Kehadiran Politeknik Pariwisata di Sragen Bakal Ikut Memacu Ekonomi Daerah
Kemenparekraf akan membangun politeknik pariwisata di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Kehadiran perguruan tinggi itu membantu pemenuhan SDM pariwisata berkualitas dan menggenjot ekonomi daerah.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SRAGEN, KOMPAS — Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif akan membangun politeknik pariwisata, di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Keberadaan politeknik tersebut diharapkan membantu memenuhi kebutuhan permintaan sumber daya manusia pariwisata. Tumbuhnya perekonomian daerah juga bakal ikut terdongkrak.
Pembangunan politeknik tersebut bakal dilakukan pada tanah hibah dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen yang berlokasi di tiga desa, yakni Desa Kwangen, Desa Gemolong, dan Desa Ngembat Padas di Kecamatan Gemolong. Luas tanahnya 201.875 meter persegi, atau sekitar 20 hektar, senilai Rp 4,5 miliar.
Investasi yang dikucurkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) untuk membangun politeknik tersebut sebesar Rp 400 miliar. Menurut rencana, pembangunan akan dimulai pada 2023.
”Memang (tanah) nilainya Rp 4 miliar. Namun, nilai ini sangat luar biasa bagi kami. Dan, ada investasi 100 kali lipat, Rp 400 miliar. Mudah-mudahan bisa kita realisasikan dalam beberapa tahun ke depan,” kata Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno, di Kompleks Rumah Dinas Bupati Sragen, di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Selasa (17/5/2022).
Menurut Sandiaga, jumlah sumber daya manusia (SDM) bidang pariwisata belum cukup banyak. Penambahan politeknik pariwisata bertujuan memperbanyak SDM berkualitas dalam bidang tersebut. Sejauh ini, politeknik sudah dibangun di Bandung, Bali, Makassar, Medan, Lombok, dan Palembang. Nantinya, bersamaan dengan Sragen, pembangunan politeknik juga bakal dilakukan di Manado, Sulawesi Utara.
Jumlah sumber daya manusia bidang pariwisata belum cukup banyak. Penambahan politeknik pariwisata bertujuan memperbanyak SDM berkualitas dalam bidang tersebut.
Sandiaga mengungkapkan, politeknik pariwisata yang dibangun di Sragen pada generasi pertama diharapkan bisa meluluskan sebanyak 250 orang per tahun. Selanjutnya, jumlahnya akan bertambah menjadi 600 orang per tahun. Adapun lulusan-lulusan yang dihasilkan nantinya terentang di bidang tata boga, hospitality, dan perhotelan.
”Ini kami terus gencarkan. Karena, pariwisata dan ekonomi kreatif mampu menciptakan sampai 34 juta lapangan kerja,” kata Sandiaga.
Sandiaga menambahkan, tingkat serapan lulusan politeknik pariwisata ke dunia usaha juga sangat tinggi. Ia mengklaim angkanya bisa mencapai 100 persen. Sebanyak 70 persen terserap ke industri pariwisata, sedangkan 30 persen di antaranya menjadi pengusaha yang justru menghasilkan lapangan kerja baru.
”Kami berharap poltekpar (politeknik pariwisata) di Sragen juga akan menghadirkan solusi bagi masyarakat,” kata Sandiaga.
Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati meyakini kehadiran politeknik tersebut akan mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah Sragen. Dampak positif ke masyarakat sangat dinantikan. Pihaknya tak keberatan menghibahkan tanah senilai Rp 4 miliar. Pasalnya, ada investasi yang masuk senilai Rp 400 miliar. Terlebih, investasi tersebut tidak sekadar pembangunan gedung, tetapi juga memicu peningkatan kualitas manusia di daerah itu.
”Kesejahteraan masyarakat akan meningkat. Perekonomian bisa bangkit lagi. Lalu, Sragen bisa keluar dari zona kemiskinan di Jawa Tengah. Itu adalah harapan kita semua,” kata Yuni.
Wakil Ketua Komisi X DPR RI Agustina Wilujeng Pramestuti mengungkapkan, pembangunan poltekpar adalah modal pengembangan wisata di Sragen. Sebab, institusi tersebut mampu melahirkan sumber daya manusia yang kreatif dan inovatif untuk menggeliatkan pariwisata daerah. Di samping itu, dampak ikutan lainnya, seperti kedatangan investor, juga akan menyusul. Untuk itu, dia tak ingin masyarakat hanya berpangku tangan.
”Saya pesan kepada teman-teman pelaku ekonomi kreatif dan wirausaha di Sragen. Kita mudah-mudahan jangan jadi penonton. Ada peluang yang bisa ditangkap,” kata Agustina.