Musim Semi Jip Wisata Lereng Merapi pada Libur Lebaran 2022
Pelaku jip wisata, di lereng Gunung Merapi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, memanen kunjungan wisatawan pada libur Lebaran kali ini. Jumlah kunjungannya melonjak signifikan.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·5 menit baca
SLEMAN, KOMPAS – Sempat terkunci pandemi Covid-19 dan kenaikan aktivitas Gunung Merapi, para pelaku jip wisata di lereng Gunung Merapi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, menikmati "musim semi" lonjakan kunjungan wisatawan pada libur Lebaran kali ini.
Pantauan Kompas, belasan jip wisata bermanuver melalui medan terjal dan kubangan air di Kali Kuning, Kabupaten Sleman, DIY, Selasa (3/5/2022). Penumpang berteriak setiap kali jip wisata menerjang kubangan air. Alih-alih ketakutan, para penumpang justru menunjukkan wajah gembira setelah jip yang ditumpanginya keluar dari arena offroad pada kawasan lereng Merapi tersebut.
Sepanjang pukul 10.00 hingga 12.00, jip-jip wisata seperti tak henti-hentinya melintasi lokasitersebut. Hampir setiap 10 menit sekali selalu ada rombongan bus baru yang datang. Seolah arus kedatangan jip wisata tak pernah terputus. Bersamaan dengan rombongan yang datang, jip wisata yang sudah beratraksi bergegas meninggalkan lokasi.
“Dari pagi tadi sampai pukul 11.00, kurang lebih sudah ada sekitar 500 jip masuk ke Kali Kuning. Semakin siang nanti pasti semakin banyak yang datang. Wisata jip mulai menggeliat kembali,” kata Ketua Asosiasi Jip Wisata Lereng Merapi (AJWLM) Wilayah Barat Dardiri saat ditemui di Kali Kuning, Selasa siang.
Bergeliatnya kembali jip wisata sangat disyukuri oleh Dardiri dan paguyuban jip wisatanya. Pasalnya, selama dua tahun terakhir, pandemi Covid-19 selalu saja merajalela setiap kali Lebaran. Untuk itu, kunjungan wisata juga sangat sepi. Beruntungnya, setelah keran mudik Lebaran dibuka tahun 2022, kunjungan wisata kembali meledak.
Dardiri meyakini, angka kunjungan wisatawan akan terus mengalami peningkatan dalam beberapa hari ke depan. Total jip wisata yang tersedia berjumlah 800 unit. Menurutnya, seluruh unit yang ada bakal beroperasi pada masa liburan ini.
Ketua AJWLM Wilayah Timur Bambang Sugeng mengungkapkan, satu unit bus bisa beroperasi empat kali dalam sehari pada momen liburan seperti ini. Jika kunjungan wisata sangat tinggi, bahkan satu unit bus bisa beroperasi sampai lima kali. Untuk tarifnya, dimulai dari Rp 350 ribu hingga Rp 800 ribu. Semakin panjang rute, harganya akan semakin mahal.
Optimisme bergeliatnya wisata jip, lanjut Bambang, dibuktikan dari laporan para pengelola jip wisata. Para pengelola sudah mendapat pesanan sejak tujuh hari sebelum Hari Raya Idul Fitri. Sementara, jumlah wisatawan yang menyewa jip wisata tanpa reservasi juga tak kalah banyak.
“Dari data di masing-masing basecamp, pemesanan tidak hanya sewaktu liburan Lebaran ini. Semua sudah ada pesananan sampai akhir bulan ini. Nanti bisa sampai overload. Karena, sudah banyak yang pesan jauh-jauh hari,” kata Bambang.
Sebagai bentuk perlindungan bagi wisatan, Asosiasi Jip Wisata Lereng Merapi memastikan semua pemandu atau pengemudinya sudah menerima vaksinasi penguat. Para penumpang juga diwajibkan memakai helm saat menaiki jip tersebut. Sebab, rute yang dilalui jip wisata lumayan ekstrem. Aspek mitigasi bencana juga sudah dikuasai para pemandu mengingat jip wisata beroperasi di wilayah rawan bencana, yakni erupsi Merapi.
Caca (22), wisatawan asal Tangerang menyatakan, sudah mengincar atraksi jip wisata sejak awal kedatangannya. Itu menjadi destinasi pertama yang dikunjunginya saat tiba di DIY. Ia merasa puas dengan pelayanan pemandu wisata. Mereka dianggap mampu menjelaskan dengan baik dari titik-titik yang dikunjungi. Aspek keamanan juga terjamin.
“Seru banget. Pengalaman yang didapat dari driver-nya menyenangkan sekali. Penjelasan pemandu oke banget. Mereka juga menyesuaikan dengan kemauan kami sebagai wisatawan,” kata Caca.
Pemandangan serbuan wisatawan juga tampak di destinasi unggulan lainnya, seperti Kawasan Malioboro, Kota Yogyakarta. Selasa sore, area trotoar di sisi barat maupun timur jalan tersebut tampak dipenuhi wisatawan. Arus lalu lintas juga terlihat padat. Namun, kendaraan bermotor yang melintas masih bisa mengalir lancar.
Keramaian tersebut menjadi berkah bagi kusir andong yang beroperasi di wilayah tersebut. Terlihat di antara mobil dan sepeda motor yang melaju, sejumlah kusir andong semringah mengangkut wisatawan berkeliling di kawasan tersebut. Sekali angkut, rata-rata tarif yang dikenakan Rp 150 ribu untuk rute Malioboro, sedangkan Rp 200 ribu untuk sampai Keraton Yogyakarta.
Ponijo (45), kusir andong, sudah mengangkut enam rombongan sejak beroperasi pukul 11.00 hingga 16.30. Rencananya, ia akan memangkal hingga pukul 22.00. Ia senang karena kawasan Malioboro kembali ramai setelah diperbolehkannya mudik pada Lebaran kali ini.
“Pandemi tahun-tahun lalu, Malioboro sudah seperti kota mati. Ini sudah membaik. Semoga besok semakin ramai lagi dan jangan turun-turun lagi kunjungan wisatawan,” kata Ponijo, tersenyum.
Kendaraan luar kota
Kepadatan pengunjung dari luar daerah baru terlihat hari kedua Idul Fitri. Hingga Senin kemarin, jalanan kota Yogyakarta masih normal. Bahkan, cenderung sepi untuk momen Lebaran. Kepadatan hanya tampak di rumah makan.
"Saya juga heran ini kok masih sepi. Narik Gocar juga nggak ramai. Pesanan dari hotel-hotel juga landai," kata Rasman, driver taksi daring di kawasan Jalan Gejayan.
Namun, Selasa jelang tengah hari, arus kendaraan dari Kota Wates, Kulon Progo menuju arah Kota Yogyakarta mulai padat. Mobil-mobil berpelat kendaraan Bandung, Jakarta, Purworejo, dan lainnya mulai mengular di setiap persimpangan dengan rambu-rambu lalu lintas.
Arus penumpang pesawat dari Bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) juga padat. Akibatnya, jam pemberangkatan kereta bandara tujuan Stasiun Tugu selalu penuh, sehingga calon penumpangnya harus menunggu giliran hingga dua jam lebih. Bahkan, taksi dan taksi daring pun susah diperoleh.
"Saya batal naik kereta karena harus menunggu dua jam lebih. Mau tak mau pakai mobil sewaan yang dibantu orang bandara. Itupun berbagi kursi dengan penumpang lain dari Balikpapan. Mahal tidak apa-apa daripada menunggu kereta lama," kata Widuri. Ia membayar Rp 300 ribu untuk sampai di Kota Yogyakarta dari Bandara NYIA, sedangkan tiket kereta hanya Rp 20.000 per penumpang.