Pencari Ikan di Koltim Diterkam Buaya, Konflik Buaya-Manusia Terus Meningkat di Sultra
Seorang warga yang sedang mencari ikan di Sungai Wunggoloko, Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara, diterkam dan diserang seekor buaya. Pencarian korban masih terus dilakukan. Konflik manusia dengan buaya terus meningkat.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Seorang warga yang sedang mencari ikan di Sungai Wunggoloko, Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara, diterkam dan diserang seekor buaya. Pencarian korban masih terus dilakukan. Konflik manusia dengan buaya terus terjadi dengan intensitas yang semakin tinggi di wilayah ”bumi anoa” ini.
Calling (60), warga Kelurahan Ladongi Jaya, Ladongi, Kolaka Timur, dilaporkan diterkam buaya pada Senin (10/5/2022) sore. Korban diketahui sedang memasang pukat untuk mencari ikan di Sungai Wunggoloko.
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Kendari Aris Sofingi menuturkan, berdasarkan informasi yang diterima, korban sedang memasang jaring saat seekor buaya tiba-tiba menerkam korban. Buaya lalu menarik korban ke tengah sungai dan belum ditemukan hingga Selasa (11/5/2022).
”Hari ini kami melakukan pencarian hari kedua dengan melibatkan sejumlah unsur terkait, mulai dari kepolisian, TNI, tim BKSDA dan Taman Nasional Rawa Aopa, hingga masyarakat setempat. Pencarian dibagi tiga kelompok yang menyusuri sungai tersebut,” kata Aris, Selasa siang.
Karena lapar, mereka menyerang apa yang ditemui. Namun, bisa juga ada kemungkinan lain, seperti buaya ini sedang musim kawin sehingga menjadi agresif. (La Ode Kaida)
Berdasarkan rencana operasi, tutur Aris, pencarian akan difokuskan sekitar 500 meter ke arah hulu sungai. Tim yang dibagi tiga kelompok menyisir tepian kiri dan kanan, serta satu tim yang menyisir sungai dengan perahu karet.
La Ode Kaida, Kepala Seksi Konservasi Wilayah II BKSDA Sulawesi Tenggara, mengungkapkan, sungai tempat korban diterkam buaya memang merupakan habitat buaya. Korban yang sedang menjaring ikan tiba-tiba diterkam seekor buaya sepanjang sekitar lebih dari dua meter.
Seorang warga yang berada di sekitar lokasi, kata Kaida, mendengar gemuruh di air. Saat mencoba mencari tahu, warga tersebut melihat seekor buaya yang berenang dengan seorang warga yang masih berada dalam cengkeraman mulutnya.
”Bersama warga lainnya, mereka lalu melapor ke polsek terdekat, menghubungi SAR, dan instansi lainnya. Kami juga segera bertindak untuk membantu proses evakuasi,” katanya.
Serangan buaya
Selama 2022 ia melanjutkan, telah ada tiga serangan buaya terhadap manusia di wilayah Sulawesi Tenggara. Jumlah ini sama dengan serangan buaya yang terjadi pada 2021 . Angka serangan buaya terus terjadi dan meningkat hampir setiap tahun di wilayah ini.
Terkait meningkatnya serangan buaya, Kaida melanjutkan, hal ini tentu berhubungan erat dengan terganggunya habitat buaya tersebut. Kawasan tempat tinggal buaya mengalami perambahan, berbagai aktivitas, dan kegiatan yang sifatnya eksploitatif.
Faktor kedua, tambah Kaida, dengan banyaknya kegiatan, membuat satwa di sungai menjadi berkurang. Padahal, satwa tersebut adalah makanan harian buaya yang berkembang biak di daerah tersebut.
”Karena lapar, mereka menyerang apa yang ditemui. Namun, bisa juga ada kemungkinan lain, seperti buaya ini sedang musim kawin sehingga menjadi agresif,” ucap Kaida.
Sejumlah daerah yang sering terjadi serangan buaya di Sultra diketahui daerah dengan perkembangan yang signifikan. Di Kolaka Timur, pembangunan bendungan, hingga perkebunan sawit terus meluas.
Di wilayah lain, seperti di Konawe dan Konawe Utara yang beberapa kali terjadi kasus serangan buaya, diketahui sebagai daerah dengan tindakan eksploitatif yang besar di Sultra. Wilayah ini merupakan daerah dengan usaha pertambangan masif yang tersebar dari kawasan hulu hingga pesisir sungai. Selain pertambangan, daerah ini juga banyak industri perkebunan skala besar, seperti sawit dan perkebunan tebu.