Suka Cita Perjalanan Wisata Berakhir Duka
Kecelakaan fatal bus wisata PO Ardiansyah di Tol Surabaya-Mojokerto, Senin (16/5/2022), mengakibatkan 14 orang meninggal dan 19 orang terluka. Tanpa kesadaran mitigasi atau antisipasi terpadu, insiden bisa terulang.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F05%2F16%2F07252b15-85c3-49eb-a15d-6ff6eef0e9fb_jpg.jpg)
Keluarga menangis saat mengetahui kerabatnya menjadi korban meninggal kecelakaan bus di Tol Surabaya-Mojokerto di kamar jenazah RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo, Kota Mojokerto, Jawa Timur, Senin (16/5/2022).
Duka dan luka mungkin akan kembali menggores dan mencabik batin Pella Patricia (17) yang sedang berjuang untuk hidup di RS Petrokimia Gresik, Selasa (17/5/2022). Derita akan kembali menjumpai sang dara jika akhirnya mengetahui ayahanda, ibunda, dan dua adinda telah dikebumikan dalam satu kubur di Makam Islam Benowo, Surabaya.
Patricia adalah salah satu korban selamat dari kecelakaan fatal bus wisata PO Ardiansyah S 7322 UW di Kilometer 712+400 jalur A Jalan Tol Surabaya-Mojokerto, Senin (16/5/2022) pukul 06.15. Kemalangan itu mengakibatkan 14 penumpang meninggal dan 19 penumpang, termasuk 2 kru bus terluka. Mayoritas atau hampir seluruh korban adalah warga Benowo, Pakal, Surabaya, yang berwisata dengan tema Explore Dieng-Jogja 14-15 Mei 2022.
Patricia kehilangan ayahanda Sony Suprayitno (48), ibunda Titis Hermi Yuni (42), dan dua adinda, Stevani Grasio (14) dan Steven Arthur (10). Siswi SMA itu menjadi sebatang kara karena kecelakaan fatal saat rombongan dalam perjalanan pulang.
Lokasi kecelakaan tersisa 23 kilometer dari Gerbang Driyorejo (Km 735) untuk menuju Benowo, tempat tinggal mayoritas peserta wisata. Jika kernet Adi Firmansyah (29), yang menjadi sopir kedua, tidak membuat bus bercat hijau terang menabrak rambu multipesan (variable message sign/VMS) di tepi jalan tol itu, cerita hidup Patricia masih akan dihiasi kegembiraan bersama keluarga.
”Kami atas nama keluarga mohon maaf dan terima kasih kepada warga dan semua yang membantu proses pemakaman korban,” kata Joko Muslim, kerabat keluarga Patricia, saat pengebumian di Makam Islam Benowo, Senin malam.
Bagi Joko, amat berat menerima kenyataan kehilangan kerabat keluarga dekat itu. Apalagi, salah seorang putri Sony, Titis, masih berjuang untuk hidup. Joko meminta doa bagi kesembuhan dan kekuatan bagi Patricia.
Baca juga : Usut Kecelakaan Bus PO Ardiansyah yang Tewaskan 14 Orang
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F05%2F16%2F8f2d973d-4095-4747-b70b-50a860576f14_jpg.jpg)
Kepedihan menyelimuti keluarga yang kerabatnya menjadi korban meninggal kecelakaan bus di Tol Surabaya-Mojokerto di kamar jenazah RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo, Kota Mojokerto, Jawa Timur, Senin (16/5/2022).
Korban
Kecelakaan itu juga mengakibatkan kematian Ainur Rofiq (34), koordinator rombongan Explore Dieng-Jogja. Menurut Sri Muid, kakanda korban, Rofiq bepergian dengan sang putri yang bernama Sakila. Sesaat setelah kecelakaan, Sri Muid sempat dihubungi oleh Sakila melalui panggilan video yang menanyakan ayahandanya.
”Saya angkat, kok, lihat (Sakila) berdarah semua, ditanya enggak jawab, tetapi balik tanya ’bapak mana’,” kata Sri Muid di rumah duka.
Sri Muid kemudian mencari keberadaan Rofiq dan keponakannya. Duka mendalam tak bisa ditahan karena sang adik berpulang, sedangkan Sakila terluka dan cedera sehingga masih berjuang untuk hidup.
Berdasarkan pendataan terpadu oleh Kepolisian Daerah Jawa Timur, kecelakaan itu mengakibatkan 14 orang meninggal. Mereka adalah Titis Hermi Yuni, Sony Suprayitno, Stevani Grasio, dan Steven Arthur dari Jalan Benowo Gang 2. Selain itu, warga Jalan Benowo Gang 3, yakni Ainur Rofiq, Andika Pratama (48), pasangan Vita Sari (36) dan Dedy Purnomo (48), serta ibunda Asminah (64). Ada juga pasangan Nita Ning Agustin (40) dan Andik Suyanto (42) dari Jalan Benowo, Diany Asterelia (40) dari Jalan Kauman, serta Cholifah (40) dan Maftukah (40) dari Kelurahan Benowo.
Kecelakaan juga mengakibatkan 19 orang cedera dan terluka, termasuk kru bus, yakni Ahmad Ari Ardiyanto (31) dan Adi Firmansyah (29). Para korban ada yang masih ditangani di RS Citra Medika Sidoarjo, RS Emma Mojokerto, RS Petrokimia, RS Gatoel Mojokerto, RSUD Dr Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto, dan RSUD Raden Achmad Basoeni Kabupaten Mojokerto. Atas permintaan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, sebagian korban dirujuk ke RSUD Dr Soetomo, Surabaya.
Tranggono Wahyu Wibowo, Camat Pakal, mengatakan, korban yang meninggal seluruhnya tinggal di kecamatan tersebut. Pemakaman telah selesai dilaksanakan pada Senin malam. Sebanyak 13 orang dikebumikan di Pakal, sedangkan satu orang dimakamkan di Gresik atas permintaan keluarga.
Menurut Tranggono, kegiatan wisata itu rutin diadakan oleh warga Kampung Benowo Krajan. Setiap tahun, bahkan dalam masa penanganan pandemi Covid-19, seusai Lebaran 2020 dan 2021, para warga berwisata secara swadaya. Kebersamaan itu memperlihatkan bahwa warga Benowo Krajan kompak dalam berkehidupan.
Baca juga : Duka Keluarga Korban Kecelakaan Bus di Tol Surabaya-Mojokerto

Lokasi kecelakaan di jalur A Kilometer 712 Jalan Tol Surabaya-Mojokerto, Jawa Timur, Senin (16/5/2022). Bus pariwisata PO Ardiansyah mengalami kecelakaan tunggal atau tidak melibatkan kendaraan lain dengan menabrak tiang VMS sehingga mengakibatkan 15 orang meninggal dan 19 orang terluka.
Perjalanan
Berdasarkan laman Sistem Perizinan Online Angkutan Darat dan Multimoda (Spionam) Kementerian Perhubungan, bus naas itu diduga dioperasikan oleh PT Langgeng Jaya Rejoagung dari Kebondalem, Bareng, Jombang. Salah satu garasi bus wisata ada di Jalan Desa Beton, Menganti, Gresik, yang cukup dekat dengan Benowo, Surabaya.
Berdasarkan penyelidikan petugas, bus itu berangkat dari Benowo pada Sabtu (14/5/2022) malam. Saat itu, bus dikemudikan oleh Ahmad Ari Ardiyanto (31). Kendaraan bergerak dengan tujuan pertama Dataran Tinggi Dieng (Jawa Tengah). Dari sana, bus mampir untuk wisata selanjutnya ke Yogyakarta. Pada Minggu (15/5/2022) malam, bus dalam perjalanan pulang.
Pagi buta, saat Hari Waisak, rombongan mampir ke Rest Area Forest Village atau Tempat Istirahat Perhutani Saradan di Km 626 A Tol Kertosono-Ngawi. Di sini, mereka menunaikan shalat Subuh. Ari tak tahan lagi menahan letih dan kantuk sehingga tidur di bagasi belakang sambil menunggu rombongan selesai ibadah. Melihat Ari tidur pulas, sang kernet, Adi, berinisiatif mengambil alih kemudi untuk kemudian melanjutkan perjalanan.
Di ruang Unit Kecelakaan Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Mojokerto Kota, kepada tim penyidik, Ari mengatakan, tak mengetahui sang kernet mengemudi. Beberapa kali Adi ikut dalam perjalanan wisata jarak jauh dan bisa dipercaya untuk menggantikan sopir saat dibutuhkan. Ari baru terbangun ketika bus terguling setelah menabrak rambu multipesan. Ari dan Adi terluka dan cedera di badan. Mereka sempat ditangani di RS Citra Medika sebelum kemudian diperiksa.
Baca juga : Selama Periode Mudik Lebaran, Santunan Kecelakaan Sebesar Rp 55,4 Miliar

Kecelakaan Bus di Jalan Tol Surabaya-Mojokerto
Kecelakaan
Direktur Lalu Lintas Polda Jatim Komisaris Besar Latif Usman mengatakan, berdasarkan olah tempat kejadian perkara dan keterangan saksi, sebelum kecelakaan, bus meluncur di lajur lambat atau sebelah kiri. Bus diduga melaju dalam kecepatan tinggi atau melebihi ambang batas 100 kilometer per jam.
Sebelum menabrak rambu multipesan, bus oleng ke kiri atau bahu jalan. Terlihat ada bekas ban di bahu jalan dan beton pembatas yang rendah di lokasi yang tergeser kemungkinan terkena roda bus. Kemudian, bus menabrak rambu dengan tiang beton sehingga membuat benda tersebut hampir tercerabut dan roboh. Bus terguling ke kanan dan rusak parah mulai dari depan sampai tengah.
Sabuk keselamatan itu bukan mencegah kecelakaan,melainkan menekan fatalitas atau dampak yang bisa menimbulkan kematian sehingga menjadi vital. (Djoko Setijowarno)
Saat kecelakaan terjadi, cuaca cerah, lalu lintas landai atau lengang. Dari sanalah, menurut Latif, faktor kelalaian pengemudi menjadi dominan yang dipicu, misalnya, letih dan serangan kantuk. Efek kecelakaan menjadi fatal karena tabrakan keras yang dihasilkan dari laju kencang. Korban terpelanting dan terlempar ke depan sehingga sebagian tewas di lokasi atau meninggal dalam penanganan serta cedera serius dan terluka.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F05%2F16%2F7608d4ac-117a-4e0a-9518-6f15d8984d78_jpg.jpg)
Keluarga menunjukkan foto Sony Suprayitno dan istrinya, Titis Hermi, yang menjadi korban meninggal kecelakaan bus di Tol Surabaya-Mojokerto di kamar jenazah RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo, Kota Mojokerto, Jawa Timur, Senin (16/5/2022).
Djoko Setijowarno, Ketua Bidang Advokasi Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia, mengatakan, unsur kelalaian pengemudi diduga dominan dalam kecelakaan fatal itu. Diduga juga ada unsur kelalaian dari perusahaan otobus untuk memasang sabuk keselamatan dan menjamin alat ini terpakai dengan benar oleh seluruh penumpang.
Padahal, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat pada 21 Maret 2022 telah mengirim surat berklasifikasi penting kepada seluruh pimpinan PO dan perusahaan karoseri pembuat mobil bus. Surat itu mengenai kewajiban penyediaan dan penggunaan sabuk keselamatan.
Fatalitas yang tinggi dalam kecelakaan bus PO Ardiansyah itu mengindikasikan sabuk keselamatan tidak ada atau tidak digunakan dengan benar oleh penumpang sehingga gagal menekan potensi kematian akibat kecelakaan tunggal dalam kecepatan tinggi.
”Sabuk keselamatan itu bukan mencegah kecelakaan, melainkan menekan fatalitas atau dampak yang bisa menimbulkan kematian sehingga menjadi vital,” kata Djoko.
Angkutan umum yang tidak dilengkapi dengan sabuk keselamatan di kursi penumpang, menurut Djoko, merupakan kekeliruan yang fatal. Apalagi jika alat itu dianggap meningkatkan harga moda transportasi. Sepatutnya, pengusaha jasa transportasi berpegang pada pendirian bahwa tiada yang mahal untuk jaminan keselamatan. Nyawa tidak bisa disandingkan dengan nilai harta atau harga berapa pun.
Perjalanan jauh dalam waktu singkat turut memicu keletihan kru dan terbukti bahwa sopir tertidur. Adi, kernet, kemudian berinisiatif melanjutkan perjalanan. Menurut Djoko, patut ditelisik kompetensi Adi dalam mengemudi apakah andal atau tidak.
Kecelakaan ini juga mengingatkan pentingnya perhatian pengelola dan perusahaan wisata untuk mengatur jadwal perjalanan yang tidak memicu keletihan. Begitu pula dengan kompetensi pengemudi, kesejahteraannya, dan fasilitas memadai untuk istirahat. Mitigasi atau antisipasi yang memadai menjadi krusial agar musibah serupa tidak terulang.