Dampak Penerapan Satu Arah di Jalan Tol Harus Diantisipasi
Rekayasa lalu lintas satu arah di jalan tol direncanakan berlanjut hari ini. Dampak penerapan satu arah itu perlu diantisipasi agar tidak terjadi kemacetan di jalan arteri.
Oleh
Tim Kompas
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Untuk mengantisipasi kepadatan lalu lintas pada masa arus balik Lebaran, kepolisian menerapkan rekayasa lalu lintas dengan sistem satu arah di Jalan Tol Trans-Jawa mulai Kamis (5/5/2022) malam. Dampak atau efek dari penerapan sistem satu arah yang direncanakan berlanjut Jumat (6/5) itu perlu diantisipasi.
Berdasarkan data PT Jasa Marga (Persero) Tbk, pada Kamis sekitar pukul 21.41, mulai diterapkan sistem satu arah dari Kilometer 188 Gerbang Tol (GT) Palimanan hingga Km 72 Jalan Tol Jakarta-Cikampek. Sistem itu diterapkan ke arah barat atau Jakarta sehingga pengendara yang menuju ke arah timur tidak bisa melintas di jalan tol yang menjadi lokasi penerapan satu arah.
Penerapan satu arah itu direncanakan berlanjut pada Jumat ini. Menurut rencana awal, sistem satu arah akan diterapkan Jumat pada pukul 14.00-24.00 mulai dari Km 414 GT Kalikangkung di Semarang, Jawa Tengah, hingga Km 47 Tol Jakarta-Cikampek. Namun, waktu dan lokasi pemberlakuan sistem satu arah itu bisa berubah sesuai kondisi lapangan.
Kepala Korps Lalu Lintas Polri Inspektur Jenderal Firman Shantyabudi mengatakan, rekayasa lalu lintas dilakukan karena volume to capacity ratio (VCR) di Jalan Tol Trans-Jawa dari Jawa Tengah ke Jakarta pada masa arus balik diprediksi lebih dari 1. VCR merupakan perbandingan antara volume kendaraan yang melintas dan kapasitas jalan. Jika VCR lebih dari 1, ini berpotensi terjadi kemacetan.
”Angka VCR saat arus balik 6-8 Mei itu diprediksi di atas 1, tepatnya antara 1,3 hingga 1,6. Hal ini harus diintervensi dengan cara mengurangi jumlah kendaraan atau menambah kapasitas jalan,” ujar Firman di Semarang, Kamis.
Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Sambodo Purnomo Yogo mengatakan, saat penerapan satu arah di tol, kendaraan menuju ke arah timur akan dikeluarkan di GT Karawang Barat. Jika kondisi arus lalu lintas masih padat dan satu arah diteruskan hingga GT Halim, kendaraan dari arah Jalan Tol Dalam Kota Jakarta akan dikeluarkan di Cawang.
Sambodo memperkirakan, GT Halim di Km 3+500 yang jadi pintu masuk kendaraan dari arah timur ke Jakarta bakal mengalami kepadatan saat arus balik. Diperkirakan ada sekitar 1,2 juta kendaraan melewati gerbang tol itu dari arah timur.
”Maka, saat one way (satu arah), jalur masuk ke GT Halim kami bagi dua agar kendaraan dari arah timur pada jalur biasa bisa lewat dan pada jalur satu arah juga bisa masuk. Kalau tidak, nanti akan susah terjadi perpotongannya,” kata Sambodo.
Ketika sistem satu arah diterapkan di jalan tol, sejumlah langkah juga disiapkan untuk mengantisipasi kepadatan di jalan arteri atau nontol. Sebab, saat satu arah diberlakukan, kendaraan yang menuju ke arah timur harus melewati jalan arteri.
Direktur Lalu Lintas Polda Jawa Barat Komisaris Besar Romin Thaib mengatakan, pihaknya telah mengantisipasi potensi kepadatan kendaraan di jalur pantai utara (pantura) Jawa. Jalur itu akan menjadi lokasi pertemuan kendaraan dari arah Jakarta menuju wilayah Cirebon, Jawa Barat, serta sejumlah wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Selain itu, jalur itu juga akan dilalui pemudik sepeda motor yang kembali ke Jakarta dan sekitarnya.
”Salah satu caranya (meminimalkan potensi kemacetan di jalur pantura) adalah dengan mengurangi jumlah u-turn (tempat putar balik) agar tidak banyak terjadi crossing (perpindahan jalur) yang sering menyebabkan perlambatan kendaraan dan kemacetan,” ujarnya.