Menjaga Momentum Pemulihan Ekonomi Jatim
Ekonomi Jatim kembali ke zona positif pada kuartal I-2022 seiring melandainya pandemi Covid-19. Kinerja ekspor juga berikan sinyalemen menggembirakan. Momentum pemulihan ekonomi ini terus dijaga dengan beragam daya.
Ekonomi Jawa Timur kembali ke zona positif pada kuartal I-2022 seiring melandainya pandemi Covid-19. Kinerja ekspor juga memberikan sinyalemen menggembirakan pada April lalu. Momentum pemulihan ekonomi di bumi Majapahit ini terus dijaga dengan beragam daya demi meningkatkan kesejahteraan warganya.
Badan Pusat Statistik Jatim mencatat perekonomian di provinsi berjuluk ”Brang Wetan” ini tumbuh 5,20 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kinerja ekonomi Jatim menjadi penyumbang terbesar kedua perekonomian di Pulau Jawa dengan kontribusi 25,10 persen. Posisi Jatim berada di bawah DKI Jakarta yang menyumbang 29,5 persen.
Dari sisi produksi dan berdasarkan struktur lapangan usaha, perekonomian di bumi Majapahit ini masih didominasi industri pengolahan sebesar 31,22 persen, diikuti perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 18 persen. Selain itu, pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 10 persen, serta konstruksi sebesar 8 persen.
Hal ini menandakan, aktivitas dunia usaha di dalam negeri mulai pulih dari tekanan dampak pandemi Covid-19. Sementara itu, berdasarkan sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi tertinggi ditopang oleh komponen ekspor luar negeri yang mencatatkan angka 35,97 persen.
Baca juga: Jatim Bertekad Bangkit lewat Pemulihan Ekonomi
Kinerja ekspor semakin membaik pada April 2022. Kepala BPS Jatim Dadang Hardiwan, Selasa (17/5/2022), mengatakan, nilai ekspor selama sebulan mencapai 2,20 miliar dollar AS. Nilai itu mengalami kenaikan 1,33 persen dibandingkan Maret 2022 dan meningkat 13,19 persen dibandingkan April tahun lalu.
”Ekspor nonmigas mencatatkan angka 2,09 miliar dollar AS atau berkontribusi sebesar 95 persen terhadap total transaksi. Adapun ekspor migas hanya 108,7 juta dollar AS atau menyumbang sekitar 4,92 persen,” ujar Dadang.
Berdasarkan komoditasnya, ekspor Jatim didominasi lemak dan minyak hewan/nabati, kayu dan barang dari kayu, tembaga, perhiasan atau permata, bahan kimia organik, serta ikan dan udang. Selain itu, berbagai produk kimia, daging dan ikan olahan, kertas/karton, serta perabot dan penerangan rumah.
Di sisi lain, Satgas Penanganan Covid-19 Jatim melaporkan situasi pandemi semakin melandai yang ditandai antara lain dengan rendahnya penambahan kasus harian, rendahnya tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit rujukan, dan kecilnya tingkat kematian pasien. Sebaliknya, capaian vaksinasi Covid-19 terus meluas sehingga kekebalan komunal masyarakat semakin kuat.
Data per 17 Mei 2022, penambahan kasus baru Covid-19 di Jatim hanya 18 dengan jumlah kasus aktif 148 kasus atau 0,03 persen dari angka kumulatif sebanyak 575.930 kasus. Tingkat keterisian RS rujukan Covid-19 di Jatim untuk ruang perawatan intensif 3 persen dan isolasi biasa 2 persen. RS darurat dan tempat isolasi terpadu nihil pasien.
Baca juga: Pengusaha Jatim Ingin Percepatan Pemulihan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi yang telah kembali ke zona positif ditopang dengan kinerja ekspor yang menggembirakan tentunya merupakan momentum yang baik untuk memulihkan kondisi ekonomi makro Jatim yang selama dua tahun belakangan ini tertekan kinerjanya karena dampak pandemi Covid-19. Hal itu juga selaras dengan semangat Optimis Jatim Bangkit yang digelorakan oleh pemerintah provinsi.
Meski demikian, upaya menjaga momentum pemulihan ekonomi Jatim tidak bisa dilakukan sembarangan. Strategi yang diterapkan harus benar-benar tepat sasaran agar fase pemulihan berjalan sesuai harapan, salah satunya memutar roda ekonomi semakin kencang untuk menciptakan kesejahteraan yang lebih luas dan merata.
Gubernur Jatim Khoifah Indar Parawansa mengatakan, strategi yang diterapkan antara lain memberikan relaksasi dan insentif ekonomi bagi pelaku usaha agar segera bangkit. Cara lain, terus mendorong kinerja perdagangan luar negeri dengan menggali dan memperkaya komoditas-komoditas potensial di pasar ekspor.
”Seluruh kepala daerah atau bupati dan wali kota di 38 kabupaten dan kota sudah saya minta menemukenali komoditas potensial di wilayah masing-masing,” ujar Khofifah.
Salah satu komoditas ekspor terbaru dari Jatim adalah kopi produksi masyarakat Desa Wonosalam, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang. Kopi bercita rasa excelsa tersebut diekspor perdana ke Malaysia dengan volume 12 ton, Selasa (10/5/2022).
Kopi bercita rasa excelsa Wonosalam diekspor perdana ke Malaysia dengan volume sebesar 12 ton.
”Pendampingan diberikan mulai dari pengadaan bibit, cara tanam, penggunaan teknologi, bantuan alat, hingga hilirisasi usahanya,” kata Kepala Perwakilan BI Jatim Budi Hanoto.
Selain Pemerintah Provinsi Jatim dan institusi pemerintah lainnya, upaya mengembangkan perdagangan luar negeri untuk memacu pemulihan ekonomi juga dilakukan oleh kalangan perguruan tinggi. Salah satunya, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) yang mengekspor tanaman hias ke Amerika Serikat.
Rektor Umsida Hidayatulloh mengatakan, pada ekspor perdana yang dilakukan Rabu (11/5/2022), pihaknya mengirimkan sekitar 2.500 bibit tanaman hias jenis Calladium ke Houston, AS. Kegiatan ekspor ini ditangani oleh unit bisnis PT Umsida Sinergi Utama (USU).
”Ekspor ini diharapkan menjadi ceruk pasar baru bagi masyarakat, terutama pelaku bisnis tanaman hias, di tengah kondisi pasar lokal yang belum sepenuhnya pulih,” kata Hidayatullah.
Direktur PT USU Hasan Ubaidillah mengatakan, pengembangan bisnis tanaman hias kualitas ekspor menjadi salah satu fokus Umsida dalam upaya membantu meningkatkan taraf ekonomi masyarakat melalui nilai tambah yang diperoleh. Selain itu, membantu pemerintah menciptakan lapangan usaha dan mengatasi masalah ketenagakerjaan.
Sementara itu, Ketua Kamar Dagang dan Industri Jatim Adik Dwi Putranto mengatakan, tingginya pertumbuhan ekonomi selama Januari-Maret 2022 mengindikasikan keberhasilan provinsi untuk bangkit dari pandemi. Sinyalemen positif ini menjadi angin segar bagi seluruh elemen masyarakat.
Normalnya kembali aktivitas ekonomi memberikan harapan besar terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Lapangan usaha kembali terbuka, pendapatan usaha merangkak naik, dan pada akhirnya kesejahteraan masyarakat menjadi lebih baik.
Menurut Adik, meski berdasarkan data BPS Jatim sejumlah sektor telah mengalami peningkatan kinerja yang cukup tinggi, sebenarnya belum maksimal. Sektor-sektor unggulan, seperti industri pengolahan, manufaktur, dan perdagangan, di Jatim masih bisa dipacu kinerjanya menjadi lebih tinggi.
”Hal itu karena kapasitas produksi yang terpakai saat ini rata-rata masih 80 persen. Di sisi lain, masih ada sektor industri potensial yang belum dimaksimalkan, seperti pariwisata. Padahal, sektor ini bisa menjadi pemantik bagi kebangkitan sektor lain, seperti akomodasi dan perhotelan, serta UMKM,” ujar Adik.
Potensi pengembangan di sektor industri pariwisata didasarkan pada tingginya animo masyarakat untuk bepergian atau melakukan perjalanan wisata selama libur Lebaran lalu. Bahkan, animo bepergian itu berlanjut dengan banyak kegiatan silaturahmi yang digelar di luar kota.
Sebagai pengusaha, Adik berpendapat menjaga momentum pemulihan ekonomi Jatim sangat penting. Setidaknya hal itu bisa menjadi modal mengejar target pertumbuhan sebesar 5-5,8 persen pada 2022. Strateginya antara lain memacu produksi dalam negeri, meningkatkan pengeluaran melalui perdagangan luar negeri, dan menjaga laju inflasi.
Bicara tentang perdagangan luar negeri, Adik menargetkan, 10 dari 6.000 lebih badan usaha milik desa (BUMDes) di Jatim bisa menembus pasar ekspor di tahun depan. Untuk mencapai target tersebut, pembinaan dan pendampingan dilakukan tahun ini oleh Rumah Kurasi dan Export Center Surabaya.
Direktur Rumah Kurasi Setyohadi mengatakan, keberadaan BUMDes menjadi salah satu solusi meningkatkan taraf ekonomi masyarakat desa. Oleh karena itu, pihaknya berkomitmen membantu BUMDes naik kelas sehingga produk yang dihasilkan bisa diterima di pasar lokal dan pasar luar negeri.
Pihaknya telah menyeleksi dari 6.000 BUMDes menjadi 60 BUMDes yang memiliki potensi ekspor. Dari 60 BUMDes tersebut, diseleksi kembali sehingga diperoleh 10 BUMDes yang akan dibina. Selain itu, ada dua BUMDes yang menjadi percontohan, yakni BUMDes Pahala Desa Srowo, Kecamatan Sidayu, Kabupaten Gresik, dengan produk unggulan kerupuk olahan ikan laut dan BUMDes Makmur Desa Sumbertangkil, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang, dengan produk olahan kopi.
BUMDes Pahala, misalnya, menaungi 50 perajin kerupuk dengan kapasitas produksi total mencapai 1 ton per hari dengan kebutuhan ikan laut sebanyak 2 ton per hari. Dari 50 pelaku UMKM, sebanyak 50 persennya sudah memiliki izin usaha (PIRT) dan sertifikat halal. Sisanya, 50 persen lagi, masih dalam proses pengurusan izin usaha.
Adik Dwi Putranto mengatakan, melandainya pandemi Covid-19 harus dimanfaatkan secara optimal untuk memulihkan kinerja ekonomi makro di Jatim. Momentum pemulihan ekonomi pun harus dijaga ketat agar tak kembali terdepresiasi ke zona negatif hingga situasinya nasional dan global benar-benar stabil.