Pemudik Enggan Membeli Oleh-oleh di Tengah Kemacetan
Kemacetan lalu lintas hingga keramaian di tempat wisata membuat sebagian pemudik tidak jadi membeli oleh-oleh. Mudik kali ini dinilai luar biasa, bahkan perpanjangan libur sekolah diberlakukan untuk memecah arus balik.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Kemacetan lalu lintas hingga kepadatan tempat wisata membuat sebagian pemudik di Jawa Barat mengurungkan niat untuk membeli oleh-oleh. Jumlah pemudik yang tinggi ini juga membuat sekolah di Jabar memperpanjang masa liburnya agar para pemudik lebih leluasa memilih waktu kembali ke Jabar.
Kemacetan di jalur mudik jarak dekat seperti Jalur Bandung, Garut, hingga Subang dari Kota Bandung mulai terlihat sejak Lebaran 2022 hari pertama, Senin (2/5/2022). Kemacetan tidak hanya membuat perjalanan terganggu, tetapi juga mengurungkan niat pemudik untuk belanja oleh-oleh.
Selly (29), warga Kopo, Kota Bandung, memilih tidak membeli oleh-oleh saat mudik ke rumah kakek-neneknya di Subang, Jabar, Kamis (5/5/2022). Dia menghadapi kemacetan lebih dari separuh jalan. Sementara itu, parkiran menuju tempat wisata ataupun sentra oleh-oleh penuh oleh pengendara lainnya.
”Tahun ini memang luar biasa. Dari Subang sampai Ke Bandung bisa hampir setengah hari. Macet di mana-mana. Padahal di pinggir jalan banyak oleh-oleh, tapi saya lihat jarang ada yang turun dan membeli,” ujarnya.
Tidak hanya di jalur mudik, kepadatan juga ditemukan di tempat wisata. Keramaian ini membuat sebagian pengunjung untuk tidak membeli oleh-oleh.
Kondisi ini dirasakan oleh Sintia (30), warga Panyileukan, Kota Bandung, saat merayakan Lebaran di Pameungpeuk, Garut. Saat mengunjungi Pantai Sayang Heulang, Garut, Rabu (4/5/2022), dia tidak membeli oleh-oleh jambal asin favoritnya karena padatnya pengunjung.
Saya memilih pulang saja demi kesehatan. (Sintia)
Sintia bersama keluarga memilih pulang dengan tangan kosong demi kesehatan keluarganya. ”Memang jambal asin ini menjadi favorit di sana. Makanya, wajar banyak yang berebut membelinya. Saya memilih pulang saja demi kesehatan,” ujarnya.
Keramaian mudik di Jabar ini terlihat sejak survei Kementerian Perhubungan. Dari hasil survei yang dilaksanakan akhir Maret tersebut, sebanyak 14 juta lebih warga mudik menuju Jabar. Sementara itu, 9 juta lebih warga Jabar mudik keluar daerah mereka masing-masing.
Pemudik jarak dekat atau disebut mudik lokal pun terlihat dari tingginya angka penumpang kereta api lokal dalam kurun 22 April-6 Mei 2022. Berdasarkan data PT Kereta Api Indonesia, jumlah pengguna dalam rentang waktu tersebut 576.742 penumpang.
Penumpang ini terbagi dalam sejumlah rangkaian kereta api lokal. Rangkaian ini, antara lain, KA Lokal Walahar Ekspress yang ditumpangi 9.288 orang, KA Lokal Jatiluhur (294), KA Bandung Raya (24.666), KA Lokal Garut Cibatuan (7.415), dan KA Lokal Cibatuan (1.327).
Perpanjang libur
Untuk memecah kepadatan arus balik, sejumlah strategi dilakukan. Mulai dari penggunaan rekayasa lalu lintas hingga memperpanjang libur sekolah.
Pemerintah Jawa Barat menetapkan perpanjangan libur Lebaran 2022 untuk pelajar sekolah menengah atas dan kejuruan serta sekolah luar biasa. Kelompok sekolah di bawah naungan provinsi yang sebelumnya dijadwalkan masuk Senin (9/5/2022) dimundurkan menjadi Kamis (12/5/2022).
Wakil Gubernur Jabar Uu Ruzhanul Ulum menyatakan, perpanjangan libur ini dilakukan demi mengurai arus balik mudik sehingga mengurangi potensi kemacetan. Dengan adanya perpanjangan ini, dia berharap masyarakat bisa mengatur waktu kembali dari kampung halaman sehingga tidak terjadi penumpukan di jalur mudik.
”Untuk mengurai kemacetan yang terfokus masuk kerja hari Senin, mereka bisa berangkat dari tempat mudiknya lebih santai. Karena itu, Pak Gubernur memberikan kebijakan masuk sekolah pada hari Kamis (12/5/2022),” ujarnya dalam keterangan yang diterima Jumat (6/5/2022).
Uu juga berharap, kebijakan ini diikuti oleh kabupaten dan kota yang menaungi tingkat pendidikan sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Apalagi, 9,2 juta warga Jabar melaksanakan mudik Lebaran 2022.
”Kami berharap bupati dan wali kota di Jabar memperhatikan kebijakan itu. Saya menyarankan penundaan sekolah juga dapat diikuti sekolah lainnya, mulai dari SD sampai SMP. Kami yakin para keluarga tidak hanya anak SMA, tetapi juga ada sekolah lainnya,” ujar Uu.