Cuti Bersama Lebaran di Manado Berakhir Tanpa Lonjakan Penumpang
Masa cuti bersama Idul Fitri 1443 Hijriah di Manado, Sulawesi Utara, berakhir tanpa lonjakan jumlah pelaku perjalanan udara maupun laut. Aktivitas masyarakat pun kembali seperti biasa, termasuk aparatur sipil negara.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·3 menit baca
MANADO, KOMPAS — Masa cuti bersama Idul Fitri 1443 Hijriah di Manado, Sulawesi Utara, berakhir tanpa lonjakan jumlah pelaku perjalanan udara ataupun laut. Aktivitas masyarakat pun kembali seperti biasa, termasuk aparatur sipil negara. Di tingkat provinsi, pemerintah telah menginstruksikan pendataan pegawai yang bolos.
Melalui siaran pers, Senin (9/5/2022), General Manager PT Angkasa Pura I untuk Bandara Sam Ratulangi, Minggus Gandeguai, mengatakan, jumlah penumpang pesawat mencapai 4.477 pada hari terakhir cuti bersama Lebaran, Minggu (8/5). Jumlah penumpang datang lebih banyak daripada yang berangkat.
Kendati begitu, selisihnya terbilang kecil, yaitu 2.256 penumpang tiba berbanding 2.221 penumpang berangkat. ”Ini menunjukkan pada arus balik kali ini lebih banyak penumpang yang kembali ke Sulut setelah mudik Lebaran di luar daerah,” kata Minggus.
Akumulasi jumlah penumpang pada puncak arus balik lebih sedikit ketimbang puncak arus mudik yang jatuh pada 29 April lalu, yaitu 5.109 penumpang. Minggus mengatakan, hal ini disebabkan oleh kelonggaran bagi masyarakat untuk memilih jadwal pulang, yaitu antara 4 dan 8 Mei.
Secara keseluruhan, jumlah penumpang masa angkutan Lebaran 2022 sejak 25 April (H-7 lebaran) hingga 8 Mei (H+5 lebaran) mencapai 53.932 orang yang bepergian dengan 508 pesawat. Terdapat perbedaan signifikan dari keadaan pada 2021, yaitu 10.389 penumpang dengan 201 pesawat.
Hal ini konsekuensi setelah pemerintah tak lagi melarang mudik pada 2022 seiring meredanya pandemi Covid-19. Calon penumpang pesawat yang sudah divaksin tiga kali pun tak perlu lagi melampirkan hasil tes antigen atau PCR. Minggus mengatakan, jumlah penumpang akan terus dipantau hingga tujuh hari ke depan untuk melihat kemungkinan adanya lonjakan lagi.
Di Pelabuhan Manado, Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Manado R Sadeli menyebut hal serupa sebagai alasan meningkatnya jumlah penumpang kapal dari Manado ke Kepulauan Sitaro, Sangihe, Talaud, serta beberapa daerah di Maluku Utara pada tahun ini. Selama 22 hari masa angkutan Lebaran, yaitu 17 April hingga 8 Mei, jumlah penumpang telah melampaui 32 hari masa angkutan Lebaran pada 2021.
Tahun ini, jumlah penumpang yang tiba di Manado telah mencapai 18.159 orang, lebih tinggi ketimbang 17.211 penumpang pada tahun lalu. Adapun penumpang berangkat mencapai 18.984 orang, naik daripada 18.836 orang pada 2021.
Kendati begitu, jumlah tersebut masih jauh daripada kapasitas kapal. “Load factor-nya kecil. Penumpang yang berangkat dari Pelabuhan Manado di kisaran 40 persen dari kapasitas kapal, sedangkan penumpang yang datang 35 persen,” kata Sadeli.
KSOP Manado sebelumnya telah menyiapkan sebuah kapal cadangan, yaitu Kapal Negara (KN) Miangas. Namun, kapal itu tidak digunakan karena jumlah penumpang tidak melonjak drastis. ”Sejauh ini masih kondusif,” ujar Sadeli.
Hari ini semua harus hadir, tidak boleh ada yang tidak hadir.
Akhir masa cuti bersama pun diikuti dengan kembalinya aktivitas masyarakat di Manado. Pemprov Sulut, misalnya, menggelar apel kerja bersama di lapangan kantor gubernur di bilangan Teling Atas. Apel dipimpin oleh Wagub Steven Kandouw. Ia pun berharap tidak ada pegawai yang bolos pada hari pertama pascacuti Lebaran.
”Yang pertama, Pak Gubernur (Olly Dondokambey) mengingatkan kepada kita tentang kedisiplinan. Hari ini semua harus hadir, tidak boleh ada yang tidak hadir. Tolong BKD (Badan Kepegawaian Daerah) monitor, semua jajaran di lingkungan pemprov harus hadir di apel perdana,” katanya dalam amanat apel.
Steven juga meminta pegawai seluruh satuan kerja perangkat daerah (SKPD) untuk kembali bekerja dengan baik. Sebab, pegawai pemprov adalah acuan untuk pegawai SKPD di tingkat kabupaten/kota.
”Saya mesti ingatkan bahwa tupoksi kita di provinsi menjadi rujukan, jadi role model (contoh) bagi kabupaten/kota. Dari segala aspek, kita dituntut untuk jadi acuan dalam capaian-capaian kinerja ataupun segala tolok ukur yang empiris. Maka, semangat kita, motivasi kerja kita, harus tetap kita jaga,” ujar Steven.