Libur Lebaran Tahun Ini Pulihkan Usaha Kecil dan Desa Wisata
Sejumlah pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah, serta pengelola desa wisata di beberapa daerah mendapat lonjakan kunjungan konsumen serta pendapatan selama libur Lebaran tahun ini.
Oleh
NAD/EGI/NCA/WER/XTI
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Keputusan pemerintah membolehkan mudik selama libur Idul Fitri 1443 Hijriah, berkat makin terkendalinya penularan Covid-19, membantu pulihnya pendapatan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah, serta masyarakat pengelola desa wisata di sejumlah daerah. Beberapa menyebut kondisi sudah makin mirip seperti sebelum wabah.
Endar (44), pemilik warung makan Ikan Bakar Laut Eretan di Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, menuturkan, pada saat arus mudik Lebaran, kebanyakan pengunjung adalah pemudik dengan sepeda motor. Mereka mampir untuk beristirahat di tengah perjalanan.
”Warung saya belum buka saja sudah banyak yang ketok-ketok pintu, pengen pada ngopi,” ujar Endar saat dihubungi pada Kamis (5/5/2022).
Kenaikan jumlah konsumen khususnya terjadi pada hari kedua Lebaran, Selasa (3/5) lalu. Banyak pengunjung sampai mengantre. Adapun tempat makan berkapasitas 100 pembeli.
Karena pengunjung membeludak, Endar sempat kehabisan stok ikan. Padahal, biasanya ia selalu punya stok ikan seperti kakap, kerapu, etong, dan bawal dengan total bobot 4 kuintal. Untungnya, pasokan ikan bisa segera datang.
Ia juga menambah jumlah pekerja di warungnya sampai 15 orang dari biasanya hanya tiga orang. Pada hari biasa di masa pandemi, pendapatan warung makannya tidak lebih dari Rp 5 juta per hari, termasuk pada akhir pekan. Kini, pada masa libur Lebaran, Rp 20 juta bisa diraup dalam sehari.
Di Cirebon, Jabar, pemilik Batik Nefa di Pasar Batik Trusmi, Gunisa, mengatakan, Lebaran ini penjualan batik naik. Jika pada arus mudik kebanyakan pembeli adalah warga setempat, pada arus balik kebanyakan dari luar kota.
”Jadi, pengunjung makan di pusat kuliner yang ada di sentra batik, kemudian habis itu melihat batik,” ujar Gunisa. Pada Lebaran tahun ini, penjualan, menurut dia, telah meningkat sampai 50 persen dibandingkan dengan hari biasa selama pandemi.
Di Kabupaten Magelang, tingkat kunjungan tiga hari terakhir di Gubuk Kopi di Desa Karangrejo, Kecamatan Borobudur, sudah sama seperti sebelum pandemi, dengan rata-rata jumlah tamu lebih dari 1.000 orang per hari. ”Ribuan tamu terus mengalir tanpa putus sejak pukul 07.00 hingga hampir pukul 22.00,” ujar Agus Prayitno, pemilik Gubuk Kopi.
Tamu biasanya datang ke Gubuk Kopi untuk menikmati kopi atau teh tawar sembari mengunyah gula kelapa buatan petani setempat. Ada pula tawaran wisata edukasi tentang proses pembuatan gula kelapa disertai cerita kehidupan masyarakat Desa Karangrejo, yang pada masa lalu terbiasa memetik kelapa dan membuat gula merah sendiri.
Aliran tamu tersebut membuat omzet penjualan gula merah di Gubuk Kopi mencapai Rp 5 juta-Rp 6 juta per hari. Kunjungan juga berdampak signifikan pada penjualan produk-produk kerajinan di desa, seperti batik dan cobek.
Masih di Kecamatan Borobudur, kenaikan jumlah konsumen dinikmati pula oleh Balkondes Ngaran di Desa Borobudur. Selama tiga hari terakhir, 300-400 tamu berkunjung per hari dan mengalirkan omzet pada restoran Balkondes Rp 5 juta-Rp 7 juta per hari. Ada pula omzet dari homestay Balkondes yang menembus Rp 10 juta per hari.
Seperti di Gubuk Kopi, supervisor Balkondes Ngaran, Sugiarto, mengatakan, kondisi saat ini sudah seperti capaian saat libur Lebaran pra-pandemi.
Kebangkitan juga dirasakan kelompok sadar wisata (pokdarwis) Desa Wisata Nglanggeran di Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul, DI Yogyakarta. Salah satu obyek rekreasinya adalah Puncak Gunung Api Purba Nglanggeran dengan ketinggian 700 meter di atas permukaan laut.
Ketua Pokdarwis Desa Wisata Nglanggeran, Mursidi, mengungkapkan, peningkatan kunjungan wisatawan sudah terjadi sejak sebelum Lebaran. Dari semula sekitar 50 orang per hari bisa menjadi 150 orang per hari.
Ribuan tamu terus mengalir tanpa putus. (Agus Prayitno)
Jumlah wisatawan melonjak lagi saat libur Lebaran. Pengunjung berjumlah lebih dari 500 orang pada H2 Idul Fitri atau hari Selasa (3/5). Jumlahnya naik lagi menjadi lebih dari 1.000 orang pada Rabu (4/5).
”Harapan kami, pengunjung desa wisata bisa lebih banyak. Syukur-syukur bisa melebihi dari kunjungan sebelum pandemi Covid-19,” ujar Mursidi.
Geliat terlihat pula di Desa Wisata Pujon Kidul di Malang, Jawa Timur. Salah satu atraksi di sana adalah Cafe Sawah, tempat kuliner di tengah sawah dengan latar pemandangan pegunungan.
Kepala Desa Pujon Kidul Udi Hartoko menyebut, pengunjung Cafe Sawah pada Senin (2/5) berjumlah 1.000-an orang, pada Selasa (3/5) 2.500-an orang, dan hari Rabu (4/5) 3.700-an orang. Selama pandemi tahun lalu, jumlah tamu terbanyak dalam sehari sekitar 2.000 orang.
Namun, jumlah kunjungan masih jauh dari masa sebelum pandemi, yang bisa mencapai 5.000 orang per hari. Meski demikian, Udi tetap optimistis. ”Dengan adanya pelonggaran, akan naik terus,” ujarnya.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia Bidang Pengembangan Otonomi Daerah Sarman Simanjorang memprediksi, perputaran uang di kisaran Rp 42 triliun jika tiap keluarga yang mudik membawa dana Rp 1,5 juta. Sebab, 85 jutaan orang setara sekitar 28 juta keluarga (satu keluarga rata-rata terdiri dari tiga anggota). Adapun angka 85 jutaan pemudik bersumber dari perkiraan Kementerian Perhubungan berdasarkan hasil survei (Kompas, 4/5/2022).
Sementara itu, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memperkirakan 48 juta-56 juta orang dari 85 juta pemudik tahun ini akan mengunjungi obyek-obyek wisata domestik.
Menteri Parekraf Sandiaga Uno menuturkan, dari pengalaman 2019, sebanyak 60-70 persen dari 30 juta pemudik pergi ke tempat wisata. Itu bermanfaat bagi perekonomian setempat, mulai dari penginapan, restoran, hingga pusat oleh-oleh (Kompas, 12/4/2022).
Terkait dengan wisata selama libur Lebaran di Jateng, Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Jateng Sinoeng Noegroho Rachmadi menyebutkan, tren berwisata para pemudik pada libur Lebaran 2022 ini mulai terbagi. Sebagian memilih berwisata ke tempat-tempat terkenal, tetapi tak sedikit yang memilih rekreasi ke desa-desa wisata di sekitar mereka.
”Yang menarik dalam libur Lebaran tahun ini adalah kepadatan terjadi di desa-desa wisata,” kata Sinoeng. Sekitar 70 persen wisatawan memilih desa wisata yang menyuguhkan keindahan alam, seperti pantai, pegunungan, persawahan, sungai, dan air terjun.