Temuan 179 Kg Kokain di Selat Sunda Mengindikasikan Indonesia Jadi Target Pasar Kokain
Jika selama ini Indonesia jadi target pasar sabu, BNN menduga, kini Indonesia juga dijadikan target pasar kokain. Dugaan itu berangkat dari temuan 179 kg kokain di Selat Sunda. BNN akan teliti asal usul kokain tersebut.
Oleh
KURNIA YUNITA RAHAYU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penemuan paket kokain seberat 179 kilogram yang terapung di perairan Selat Sunda, sekitar Pelabuhan Merak, Banten, dengan taksiran harga Rp 1,25 triliun memunculkan dugaan bahwa Indonesia mulai dijadikan target pasar narkotika tersebut. Penelusuran daerah asal dan jaringan pembawa kokain akan mulai dilakukan melalui pengujian laboratorium dan pencocokan dengan jejaring penyelundup jenis narkotika lainnya.
Kepala Biro Humas dan Protokol Badan Narkotika Nasional (BNN) Brigadir Jenderal (Pol) Sulistyo Pudjo Hartono saat dihubungi dari Jakarta, Selasa (10/5/2022), mengatakan, penemuan kokain dalam jumlah besar merupakan fenomena langka di Indonesia. Dari tiga jenis narkotika kelas atas, yakni kokain, heroin, dan sabu, yang paling banyak diselundupkan untuk dijual kepada masyarakat Indonesia adalah sabu. Di antara tiga jenis itu, harga kokain diketahui paling mahal, berkisar Rp 5 juta sampai Rp 7 juta per gram, disusul oleh heroin dan sabu.
”Kokain jarang sekali ditemukan di Indonesia. Penyitaan yang pernah kami lakukan itu hanya dalam satuan gram, itu pun yang membawa rata-rata turis asing di Bali, Jakarta, atau Sulawesi,” kata Pudjo.
Menurut dia, penemuan kokain yang jumlahnya mencapai 179 kilogram mengindikasikan bahwa jejaring narkotika dari Amerika Latin tengah membidik Indonesia bukan hanya sebagai tempat pelintasan melainkan juga pemasaran. Hal ini dinilai karena pertumbuhan ekonomi serta kelas menengah berdaya beli tinggi yang kian meningkat. ”Ada upaya jaringan dari Amerika Latin untuk mencoba mengeksplor Indonesia,” ujar Pudjo.
Hal itu juga terindikasi lewat modus pembuangan kokain di tengah laut. Meski tidak ada pelaku yang ditangkap, saat ditemukan, kokain berada dalam posisi terapung yang menandakan ada upaya agar barang tersebut tidak rusak. Selain itu, diduga ada titik tanda yang menunjukkan tujuan lemparan. ”Kami perkirakan, memang ada potensi bahwa ada pihak yang akan menjemputnya,” kata Pudjo.
Meski demikian, pihaknya tidak bisa mengambil kesimpulan dini mengenai jaringan yang terlibat dalam pembuangan kokain di Selat Sunda ini. BNN akan menindaklanjutinya dengan pemeriksaan di laboratorium untuk mengetahui daerah asal kokain. Sebab, kokain yang diproduksi dari tanaman akan memiliki kandungan dan karakteristik yang khas sesuai dengan tanah dan cuaca di daerah penghasilnya. Namun, saat ini BNN masih menunggu penyerahan kokain dari TNI Angkatan Laut (AL).
Pencocokan kemungkinan dengan jejaring penyelundup narkotika jenis lain juga akan dilakukan. Apakah ada kemungkinan jejaring yang sudah kerap memasuki Indonesia tengah mencoba untuk menjual kokain.
Pencocokan kemungkinan dengan jejaring penyelundup narkotika jenis lain juga akan dilakukan. Apakah ada kemungkinan jejaring yang sudah kerap memasuki Indonesia tengah mencoba untuk menjual kokain. Hal itu akan didalami untuk menemukan pelaku yang membawa narkotika tersebut.
Selain itu, tambah Pudjo, BNN juga meningkatkan kerja sama antanegara untuk mengantisipasi peredaran kokain. Menurut rencana, dalam waktu dekat pihaknya akan mengunjungi beberapa negara yang menjadi daerah pelintasan kokain di antaranya Argentina, Ekuador, Panama, dan Kuba. Diskusi secara daring juga sudah pernah dilakukan Kolombia. Adapun Kolombia merupakan salah satu negara yang diketahui sebagai salah satu penghasil kokain terbesar di dunia.
”Kami berupaya untuk menekan masuknya kokain dari daerah asal, juga mendapatkan informasi langsung dari daerah-daerah produksi,” ujarnya.
Sebelumnya kokain seberat 179 kilogram ditemukan oleh anggota Satuan Tugas TNI AL yang mengawasi jalur arus balik Lebaran. Mereka yang berpatroli menggunakan Kapal Angkatan Laut (KAL) Sangiang menemukan empat bungkusan plastik yang mengapung di sekitar Pelabuhan Merak, Selat Sunda, Minggu (8/5) siang. Namun, tidak ada pihak yang teridentifikasi membuang bungkusan tersebut.
Sebelumnya kokain seberat 179 kilogram ditemukan oleh anggota Satuan Tugas TNI AL yang mengawasi jalur arus balik Lebaran.
Bungkusan plastik yang dicurigai berisi narkotika itu kemudian dibawa ke Pangkalan TNI AL (Lanal) Banten. Pihak TNI AL pun menghubungi BNN Banten. BNN Banten yang selanjutnya memeriksa isi bungkusan tersebut dan menyatakan bahwa benda tersebut adalah kokain.
Melalui keterangan tertulis, Wakil Kepala Staf Angkatan Laut (Wakasal) Laksamana Madya Ahmadi Heri Purwono mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan BNN dan Polri akan terus mendalami penemuan kokain tersebut. Peningkatan kewaspadaan juga akan dilakukan dengan melaksanakan patroli rutin di lokasi-lokasi yang dicurigai terjadi pelanggaran, baik pelanggaran kedaulatan maupun pelanggaran hukum di laut. Hal itu sesuai dengan kewenangan TNI AL dan perkembangan perintah dari presiden.
”Tentunya dengan diketemukannya barang ini, TNI Angkatan Laut akan senantiasa berkoordinasi dengan BNN, Polri, dan aparat terkait sehingga harapan kita ke depan kalau memang masih ada temuan seperti ini, akan kita temukan bersama dengan sinergitas antarinstansi. Karena kita pahami betapa parahnya dampak dari benda tersebut terhadap generasi muda kita,” kata Ahmadi.
Ia menambahkan, TNI AL juga mengapresiasi kinerja prajurit telah bekerja dengan baik. Untuk itu, pihaknya memberikan piagam penghargaan dan reward khusus kepada lima prajurit Lanal Banten yang menemukan kokain tersebut di Selat Sunda.