Doa Keluarga di Purwokerto Iringi Langkah Aisyah Sativa Fatetani
Keluarga Aisyah Sativa Fatetani di Puwokerto mendoakan hasil terbaik bagi anaknya yang tergabung dalam skuad tim Uber 2022. Kedisiplinan, kerja keras, dan kejujuran jadi bekal dari keluarga untuk masa depan Tiva.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·4 menit baca
Ficer Piala Thomas-Uber
Belasan medali prestasi Aisyah Sativa Fatetani (20) atau akrab disapa Tiva berdenting ketika hendak ditata di atas meja. Disertai sejumlah foto lawas masa kanak-kanak Tiva menerima aneka penghargaan, Suparmi (52) ibunda Tiva mulai mengisahkan perjuangan putri keduanya menempa diri menjadi atlet bulu tangkis.
Tiva, yang menjadi bagian dari pemain tunggal putri tim Uber 2022 mewakili Indonesia, telah menyukai bulu tangkis sejak TK bersama sang kakak, M Brian Anelka (22). Hobi tersebut diwarisi dari kedua orangtuanya, Heri Purwanto (52) serta Suparmi. Di sela-sela kesibukan Heri bekerja di Bank BRI dan Suparmi berjualan pakaian, mereka setia menemani dan mengantar anaknya berlatih serta bertanding ke berbagai kota.
"Dulu saat bergabung di klub Delta, Purwokerto, saya menemani latihan setiap hari mulai jam 16.00 sampai jam 20.00. Kalau mau ada pertandingan, jadwal latihan ditambah sepulang sekolah," tutur Suparmi, Selasa (11/5/2022).
Gemblengan disiplin dan kerja keras pun telah tertanam dalam diri Tiva. Sejak kelas 3 SD, sang pelatih memintanya berlari keliling GOR Satria setiap pukul 05.00 sampai 06.00. "Setelah lari pagi, dia lalu pulang persiapan untuk berangkat sekolah," katanya.
Pada saat seleksi pemain di PB Djarum Kudus tahun 2012, baik Suparmi maupun Heri tidak menyangka putrinya yang baru kelas 4 SD akan lolos dari sekitar 1.200 peserta. "Saya tidak menyangka Tiva diterima. Saya pikir Djarum hanya menerima anak gede-gede atau yang sudah lulus SD," kata Suparmi.
Dengan perasaan yang berkecamuk, mereka akhirnya merelakan serta mendoakan putrinya menjalani kehidupan di asrama di PB Djarum. Sebulan sekali, mereka berangkat ke Kudus untuk menengok anaknya.
"Karena masih anak-anak emosinya masih labil. Kadang dia cerita bahwa dirinya kurang diperhatikan pelatih. Saya tidak membelanya supaya dia tidak manja. Namun, saya selalu di posisi tengah. Mendengarkan dan memberi pengertian, misalnya sang pelatih menyuruh kamu bermain di lapangan paling pinggir dan tidak melihatnya langsung, apakah kamu juga bermain dengan serius meski tidak dilihat pelatih," tutur Suparmi.
Suparmi dan Heri selalu mendukung Tiva secara finansial, misalnya hampir sebulan 2 kali mengganti senar raket yang putus dan hampir 3 bulan sekali membeli sepatu lantaran sudah tidak muat lagi. Dukungan juga diberikan lewat protes ke panitia kejuaraan saat sang anak berhadapan dengan lawan yang diduga mencuri umur.
"Dulu ada yang mencuri umur. Akte kelahiran dibuat lebih muda dari kenyataannya. Sewaktu tanding di Yogyakarta, Tiva pernah mau berhadapan dengan lawan yang usianya lebih tua. Saya protes dan pihak lawan akhirnya mundur karena tidak bisa menunjukkan bukti biodata," kata Suparmi.
Selain kerja keras dan pantang menyerah, keluarga juga membekali Tiva dengan nilai kejujuran. “Kadang di situ ada ambisi orangtua. Malah nanti kasihan anaknya. Yang penting kita jalannya jujur. Kalau dari awal jalannya jujur, Semoga nanti diberi kemudahan,” ujar Suparmi.
Tiva pun kemudian masuk ke Pelatnas di Cipayung pada 2018. Setelah 4 tahun ditempa di sana, Tiva dipilih bersama rekan-rekan timnya untuk memperkuat tim uber. Rasa bahagia pun menyeruak di tengah keluarga ini serta berharap hasil terbaik bisa diboyong tim Indonesia. “Namanya pertandingan, kan, antara kalah dan menang. Tiva kadang menangis kalau kalah. Kalau kalah ya tidak usah menangis. Makanya selagi ada kesempatan gunakan sebaik-baiknya. Kalau sudah kalah ya sudah, koreksi aja dirimu sendiri. Pertandingan selanjutnya lebih baik lagi,” kata Suparmi.
Kalau kalah ya tidak usah menangis. Makanya selagi ada kesempatan gunakan sebaik-baiknya. Kalau udah kalah ya sudah, koreksi aja dirimu sendiri. Pertandingan selanjutnya lebih baik lagi. (Suparmi)
Brian sang kakak juga berharap adiknya kian sukses meniti karier di dunia bulu tangkis. Sapaan hangat penuh semangat sering kali dikirimkan lewat telepon kepada adiknya tersebut.
Seperti diberitakan Kompas (11/5/2022), Aisyah Sativa Fatetani menang dengan skor 21-7, 14-21, 21-14 atas pemain putri Jerman Ann-Kathrin Spoeri dalam pertandingan babak penyisihan Group A Piala Thomas dan Uber 2022 di Impact Arena, Bangkok, Thailand, Selasa. “Kemenangan ini bisa menjadi modal saya melawan Jepang. Adaptasi saya di lapangan makin baik. Saya juga tidak tegang lagi seperti pertandingan pertama. Saya siap dan akan berjuang jika diturunkan lagi,” kata pemain kelahiran 14 Mei 2002 ini.
Dikutip dari laman pbdjarum.org, Tiva antara lain pernah menjuarai Bahrain International Series 2021 (tunggal putri), runner up Malaysia Junior International Challenge 2019 (tunggal putri), medali emas ASEAN School Games 2019, juara Superliga Junior 2018 (Beregu putri U17).
Selamat berjuang Tiva, doa kami dari Purwokerto Kota Satria serta dari seluruh bangsa Indonesia.