Ledakan di Prabumulih Disebabkan oleh Akumulasi Uap Gas di Oil Pit
Kebakaran di stasiun kompresor gas milik Pertamina di Prabumulih, Sumsel, bukan disebabkan oleh kebocoran pipa gas, melainkan akumulasi uap gas/kondensat di sekitar ”oil pit”. Polisi menyelidiki dugaan adanya kelalaian.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
PRABUMULIH, KOMPAS — Kebakaran di Stasiun Kompresor Gas (SKG) I di Desa Kemang Tanduk, Kecamatan Rambang Kapak Tengah, Kota Prabumulih, Sumatera Selatan, Senin (9/5/2022), bukan disebabkan oleh kebocoran pipa gas, melainkan akumulasi uap gas/kondensat di sekitar oil pit dan rawa. Polda Sumsel menerjunkan tim laboratorium forensik untuk turut mengidentifikasi penyebab kebakaran sebagai dasar penyelidikan lanjutan.
Senior Manager Pertamina EP Limau Field Zulfikar Akbar, Selasa (10/5/2022), menegaskan, kebakaran yang terjadi di Stasiun Kompresor Gas (SKG) I disebabkan oleh akumulasi uap gas (kondensat) yang berada di sekitar oil pit dan rawa. Bukan akibat kebocoran pipa gas.
Zulfikar merinci tahapan kejadian yang dimulai pada Senin (9/5/2022) sekitar pukul 06:00. Saat itu, operator mencium bau uap gas/kondensat yang sangat menyengat dari arah rawa.
Kondisi ini segera dilaporkan operator kepada pengawas. Belum sempat diambil tindakan, tiba-tiba terjadi letupan dari sumber yang belum diketahui dengan pasti.
Ketika tim melakukan evakuasi dan pemadaman, diketahui dua orang warga berinisial K (52) dan N (47) terkena sambaran api. Dua warga tersebut sedang melintas di depan jalan SKG I dengan mengendarai sepeda motor.
Operator melakukan pemadaman di oil pit dan rawa yang terbakar menggunakan alat pemadam kebakaran serta mendatangkan dua unit truk pemadam kebakaran dari Limau Field dan Prabumulih Field.
Sekitar pukul 08:00, api bisa dipadamkan, sembari terus dilakukan pendinginan dan pengamanan di sekitar lokasi oil pit dan area rawa.
Sembari proses pemadaman api berlangsung, ujar Zulfikar, tim mengevakuasi dua korban ke RS Pertamina Prabumulih untuk mendapat penanganan medis. Kemudian, dirujuk ke salah satu rumah sakit di Palembang untuk mendapat penanganan terbaik yang memiliki fasilitas penanganan luka bakar.
Perkembangan kondisi vital pasien pada pukul 06:45, kedua pasien dalam tingkat kesadaran penuh dan baik. Pertamina EP turut memberikan bantuan akomodasi kepada keluarga korban yang menunggu di Palembang.
Pertamina EP turut prihatin dan bersimpati kepada kedua korban. Pertamina EP bertanggung jawab atas kejadian yang menimpa kedua korban.
Setelah diterapkannya mitigasi awal, lanjut Zulfikar, tidak terdapat kerugian yang mempengaruhi operasional SKG I sebagai penyuplai kebutuhan gas di Limau Field.
Peristiwa ini sedang dalam proses evaluasi dan Pertamina terus melakukan pengembangan berkelanjutan untuk meningkatkan keandalan fasilitas operasi dengan selalu mengedepankan aspek kesehatan, keselamatan, sosial, dan lingkungan di sekitar wilayah operasi sebagai prioritas utama.
Andi Njo, ComRel & CID Zona 4 Pertamina Hulu Rokan (PHR), mengatakan, karena tidak berkaitan dengan pipa, kebakaran ini tidak mengganggu aktivitas di dalam SKG I.
Tim Labfor sedang bekerja dengan tim investigasi dari perusahaan. (Siswandi)
Pada dasarnya berfungsi untuk membantu menyalurkan gas dari sumber/sumur ke titik-titik tujuan. Gas dari SKG 1 disalurkan untuk bahan bakar menuju ke Stasiun Pengumpul (SP V, SP VII, SP X) dan ke sumur-sumur migas untuk peningkatan produksi minyak mentah (crude oil)
Kapolres Prabumulih Ajun Komisaris Besar Siswandi mengatakan, Polda Sumsel telah menerjunkan tim laboratorium forensik untuk mengidentifikasi penyebab kebakaran. ”Tim Labfor sedang bekerja dengan tim investigasi dari perusahaan,” ucapnya.
Kelalaian
Hasil dari investigasi tersebut akan menjadi dasar penyelidikan selanjutnya termasuk kemungkinan adanya kelalaian. Menurut dia, bisa saja, ledakan tersebut dipicu oleh kondisi area yang panas apalagi saat ini sudah memasuki musim kemarau.
Siswandi mengatakan, Prabumulih merupakan kawasan yang memang rentan mengalami kejadian tersebut karena merupakan salah satu penghasil gas paling potensial. ”Apalagi Prabumulih juga memiliki jaringan gas yang luas,” ujarnya.
Menurut dia, pihak perusahaan harus lebih teliti dalam melakukan pengawasan dan pengecekan kawasan operasinya apalagi yang dikelola adalah bahan yang mudah terbakar. ”Jangan sampai kejadian ini terulang kembali apalagi sampai menimbulkan korban,” ujarnya.
Kepala Desa Kemang Tanduk Adi Darminto mengatakan, kejadian ledakan seperti ini sudah pernah terjadi sekitar 10 tahun lalu. ”Peristiwanya hampir mirip hanya tidak ada gumpalan asap hitam seperti saat ini,” katanya.
Kebakaran diawali dengan ledakan cukup besar yang terdengar hingga radius 3 kilometer dengan bau gas yang cukup menyengat. ”Bunyi ledakan itulah yang menyebabkan warga sekitar panik,” ujarnya. Walau kejadian ini tidak sampai membuat warga dievakuasi, Adi berharap agar kejadian ini tidak terulang lagi.