Kontes batu akik di Purbalingga diharapkan bisa mengangkat lagi pamor batu akik sekaligus mengungkit perekonomian rakyat. Di daerah ini, batu yang sempat dikenal dan diburu yakni batu klawing.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·2 menit baca
Pemerintah Kabupaten Purbalingga bekerja sama dengan komunitas pencinta batu akik, Forum Klawing Bersatu, serta didukung sejumlah pihak lain menggelar kontes batu akik bertajuk ”Klawing Gems Competition”. Kontes ini diharapkan jadi momentum membangkitkan lagi pamor batu akik khas Purbalingga, seperti batu Nogosui dan Pancawarna, yang berasal dari Sungai Klawing.
”Dulu saat booming-nya batu akik sekitar 2017, sebulan bisa dapat uang sampai Rp 10 juta. Sekarang sebulan tidak sampai Rp 500.000,” tutur Triyono (35), pehobi sekaligus pencari batu akik yang ikut kontes di Taman Sanggaluri, Purbalingga, Jawa Tengah, Kamis (19/5/2022).
Triyono menyampaikan, dulu dirinya bisa melayani pemotongan batu sampai 2.000 lempeng per hari. ”Harga batuan Rp 150.000–Rp 200.000 per lempeng. Saya cari batu secara manual menyusuri sungai setelah banjir dan pakai cangkul atau kapak,” tuturnya.
Ketua Umum Forum Klawing Bersatu Fauzi Imron menyampaikan, di Purbalingga sedikitnya ada 250 pencinta batu akik. Menurut dia, animo pada batuan akik saat ini mati suri dan berharap ajang berskala nasional tersebut bisa kembali mengungkit pamor batu akik Purbalingga.
”Ini halalbihalal insan perbatuan Indonesia. Di hari pertama ini khusus kelas newbie (pemula). Ada 199 kelas lomba batu Klawing. Newbie artinya batu-batu yang belum pernah naik kontes. Jika batu bisa menang kontes, harganya bisa naik sampai 100 kali lipat atau sekitar Rp 50 juta sampai Rp 100 juta,” tutur Fauzi.
Fauzi memberi contoh, di kelas Klawing Nogosui Klasik, unsur penilaiannya antara lain material dari Sungai Klawing, warna dasar adalah hijau dan merah. ”Itu harus hijau-merah saja, lalu unsur lain yang dinilai adalah polesannya, serta keindahannya,” ujarnya.
Tidak merusak
Fauzi juga mengimbau dan mengingatkan para pencari batu akik tetap menggunakan cara-cara manual dalam mengumpulkan batuan akik supaya tidak merusak daerah aliran Sungai Klawing. ”Kami tidak memakai alat berat. Carinya secara manual, misalnya jalan-jalan di tepian sungai, lalu juga naik ke gunung-gunung yang ada batuan Klawing. Jadi sambil mencari batuan, juga sambil konservasi alam,” katanya.
Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi mengatakan, kontes yang digelar hingga Minggu (22/5/2022) ini diharapkan bisa mengungkit perekonomian masyarakat yang sudah 2,5 tahun diterpa pandemi Covid-19. Selain itu, kehadiran pencinta batu akik dari beberapa kota, misalnya Aceh, Jakarta, Surabaya, ke Purbalingga, juga bisa menambah okupansi hotel setempat.
”Ke depannya kontes seperti ini akan digelar rutin setahun sekali. Selain itu, nantinya batuan ini juga bisa dijual di Taman Kota Usman Janatin sebagai oleh-oleh atau cendera mata selain batik khas Purbalingga,” tutur Pratiwi.