Hidangan Buka Bersama Diduga Picu Keracunan Massal di Surakarta
Sebuah tragedi terjadi pascaperistiwa buka bersama, di Kota Surakarta, Jawa Tengah, menjelang Idul Fitri. Puluhan warga diduga keracunan makanan setelah mengikuti kegiatan tersebut.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Sebuah tragedi terjadi pascaperistiwa buka bersama, di Kota Surakarta, Jawa Tengah, menjelang hari raya Idul Fitri. Puluhan warga diduga keracunan makanan setelah mengikuti kegiatan tersebut. Salah seorang di antaranya dilaporkan meninggal. Aparat kepolisian tengah mendalami kasus tersebut.
Tragedi itu berawal dari kegiatan buka bersama di Masjid At Tin, RT 001 RW 001, Kelurahan Pucangsawit, Kota Surakarta, Sabtu (30/4/2022). Ada 200 porsi makanan yang dibagikan. Isinya terdiri dari nasi, ayam bakar, dan semangka. Diperkirakan, acara tersebut diikuti sekitar 100 orang. Gejala dugaan keracunan dialami warga, pada Minggu (1/5/2022). Adapun gejala yang dialami berupa pusing, mual, muntah-muntah, hingga diare.
”Dari laporan yang saya terima, buka bersama kira-kira diikuti 100 orang. Kemudian, ada dos makanan tersisa dibawa pulang warga. Mulai Minggu pagi, warga mengeluhkan gejala dugaan keracunan. Saya meminta warga segera ditangani secara medis dengan dibawa ke rumah sakit,” kata Lurah Pucangsawit Yosef Fitrianto, saat dihubungi, Senin (5/2/2022) malam.
Pertama, kali menerima laporan tersebut, Yosef sedang berada di luar kota. Malam harinya, ia baru bisa mengecek kondisi warga yang diduga keracunan. Ternyata, masih banyak warga yang mengalami gejala yang sama. Untuk itu, pihaknya meminta warga dengan kondisi berat segera dilarikan ke rumah sakit.
Ketua RT 001 RW 001 Yusuf Junaidi (46) menjelaskan, evakuasi warga menggunakan ambulans berlangsung sejak siang hari. Proses evakuasi baru rampung malam harinya. Dari hasil pendataannya, hingga Senin malam, sedikitnya terdapat 31 orang dirawat di rumah sakit, sedangkan 45 orang warganya dirawat jalan.
“Tetapi, ini juga semacam bergantian. Misalnya, ada warga yang kondisinya membaik dan diperbolehkan pulang. Tak lama, ada warga lain yang menyusul karena saat melakukan rawat jalan kondisinya menurun,” kata Junaidi.
Junaidi mengaku, dirinya juga sempat mengalami gejala berupa perut mulas disusul diare. Gejala itu dialaminya sejak Minggu dini hari. Beruntung, kondisi tubuhnya tidak bertambah lemas. Meski demikian, anggota keluarga Junaidi lainnya mengalami gejala lebih parah. Saat ini, ibu, istri, anak, dan keponakan Junaidi masih dirawat di rumah sakit akibat dugaan keracunan tersebut.
”Memang, mereka masih di rumah sakit. Tetapi, kondisinya mulai membaik. Semoga terus membaik dan segera pulih,” kata Junaidi.
Selain warga sakit, jelas Junaidi, dilaporkan pula seorang warganya meninggal dunia. Warga tersebut berinisial J (47). Ia juga sama-sama menyantap makanan paket berbuka puasa yang diduga menyebabkan warga keracunan. Namun, apakah penyebab tewasnya J akibat keracunan belum bisa dipastikan.
Pasalnya, jelas Junaidi, berdasarkan informasi yang diterimanya, J sempat muntah-muntah lalu tersungkur dan tak sadarkan diri di rumahnya. Saat tersungkur, keluar darah dari hidungnya. Kebetulan anak dan istri J juga sedang ditangani di rumah sakit akibat mengalami gejala dugaan keracunan pula. Untuk itu, yang bersangkutan sendirian di rumah.
”Tetangga yang lihat membantu agar dia (J) dibawa ke rumah sakit. Tetapi, di rumah sakit hanya sebentar, dia sudah dinyatakan meninggal. Sebelumnya, memang (J) sudah punya penyakit lain seperti jantung dan paru-paru,” kata Junaidi.
Kepala Kepolisian Resor Kota Surakarta Komisaris Besar Ade Safri Simanjuntak mengungkapkan hal serupa. Pihaknya tak ingin terburu-buru menyimpulkan penyebab korban tewas terkait makanan yang diduga beracun. Untuk itu, penyelidikan terus dilakukannya.
Salah satu langkah yang sudah ditempuh, lanjut Ade, ialah pengambilan sampel makanan yang diduga beracun tersebut. Kemudian, sampel itu dikirimkan ke laboratorium milik Kepolisian Daerah Jawa Tengah (Polda Jateng) untuk diperiksa lebih lanjut. Hasil pemeriksaan bakal menentukan langkah lanjutan dalam penyelidikan tersebut.
”Kami juga masih melakukan pemeriksaan terhadap para saksi. Mulai dari takmir masjid ataupun panitia penyelenggara, termasuk yang mengelola penyajian tersebut,” kata Ade.