Merayakan Hari Kemenangan dengan Doa dan Santap Bersama di Kubu Raya
Masyarakat sejumlah desa di Kubu Raya, Kalbar, punya tradisi unik merayakan Idul Fitri. Pada malam takbiran, warga berkeliling dari rumah ke rumah untuk memperkuat silaturahmi, saling mendoakan, sekaligus makan bersama.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·4 menit baca
KOMPAS/EMANUEL EDI SAPUTRA
Warga berkumpul untuk makan bersama di salah satu rumah di Dusun Lima, Desa Pal Sembilan, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, saat malam Takbiran pada Minggu (1/5/2022) malam. Pada malam Takbiran, warga di dusun itu memiliki tradisi berkeliling dari rumah ke rumah untuk memperkuat silaturahmi, saling mendoakan, sekaligus makan bersama.
Masyarakat sejumlah desa di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, mempunyai tradisi unik untuk merayakan hari raya Idul Fitri. Pada malam takbiran sebelum Idul Fitri, masyarakat beberapa desa itu secara berkelompok berkeliling dari rumah ke rumah untuk memperkuat silaturahmi, saling mendoakan, sekaligus makan bersama.
Tradisi itu antara lain berkembang di Dusun Lima, Desa Pal Sembilan, Kecamatan Sungai Kakap, Kubu Raya. Pada Minggu (1/5/2022) malam, di tengah suara takbir yang terus berkumandang, sejumlah warga RT 038 RW 011 Dusun Lima berkunjung ke rumah-rumah tetangga mereka.
Rumah pertama yang mereka kunjungi adalah milik Andi Supandi (44). Andi yang telah menunggu di teras rumahnya langsung menyalami warga yang datang. Mereka kemudian dipersilakan duduk bersila di ruang tamu.
Acara dimulai dengan ucapan takbir serta untaian doa untuk memanjatkan syukur dan mohon keselamatan. Suasana pun terasa khidmat. Apalagi, di luar rumah, suara takbir bersahut-sahutan dari sejumlah masjid.
Jemaah menjalankan shalat Idul Fitri di jalan depan Kantor Wali Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Senin (2/5/2022).
Setelah doa-doa dipanjatkan, acara dilanjutkan dengan santap bersama. Di ruang tamu telah tersedia lemang, yaitu makanan dari beras ketan yang dibakar di dalam bambu. Ada juga udang asam manis, sup iga, ayam masak kari, hingga acar ikan tenggiri.
”Masakan-masakan ini telah kami siapkan sejak pagi,” ujar Suriani (44), salah satu anggota keluarga tuan rumah.
Aroma makanan-makanan itu membuat warga yang hadir ingin segera mencicipi. Mereka kemudian menyantap lemang yang diberi siraman acar ikan tenggiri serta ayam masak kari.
”Hidangan-hidangan itu adalah tanda syukur atas rahmat dari Allah,” ujar Andi di sela-sela santap malam.
Namun, makan malam di rumah Andi tidak bisa berlangsung lama karena para tamu harus segera beranjak ke rumah lainnya. Seusai makan malam selesai, doa kembali dipanjatkan. Lalu, para tamu pun pamit. Saat tamu-tamu itu pergi, Andi selaku tuan rumah juga ikut bergabung untuk berkunjung ke rumah berikutnya.
KOMPAS/EMANUEL EDI SAPUTRA
Warga berkumpul untuk makan bersama di salah satu rumah di Dusun Lima, Desa Pal Sembilan, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, saat malam Takbiran pada Minggu (1/5/2022) malam.
Menu berbeda
Rumah kedua yang dikunjungi kelompok itu hanya berjarak beberapa puluh meter dari rumah pertama. Di rumah kedua ini, doa-doa kembali dipanjatkan, lalu dilanjutkan dengan bersantap bersama.
Namun, menu yang disajikan di rumah kedua ini agak berbeda. Di rumah ini tersaji es cincau, buah, serta roti. Variasi menu antar-rumah ini membuat para tamu bisa mendapat selingan antara makanan berat dan makanan ringan.
Variasi makanan ini penting karena satu kelompok warga bisa mengunjungi delapan hingga sepuluh rumah dalam semalam. Oleh karena itu, sejumlah warga yang menjalankan tradisi berkeliling dari rumah ke rumah itu biasanya hanya menyantap sedikit makanan di setiap rumah agar tidak terlalu kenyang.
Seusai acara di rumah kedua, warga berlanjut menuju rumah ketiga. Kali ini, makanan berat kembali menanti. Di sana disajikan ayam kari, daging sapi masak kecap, ikan mayong goreng, dan ikan tenggiri masak tomat.
Jemaah merayakan shalat Idul Fitri di halaman Masjid Raya Mujahidin Pontianak, Kalimantan Barat, Senin (2/5/2022).
Selepas dari rumah ketiga, mereka akan lanjut berkunjung ke sejumlah rumah lainnya. Kegiatan saling berkunjung itu biasanya dilakukan sejak pukul 19.00 hingga 23.00.
Waktu kunjungan itu lebih singkat dibanding pada zaman dulu. Sebab, saat ini, warga yang berkunjung dibagi menjadi beberapa kelompok dan tiap-tiap kelompok berkunjung ke rumah berbeda. Pada masa lalu, saat pembagian kelompok belum ada, kunjungan itu baru selesai menjelang subuh karena ada sekitar 50 rumah yang dikunjungi.
Variasi makanan ini penting karena satu kelompok warga bisa mengunjungi delapan hingga sepuluh rumah dalam semalam.
Selain untuk menyingkat waktu, pembagian kelompok itu juga bertujuan agar semuarumah yang ada di kampung tersebut bisa dikunjungi. Menurut Ketua RW 011 Dusun Lima, Jaini (48), biasanya warga yang berkunjung dari rumah ke rumah itu dibagi ke dalam lima kelompok.
Tiap-tiap kelompok tersebut beranggotakan sekitar 20 orang. ”Tanpa diberi tahu pun pemilik rumah sudah tahu bahwa akan ada yang berkunjung setiap malam takbiran,” ujar Jaini.
KOMPAS/EMANUEL EDI SAPUTRA
Jemaah bermaaf-maafan seusai shalat Idul Fitri di halaman Masjid Raya Mujahidin Pontianak, Kalimantan Barat, Senin (2/5/2022).
Turun-temurun
Jaini juga menuturkan, kegiatan berkeliling dari rumah ke rumah itu sudah menjadi tradisi secara turun-temurun di kampung tersebut pada setiap malam takbiran. Selain diisi dengan berdoa dan makan bersama, juga ada pengumpulan dana yang akan disumbangkan untuk masjid.
Menurut Jaini, tradisi berkunjung ke rumah-rumah itu bertujuan untuk menguatkan silaturahmi antarwarga dan sebagai ungkapan rasa syukur karena puasa Ramadhan telah selesai. Jika bertepatan dengan musim buah-buahan, tradisi tersebut biasanya menjadi lebih semarak karena buah-buahan seperti langsat dan durian ikut disajikan.
Tradisi makan bersama itu berlanjut hingga keesokan harinya saat hari raya Idul Fitri. Pada ”hari kemenangan” itu, setiap keluarga membawa makanan ke masjid yang akan disantap setelah shalat Idul Fitri.
KOMPAS/EMANUEL EDI SAPUTRA
Jemaah mengabadikan foto kebersamaan dengan keluarga seusai shalat Idul Fitri di kompleks Masjid Raya Mujahidin Pontianak, Kalimantan Barat, Senin (2/5/2022).
”Keluarga saya memaknai tradisi ini sebagai silaturahmi di antara warga sekitar. Acara di setiap rumah umumnya diawali dengan pembacaan takbir dan disusul doa-doa keselamatan, termasuk mendoakan anggota keluarga yang telah tiada,” ujar Lukman (41), warga setempat.
Namun, seiring waktu, di beberapa tempat tradisi itu juga mulai berubah. Ada yang meniadakan kunjungan dari rumah ke rumah sehingga warga hanya membawa makanan masing-masing ke masjid untuk dimakan bersama seusai shalat Idul Fitri.