Wisatawan mancanegara terus berdatangan ke Manado, Sulawesi Utara, sekalipun jumlahnya belum masif. Fasilitas visa kunjungan saat kedatangan atau ”visa on arrival” disebut berpengaruh besar bagi geliat pariwisata Sulut.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·3 menit baca
MANADO, KOMPAS — Wisatawan mancanegara terus berdatangan ke Manado, Sulawesi Utara, sekalipun jumlahnya belum masif. Fasilitas visa kunjungan saat kedatangan atau visa on arrival disebut ikut berpengaruh mengembalikan geliat pariwisata di ”Bumi Nyiur Melambai”.
Fasilitas visa on arrival yang disediakan bagi pelancong dari 60 negara mulai diterapkan sejak 6 April 2022. Sejak itu, jumlah penumpang penerbangan internasional yang tiba dengan maskapai penerbangan Scoot, satu-satunya yang melayani rute internasional ke Bandara Sam Ratulangi Manado, telah mencapai ribuan orang dalam sebulan.
Scoot melayani rute Singapura-Manado sebanyak dua kali seminggu. Pesawat yang digunakan adalah Airbus A320 atau sejenisnya yang dapat mengangkut paling banyak 180 penumpang.
Kendati begitu, Stakeholder Relations Manager Bandara Sam Ratulangi Yanti Pramono menilai, jumlah wisatawan mancanegara yang datang saat ini belum terlalu signifikan. ”Jumlah penumpang tidak terlalu banyak. Mungkin tidak sampai 50 persen dari kapasitas pesawat,” kata Yanti ketika dihubungi via telepon, Rabu (4/5/2022).
Menurut data pengelola Bandara Sam Ratulangi, antara 1 dan 30 April, jumlah penumpang yang tiba di Manado mencapai 1.224 orang atau 40,8 orang sehari. Jumlah ini sedikit menurun dari 1-31 Maret dengan ketibaan 1.314 pelaku perjalanan internasional, setara 42,3 orang sehari.
Kebanyakan penumpang yang datang adalah warga negara Indonesia. Menurut data Kantor Imigrasi Kelas I Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) Manado, antara 6 April-4 Mei, jumlah pengguna visa on arrival yang mayoritas berasal dari Eropa hanya 107 orang.
Wisman dari Perancis mendominasi dengan jumlah 24 orang, disusul Britania Raya (16), Jerman (15), dan Italia (14). Di luar itu, terdapat wisman dari 14 negara lain seperti Amerika Serikat, Australia, Belanda, Finlandia, dan Swiss.
Dari kawasan Asia Tenggara, jumlah pelancong ke Manado hanya mencapai 22 orang, yaitu dari Singapura (17) dan Malaysia (5). Mereka mendapat fasilitas bebas visa kedatangan (BVK). ”Jadi (visa on arrival) belum ada pengaruh yang besar untuk pariwisata di Indonesia,” kata Yanti.
Akan tetapi, Kepala Subseksi Pemeriksaan Imigrasi Kantor Imigrasi Kelas I TPI Manado Kenneth Rompas menilai, terdapat tren yang cenderung positif. Setelah nihil pengguna pada pekan pertama pemberlakuaannya, peminat visa on arrival mulai muncul 13-26 April, yaitu sebanyak 36 orang.
Artinya, hingga kini telah terjadi peningkatan sebanyak 197,2 persen. ”Memang tidak langsung ada penumpang yang menggunakan fasilitas tersebut. Tapi sejak tanggal 13 April hingga saat ini, peningkatannya cukup pesat,” ujar Kenneth.
Menurut Kenneth, visa on arrival memang diberlakukan untuk mengembalikan geliat pariwisata di Sulut. Namun, pihaknya tetap mewaspadai serangan Covid-19. Para petugas keimigrasian pun telah diminta untuk lebih teliti melihat daftar 60 negara yang diberikan fasilitas tersebut agar roda pariwisata bisa kembali berputar tanpa membuat pandemi memburuk lagi.
”Kami juga berkoordinasi dengan pemangku kepentingan bandara, baik dari Angkasa Pura I, maskapai penerbangan, dan petugas lapangan. Kami juga menjaga komunikasi dengan dinas pariwisata dan bahkan perhotelan untuk memublikasikan keberadaan visa on arrival ini,” ujarnya.
Sebelumnya, Sekretaris Daerah Sulut Asiano Gammy Kawatu mengatakan, target kunjungan wisatawan ke Sulut selama 2021, yaitu 1 juta wisatawan Nusantara, hanya tercapai sekitar 40 persen. Wisatawan asing memang belum menjadi perhatian karena pandemi. Namun, ia yakin menyurutnya pandemi akan menjadi titik balik bagi pariwisata Sulut.