dikritik konsumen,” ujarnya.
Proses pembelajaran ini sekaligus akan melatih dan membentuk soft skill, hard skill, mental, karakter, dan budaya kerja. Menurut Wikan, kurikulum baru ini sengaja disusun lebih adaptif dan lincah, menyesuaikan kebutuhan dunia usaha serta industri. Kurikulum tersebut bertujuan mengubah pola pendidikan berdasarkan kurikulum lama yang cenderung merupakan pembelajaran kognitif dan lebih banyak mengutamakan teori.
Wikan menerangkan, pada kurikulum baru ini juga masih terdapat mata pelajaran teori. Namun, sesuai konsep pembelajaran berbasis proyek, teori yang diberikan harus kontekstual dan berhubungan dengan kebutuhan. ”Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, misalnya, tugas yang diberikan bukan lagi tugas membuat puisi atau sajak. Tugas yang tepat untuk siswa SMK, misalnya, bisa berupa tugas membuat materi presentasi untuk pelanggan,” ujarnya.
Perubahan kurikulum, kata Wikan, juga harus disertai dengan mengubah pola pemikiran guru sehingga tidak melulu terfokus mengajarkan teori. Dalam kegiatan pembelajaran, para siswa diberi ruang seluas-luasnya untuk mendapatkan proyek. Namun, dalam hal ini, guru diminta untuk menahan diri.
”Biarlah para siswa semakin cerdas dan berkembang. Para guru jangan ikut-ikutan bersaing mencari proyek,” ujarnya.
Sementara itu, General Manager PT Komatsu Indonesia Rofi’ur Salam dalam kesempatan sama mengatakan, setiap tahun, pihaknya selalu membuka program magang bagi siswa SMK.
Sekalipun memiliki kemampuan bekerja, banyak siswa dinilainya memiliki kelemahan dalam hal budaya kerja. Para siswa SMK sering kali kurang disiplin menjalankan aturan yang berlaku di pabrik.
”Materi yang membutuhkan pemahaman bisa kami jelaskan. Namun, banyak siswa SMK, anak-anak dari generasi milenial ini, sebenarnya mengetahui aturan dan mekanisme yang berlaku, tetapi tetap tidak mau menjalankan,” ujarnya.
Kelemahan ini, menurut dia, bisa ditekan dengan menerapkan aturan sistem kerja pabrik di sekolah. Konsep ini sudah disampaikannya kepada 55 SMK yang menjadi mitra PT Komatsu dan banyak disambut baik. ”Di sebagian sekolah tersebut, situasi pembelajaran sudah diatur sehingga siswa seperti benar-benar masuk dan bekerja di pabrik,” ujarnya.