”Silang Sengkarut”, Pameran Lukisan Tiga Perupa Outsider Art
Tiga perupa di Bali akan memamerkan karya lukisan mereka dalam pameran bertajuk ”Silang Sengkarut” mulai Minggu (8/5/2022) di Dalam Rumah Art Station, Kota Denpasar. Pameran digelar Outsider Art Project.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Tiga perupa di Bali, yakni Wayan Jengki Sunarta, Putu Sumadana Bonk Ava, dan Mediana Ayuning Putri Pradnyasasmitha, bersama-sama menampilkan lukisan karya mereka dalam pameran seni rupa bertajuk ”Silang Sengkarut”. Ketiga perupa itu mengekspresikan ide dan imajinasi secara bebas melalui media lukis tanpa mengklaim diri sebagai pelukis.
Pameran lukisan bertajuk ”Silang Sengkarut” ini digelar Outsider Art Project di Dalam Rumah Art Station, Kota Denpasar, mulai Minggu (8/5/2022) sampai Minggu (29/5/2022). Hal itu disampaikan pada Jumat (6/5/2022) dalam jumpa pers menjelang penyelenggaraan pameran di Dalam Rumah Art Station, Kota Denpasar.
Jengki Sunarta lebih dikenal sebagai penyair dan penulis puisi, novel, cerita pendek, ataupun esai. Namun, sastrawan Bali kelahiran Denpasar, 1975, ini juga memiliki kegemaran melukis, bahkan Jengki Sunarta pernah kuliah di jurusan Seni Rupa Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar meskipun tidak sampai menamatkannya. Adapun Putu Bonk Ava juga penulis puisi dan esai kelahiran Denpasar, 1987, serta menyukai melukis, tetapi tidak menempuh pendidikan seni rupa.
Sementara itu, Mediana Ayuning merupakan mahasiswi Universitas Udayana yang memiliki hobi melukis sejak usia kanak-kanak. Perempuan kelahiran Singaraja, Kabupaten Buleleng, 2000, itu juga tidak secara khusus menempuh pendidikan seni rupa, tetapi dia mempelajarinya secara otodidak.
Selaras judul pameran, yakni ‘Silang Sengkarut’, hasil karya visual dari Jengki Sunarta dan kawan-kawan ini merupakan proses.
Ketiga perupa, yang bukan seniman seni rupa, tersebut juga memiliki gaya ataupun sentuhan yang berbeda. Jengki Sunarta memiliki ketertarikan pada gaya seni primitif dengan kecenderungan erotisme yang banal. Sementara karya lukisan Bonk Ava cenderung ke gaya surealisme dengan gaya seni mural. Adapun Mediana Ayuning memiliki ketertarikan pada seni gambar anime dengan menampilkan figur manusia separuh badan atau sebatas wajah.
Dalam jumpa pers di Dalam Rumah Art Station, Kota Denpasar, Jumat (6/5/2022), kurator pameran Putu Bonuz Sudiana mengatakan, karya-karya lukis dari tiga perupa tersebut dapat dimaknai sebagai tiga proses atau tahapan kehidupan, yakni karya Jengki Sunarta sebagai proses penciptaan hidup, karya Mediana Ayuning sebagai proses kehidupan yang suram, dan karya Bonk Ava sebagai akhir kehidupan dengan nuansa kegembiraan.
”Selaras judul pameran, yakni ’Silang Sengkarut’, hasil karya visual dari Jengki Sunarta dan kawan-kawan ini merupakan proses. Dapat dikatakan, mereka sedang gigih mencari dan tidak terpaku pada teknik atau pakem normal dalam melukis,” kata Bonuz Sudiana.
Ketiga perupa tersebut, yakni Jengki Sunarta, Bonk Ava, dan Mediana Ayuning, menempuh jalan mereka masing-masing dalam proses berkarya rupa, menggarap temanya masing-masing, dan menuangkan kegelisahannya masing-masing dalam wujud sebuah karya yang unik dan tidak biasa sehingga menjadi identitas. Gaya berkesenian semacam itu tidak jarang didefinisikan sebagai outsider art, yakni seni yang dihasilkan atau diciptakan oleh orang-orang yang tidak mengikuti ekspektasi sosial dalam definisi kenormalan.
Jengki Sunarta mengungkapkan, dirinya tidak berpretensi dalam mengekspresikan ide dan imajinasinya sebagai karya lukis. Menurut Jengki Sunarta, karyanya cenderung mencerminkan obsesi dari alam bawah sadarnya.
”Saya terinspirasi dari karya seni primitif dan juga tokoh-tokoh seni, semisal Dewa Putu Mokoh atau Gusti Ayu Murniasih, yang bebas berekspresi sehingga terkesan banal,” ujar Jengki Sunarta dalam jumpa pers menyongsong pameran bertajuk ”Silang Sengkarut” tersebut, Jumat (6/5/2022).