Kerinduan warga Palembang dengan suasana Lebaran seperti sebelum pandemi terlihat dari banyaknya warga yang mengikuti shalat Idul Fitri, Senin (2/5/2022). Mereka tak sabar merenda silaturahmi bersama sanak keluarga.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
Sejak Senin (2/5/2022) subuh, Hendra sudah bersiap merayakan ”Hari Kemenangan”. Dia mengenakan baju koko dilengkapi peci di kepalanya, lalu menyeberang Sungai Musi menggunakan perahu ketek. Agenda pertama pada hari spesial ini ialah shalat Idul Fitri berjemaah di pusat Kota Palembang, Sumatera Selatan.
Butuh waktu sekitar 10 menit untuk menyeberang menggunakan perahu ketek. Perahu bergoyang mengikuti gelombang sungai terpanjang kedua di Indonesia. Dengan menggunakan mesin diesel, perahu itu pun bergerak dari sebuah dermaga di hulu menuju ke hilir tepatnya di tepian Benteng Kuto Besak (BKB).Sesampainya di tepian sungai, Hendra segera turun dari perahu dan mengambil wudu di tepian Sungai Musi. Ia tahu tidak akan sempat mengambil wudu di Masjid Agung karena membeludaknya orang di sana. Tuntas mengambil wudu, ia pun berjalan menuju masjid yang berjarak sekitar 300 meter dari tepian BKB.
”Senangnya bisa menjalankan shalat Idul Fitri seperti biasa lagi,” ujar warga 5 Ulu, Kecamatan Kertapati, Palembang, ini. Dalam dua tahun terakhir, shalat Idul Fitri berjemaah, yang sebelumnya bisa meluber ke jalan-jalan kota, tidak bisa digelar lantaran adanya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat. Kala itu, ibadah shalat dipercepat dengan jemaah yang terbatas dan hanya menggunakan lingkungan masjid.
Shalat Idul Fitri berjemaah di Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo Palembang sudah semacam tradisi bagi warga kota. Mereka datang dari berbagai penjuru kota atau bahkan ada yang dari luar kota. Ribuan orang berbondong-bondong ke masjid terbesar di Sumsel itu.
Kangen kepada Allah tidak hanya cukup dengan ucapan, tetapi dengan tindakan, yakni melakukan amal saleh. (Habib Muhammad Syahab)
Saking banyaknya warga yang datang, mereka sampai ”meluber” ke jalan hingga menggunakan Jembatan Ampera. Polisi yang sehari sebelumnya mengeluarkan larangan untuk menggunakan Jembatan Ampera akhirnya harus menutup ikon kota Palembang itu untuk sementara karena begitu banyaknya jemaah yang datang.
Mereka kemudian membentangkan tikar dan koran sebagai alas untuk shalat. Tanpa komando, mereka membentuk sendiri jajaran dan barisan secara rapi. Ketika adzan mulai berkumandang, mereka langsung mengambil posisi sempurna untuk menjalankan shalat Idul Fitri.
Suara Imam, Tarmizi Muhaimin Al Hafizh, terdengar dari pengeras suara memimpin shalat ribuan jemaah. Mereka tenggelam dalam khusyuk shalat, merayakan hari kemenangan dalam doa, setelah sempurna menjalankan ibadah puasa di Bulan Ramadhan.
Rasa syukur
Dalam khotbahnya, Habib Muhammad Syahab mengatakan, hendaknya seluruh umat mensyukuri nikmat yang sudah diberikan Tuhan. Nikmat untuk dapat kembali menjalani ibadah puasa dan merayakan hari kemenangan bersama keluarga.
Karunia ini harus dibalas dengan memperkuat iman kepada Tuhan dan juga tak lelah untuk melakukan amal saleh dalam menjalani hidup di masa datang. ”Kangen kepada Allah tidak hanya cukup dengan ucapan tetapi dengan tindakan, yakni melakukan amal saleh,” ujar Habib Muhammad Syahab.
Ketika shalat Id berakhir, banyak warga bersalaman, bermaaf-maafan, serta berfoto bersama dengan beragam latar belakang. Mereka seakan melepas kerinduan yang tidak mereka temukan sejak dua tahun terakhir.
Kerinduan inilah yang dirasakan Hasbillah. Seusai ibadah shalat, dia bersama istri dan anaknya berfoto dengan latar belakang Masjid Agung Palembang. ”Sudah kangen bisa berfoto di situasi seperti ini,” kata warga 10 Ilir Palembang tersebut. Sepulang dari Shalat Idul Fitri, dia berencana mengunjungi sanak keluarga dan juga tetangga untuk bersilaturahmi.
Wali Kota Palembang Harnojoyo berpesan agar Idul Fitri tahun ini bisa menjadi tonggak awal untuk menjadi insan yang lebih baik lagi. Hapus segala iri dengki, sombong, dan emosi. Tumbuhkan lagi rasa kasih sayang dan persaudaraan kepada sesama.
Dia bersyukur tahun ini warga Palembang bisa bersilaturahmi kembali setelah dua tahun dibatasi. Momen ini harus dimanfaatkan dengan saling mengulurkan tangan bermaaf-maafan untuk menghapus segala dosa serta cela.
Harnojoyo mengundang umat untuk mengisi masjid dan mushala guna berdoa bersama. Ketika doa terdengar oleh Tuhan, semoga para hambanya terhindar segala malapetaka dan kesengsaraan, kemudian hidup akan dilingkupi kemakmuran dan kesejahteraan.
Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru mengatakan, Palembang terasa lebih ramai dibandingkan dengan Lebaran di dua tahun sebelumnya. Itu karena para perantau sudah boleh kembali ke kampung halamannya.
”Banyak wajah gembira dan ceria saya temui di perjalanan menuju masjid ini. Itu berarti Idul Fitri kali ini mendatangkan sukacita bagi warga,” ujar Herman. Momen ini adalah saat bagi mereka melepas kerinduan setelah dua tahun tidak pulang. Genap dua tahun, warga melewati badai Covid-19. Kini kondisi kian pulih walau pandemi belum sepenuhnya melepas Sumsel dari bekapan.
”Dengan Idul Fitri ini, diharapkan situasi pandemi segera dapat berubah menjadi endemi,” katanya.
Sinyal positif tampak dari perbaikan ekonomi di segala sektor. Perbaikan situasi ini harus terus dijaga, dengan bergotong royong mengendalikan wabah. Mari bersilaturahmi rayakan hari kemenangan dengan berkeliling menyambangi keluarga dan teman, tanpa meninggalkan vaksinasi dan protokol kesehatan.