Mendamba Lagi Musim Semi Pedagang Oleh-oleh Jateng
Libur Lebaran disambut bak musim semi oleh para pedagang oleh-oleh di Jateng. Penjualan yang dua tahun terakhir melesu kembali menggeliat. Mereka berharap bisa berjumpa musim semi lagi di Lebaran berikutnya.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·6 menit baca
Masa libur Lebaran 2022 ibarat musim semi bagi pedagang oleh-oleh di Jawa Tengah. Musim ini, harapan para pedagang oleh-oleh yang sebelumnya layu dihempas pandemi mulai kembali mekar. Merekahnya harapan itu diupayakan terus terjaga hingga musim semi pada libur Lebaran di tahun-tahun berikutnya.
Dinah (55) duduk bersandar pada sebuah kursi panjang yang berada di sudut toko oleh-oleh telur asinnya, Minggu (8/5/2022) siang. Sejenak, warga Desa Pesantunan, Kecamatan Wanasari, Kabupaten Brebes, Jateng, itu meregangkan otot-otot kaki dan tangannya yang tegang karena sejak pagi sibuk melayani pembeli.
Sekira lima menit Dinah beristirahat sebelum akhirnya kembali beranjak saat pembeli kembali mendatangi tokonya. Dengan wajah semringah, Dinah menyapa kemudian menyimak pesanan pembeli tersebut. Seorang pramuniaga toko yang berdiri di tak jauh dari Dinah langsung bergegas menyiapkan kardus begitu mendengar pesanan dari pembeli tersebut. Satu per satu telur asin diambil dan ditatanya di kardus-kardus tersebut.
Sambil menunggu pramuniaga menyiapkan pesanan, Dinah menawari pembeli itu mencicipi telur asin dagangannya. Tawaran itu disambut antusias oleh pembeli tersebut. Setelah suapan pertama telur itu masuk ke mulutnya, pembeli itu manggut-manggut sambil berkata telur asin yang disantapnya itu enak. Mendengar hal itu, senyum di wajah Dinah melebar.
Selama masa libur Lebaran, senyum semringah lebih banyak menghiasi wajah Dinah. Musababnya, penjualan di toko telur asin yang dikelola Dinah terus merangkak naik. Setahun terakhir, normalnya, Dinah menjual 300-500 butir telur dalam sehari. Sejak awal Ramadhan atau sekitar sebulan lalu, penjualannya menanjak menjadi 3.000-10.000 butir per hari. ”Penjualan paling tinggi pada Jumat dan Sabtu (6-7/5/2022). Dalam sehari sekitar 10.000 butir telur asin yang terjual,” ujar Dinah.
Harga satu butir telur asin rebus di toko Dinah Rp 5.000. Sementara telur asin bakar Rp 6.000 per butir. Artinya, Dinah bisa mengantongi Rp 15 juta-Rp 60 juta per hari pada satu bulan terakhir. Penjualan yang merangkak naik dalam sebulan terakhir amat disyukuri Dinah. Sebab, pada masa libur Lebaran 2020 dan 2021, dirinya hanya bisa menjual paling banyak 200 butir telur asin per hari. Pada masa itu, pemerintah melarang mudik untuk menekan risiko penyebaran Covid-19.
”Kalau dibandingkan penjualan pada masa libur Lebaran sebelum pandemi memang masih jauh, tetapi tahun ini sudah Alhamdulillah banget. Saya yang tadinya terpuruk jadi semangat lagi. Insya Allah, habis ini bisa bangkit lagi semuanya,” ujarnya.
Sebelum pandemi, Dinah bisa menjual hingga ratusan ribu butir telur selama arus mudik dan balik Lebaran. Bahkan, saat arus mudik dan balik Lebaran sebelum ada tol Trans-Jawa, penjualannya disebut bisa ratusan ribu butir dalam sehari. Kala itu, tokonya yang berada di pinggir jalan pantura Brebes buka 24 jam untuk melayani pemudik. Normalnya, toko itu buka dari pukul 07.00 hingga pukul 21.00.
Kalau dibandingkan penjualan pada masa libur Lebaran sebelum pandemi memang masih jauh, tetapi tahun ini sudah Alhamdulillah banget. Saya yang tadinya terpuruk jadi semangat lagi. Insya Allah, habis ini bisa bangkit lagi semuanya.
Melonjaknya penjualan telur asin juga terjadi di toko telur asin milik Dhani Bagus Purnama. Dia memiliki dua toko telur asin di jalan pantura Wanasari dan tempat istirahat Kilometer 260 Tol Trans-Jawa, Brebes.
Tokonya di jalan pantura Brebes bisa menjual hingga 12.000 butir telur asin dalam sehari selama arus mudik dan balik. Jumlah penjualan itu meningkat hingga empat kali lipat dari penjualan harian di toko tersebut, yakni 3.000 butir. Kondisi sama juga terjadi di toko yang dikelola Dhani di tempat istirahat Km 260.
”Tahun ini itu bagaikan rindu yang terbalaskan setelah dua tahun terakhir tidak mudik. Jadi, penjualannya malah lebih dahsyat dari 2019. Masa libur Lebaran tahun ini juga lebih panjang dibanding tahun-tahun sebelumnya dan kemungkinan setelah hari ini masih akan ada pemudik yang kembali ke Jakarta pada menit-menit akhir. Mereka juga berpotensi memperpanjang masa lonjakan penjualan,” ucap Dhani saat ditemui, Minggu.
Dari hasil penjualan telur asin, Dhani bisa meraup pendapatan hingga Rp 72 juta dalam sehari. Di tokonya, Dhani juga menjual berbagai makanan olahan telur asin, seperti saus telur asin, keripik telur asin, dan oleh-oleh khas Jateng lainnya.
”Saya berharap, ke depan, mudik Lebaran tetap diperbolehkan seperti tahun ini. Mudik ini memberikan efek domino dari segi perekonomian. Tidak hanya saya sebagai penjual oleh-oleh, tetapi tukang parkir dan pedagang asongan di depan toko juga bisa ikut mendapat keuntungan. Kita bisa terangkat ekonominya bareng-bareng,” ujarnya.
Tutup cepat
Keuntungan tidak hanya dirasakan penjual oleh-oleh di Brebes, tetapi juga di Kota Semarang. Vincent Setiawan Usodo, pengelola toko oleh-oleh lumpia, harus menutup tokonya lebih awal karena dagangannya ludes hanya dalam waktu tiga jam. Setiap hari, toko lumpia Vincent di kawasan Purwodinatan, Kecamatan Semarang Tengah, buka pukul 07.00. Pada arus mudik dan balik, tokonya tutup paling siang pukul 10.00. Padahal, biasanya, tokonya masih bisa melayani pembeli sampai pukul 17.00.
”Beberapa pembeli yang sudah langganan bahkan ada yang menunggu di depan sebelum toko buka. Ada yang menunggu sejak pukul 05.30 meski sudah tahu kami buka pukul 07.00 karena takut tidak kebagian,” kata Vincent. Dalam sehari, toko yang dikelola Vincent bisa menjual hingga 800 lumpia. Harga satu lumpia berbagai jenis isian sebesar Rp 20.000.
Sama dengan Dinah dan Dhani, Vincent juga berharap mudik tahun-tahun berikutnya semakin dilonggarkan. Dengan demikian, dirinya dan para pedagang oleh-oleh lain bisa kembali merasakan musim semi setelah terkepung badai pandemi selama dua tahun terakhir.
Berdasarkan survei Kementerian Perhubungan, Jateng menjadi daerah tujuan mudik terbanyak pada Lebaran 2022. Menurut perkiraan, ada 23,5 juta orang yang mudik ke Jateng. Angka itu hampir seperempat dari total penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan ke luar kota pada masa libur Lebaran. Kondisi ini diharapkan mampu membantu mendongkrak perekonomian warga Jateng.
Dalam berbagai kesempatan, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo meminta orang-orang yang mudik ke Jateng untuk berbelanja produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di wilayah tersebut. Harapannya, ekonomi masyarakat yang dua tahun terakhir melesu akibat pandemi bisa kembali bangkit.
”Pemudik yang sudah dapat tunjangan hari raya (THR), THR-nya supaya dibelanjakan untuk memborong dagangan tetangga di kampung halaman, ya. Biar (roda) perekonomian kita menggelinding," tutur Ganjar saat melepas peserta mudik gratis tujuan Jateng di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Kamis (28/4/2022).
Sebelumnya, Ganjar juga telah mengimbau para bupati dan wali kota di wilayahnya untuk menyiapkan potensi daerahnya yang berpotensi dilirik pemudik, salah satunya produk UMKM. Pendampingan dan pelatihan terhadap pelaku UMKM juga terus dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jateng dan pemerintah kabupaten/kota agar kualitas produk UMKM Jateng terus meningkat. Promosi produk UMKM juga selalu dilakukan, salah satunya melalui media sosial pribadi Ganjar.
Pada libur Lebaran tahun ini, harapan untuk bangkit telah mekar. Harapan kebangkitan itu perlu dirawat agar di lebaran-lebaran berikutnya bisa semakin merekah dan bersemi. Tentunya seiring pandemi Covid-19 yang semakin melandai.