Di sepanjang kawasan heritage Jalan Gajah Mada, Kota Denpasar, hidup kenangan dan jejak perkembangan kota. Keberadaan kedai kopi melengkapi kehidupan kawasan pusat kota.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·5 menit baca
”Setiap pagi bangun dari tidur, sudah pasti ngopi,” ujar Aan. Perempuan berusia 41 tahun yang bekerja di kantor cabang sebuah perusahaan swasta berbasis di Jakarta tersebut. Ia sudah mengenal kopi sejak umur 17 tahun dan masih duduk di bangku sekolah menengah atas.
Kala bersua di toko kopi Bhineka Djaja di kawasan Jalan Gajah Mada, Kota Denpasar, Jumat (6/5/2022), Aan sedang menikmati segelas kopi. Seorang kawannya, Maya, menemani Aan mengisi waktu menjelang siang itu. Seperti halnya Aan, Maya yang merupakan seorang fotografer lepas di Kota Denpasar itu juga mengaku rutin meminum kopi setiap pagi hari.
”Bagiku, tidak ada kopi yang khusus,” ujar Maya menimpali perbincangan. ”Tetapi, kopi di Bhineka Djaja ini memang enak. Terasa benar kopi Balinya,” katanya menambahkan.
Sejak 2008, kawasan di sepanjang Jalan Gajah Mada ditetapkan sebagai kawasan kota pusaka atau kawasan heritage di Kota Denpasar.
Bagi sebagian warga Kota Denpasar, warung kopi Bhineka Djaja sudah menjadi tempat langganan untuk menyeruput kopi Bali. Warung kopi, sekaligus toko kopi Bhineka Djaja sudah setia menyajikan dan menjual kopi Bali selama tiga generasi.
Pemilik Bhineka Djaja Wirawan Tjahjadi menuturkan, warung kopi Bhineka Djaja menjadi pelopor usaha kopi di Kota Denpasar. Toko sekaligus warung kopi itu dibuka kakek Wirawan, yakni Bian Ek Hoo pada 1935. Lokasinya tetap di kawasan Jalan Gajah Mada tersebut.
Usaha kopi dan toko kopi Bhineka Djaja saat ini masih dijalankan Wirawan. ”Kami terus mempertahankan usaha kopi ini,” kata dia ditemui di toko kopinya, Jumat (6/5). ”Kami merasa bangga karena kami menjadi pelopor kopi sejak 1935”.
Selain menjual minuman kopi, Bhineka Djaja juga memproduksi kopi bubuk Bali bermerek Kupu-Kupu Bola Dunia. ”Tujuan orangtua kami membuka toko kopi adalah untuk mengenalkan kopi yang bermutu agar orang mengenal cita rasa kopi,” ujarnya.
Di kawasan Jalan Gajah Mada juga terdapat sejumlah warung atau kedai kopi lain dengan nuansa yang lebih kekinian. Satu di antaranya warung kopi Gajah Mada yang juga berlokasi di Jalan Gajah Mada. Warung kopi itu buka sampai malam, berbeda dengan Bhineka Djaja yang sudah tutup pada sore hari.
Bagi Indra (31), kehadiran warung kopi yang buka hingga malam memberinya pilihan tempat untuk nongkrong bersama istrinya, Ayu Veda, atau bersama teman-teman di kantornya sepulang kerja di perusahaan milik pemerintah.
”Saya tidak memilih jenis kopi. Asalkan (kopinya) enak,” ujar Indra di warung kopi Gajah Mada, Kamis (5/5). Ia memilih tempat ngopi yang tidak terlalu ramai dengan alasan ingin menikmati kopi sambil mengerjakan tugas kantor atau tugas kuliah.
Kehadiran kedai atau warung kopi yang baru di seputaran Jalan Gajah Mada, menurut Wirawan, menjadi pesaing bagi usahanya. Di sisi lain, ia mengakui bertumbuhnya warung kopi baru tersebut memberikan kesempatan lebih luas untuk mengenalkan cita rasa kopi dan juga pilihan bagi penikmat kopi untuk meneguk kopi sesuai selera.
Kawasan kota pusaka
Deretan toko dan tempat usaha menjadi pemandangan khas kota tua kala melintasi ruas Jalan Gajah Mada. Di antara deretan toko ataupun tempat usaha di sepanjang itu terselip kenangan akan cita rasa kopi Bali. Masih di seputaran kawasan pusat kota Denpasar tersebut, pilihan minuman kopi kekinian juga dapat dinikmati di sejumlah kedai kopi lain.
Sebut saja kedai kopi Ritual Kopi di Jalan Arjuna atau Kopi Veteran di Jalan Veteran. Setiap kedai kopi itu menawarkan seduhan kopi dan juga minuman lain. Bagi Ica (24), Widi (26), Wika (22), dan Harta (24), keberadaan warung kopi itu menyediakan tempat berkumpul yang menyegarkan. ”Kedai kopi ini menjadi tempat pilihan nongkrong selain kami kumpul-kumpul di rumah,” kata Ica ketika bersama kawan-kawannya berkumpul di Ritual Kopi di Jalan Arjuna, Kota Denpasar, Kamis (5/5/2022).
Manajer operasional Ritual Kopi Agus Erianto (34) mengungkapkan, kopi tetap menjadi daya tarik yang mengundang pembeli untuk mendatangi kedai kopi, meskipun tidak semua pembeli akan memesan minuman kopi di kedai tersebut. Oleh karena itu, tidak sedikit kedai kopi juga menyediakan pilihan menu minuman lain.
”Namun, anak-anak muda sekarang juga sudah biasa menikmati minuman kopi yang berkualitas,” ujar Agus.
Kolumnis budaya dan sosial, I Made Sudira (74), menuturkan, kawasan Jalan Gajah Mada dan sekitarnya dikenal sebagai downtown atau pusat kotanya Denpasar sedari masa 1920-an. Keberadaan kawasan Jalan Gajah Mada sebagai jantungnya Kota Denpasar dilengkapi dengan pembukaan akomodasi wisata Bali Hotel di Jalan Veteran pada 1927.
”Masyarakat di Kota Denpasar, yang saat itu masih menjadi satu dengan Kabupaten Badung, kerap berjalan-jalan di seputaran Gajah Mada karena di sana banyak dagang dan tempat berkumpul,” ujar Sudira, yang lebih dikenal dengan nama penanya, Aridus.
Ruas Jalan Gajah Mada sepanjang lebih kurang 700 meter. Di kiri dan kanan jalan berdiri lebih dari 100 toko atau tempat usaha yang masih menyisakan nuansa kota lama. Di kawasan Gajah Mada juga terdapat dua kompleks pasar tradisional, yakni Pasar Badung dan Pasar Kumbasari. Aliran Tukad (Sungai) Badung seolah-olah membelah kedua bangunan pasar tersebut.
Sejak 2008, kawasan di sepanjang Jalan Gajah Mada ditetapkan sebagai kawasan kota pusaka atau kawasan heritage di Kota Denpasar. Jalan Gajah Mada yang mengarah ke timur menuju Catur Muka Kota Denpasar, yang menjadi titik nol kilometer Kota Denpasar. Tidak jauh dari Catur Muka Kota Denpasar, berdiri anggun Hotel Inna Bali Heritage di Jalan Veteran.
Menurut Sudira, Hotel Inna Bali Heritage merupakan akomodasi wisata tertua di Bali dan menjadi ikon pariwisata Bali sejak zaman pemerintah kolonial. Hotel Bali dibangun tahun 1927 oleh Belanda, kemudian dikelola perusahaan pelayaran Kerajaan Belanda atau Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM). ”Aktor film Charlie Chaplin dikabarkan pernah menginap di Hotel Bali ketika dia berkunjung di Bali,” kata Sudira.
Dalam laman Cagarbudaya.kemdikbud.go.id disebutkan, Charlie Chaplin pernah menginap di Hotel Bali itu. Begitu pula sejumlah tokoh dunia, di antaranya Mahatma Gandhi, Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru, Ratu Elizabeth, dan Presiden Pertama RI Soekarno. Pada masanya, Hotel Bali juga digunakan sebagai tempat pertemuan penting.
Sudira menambahkan, selain Hotel Inna Bali Heritage, kawasan kota Gajah Mada juga masih menyisakan toko-toko lama yang masih bertahan hingga sekarang. Toko kopi Bhineka Djaja termasuk toko lama di kawasan itu yang masih bertahan melintasi zaman.
Jadi, ke Bali mencari kopi? Jangan lupakan Jalan Gajah Mada.