KA Penataran Tabrak Minibus di Blitar, Dua Orang Tewas
Kereta Penataran kembali terlibat kecelakaan di Blitar, dua tewas dalam peristiwa ini.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
BLITAR, KOMPAS — Kecelakaan antara kereta api dan minibus di pelintasan tanpa palang kembali terulang. Sabtu (30/4/2022) sore, Kereta Api Penataran dari Blitar tujuan Surabaya menabrak minibus di Desa Pasirharjo, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.
Dua penumpang minibus tewas dalam peristiwa ini dan satu lainnya kritis. Korban tewas di lokasi bernama Tri Yoga Bayu L (31) dan istrinya, Anisa Rahmawati K (33), warga Desa Antapani Wetan, Kecamatan Antapani, Kota Bandung, Jawa Barat. Sementara anak mereka, IAP (5), luka di kaki dan kini menjalani perawatan di rumah sakit.
Kepala Unit Kecelakaan Lalu Lintas Kepolisian Resor Blitar Inspektur Dua Heri Irianto mengungkapkan, saat peristiwa terjadi, baik minibus maupun kereta melaju dari arah yang sama, yakni barat (Blitar Kota) ke timur (Malang).
Namun, sampai di simpang empat Balai Desa Pasirharjo, mobil Toyota Avanza bernomor polisi AG 1886 OS yang dikendarai korban belok ke kanan (selatan) dan hendak melewati pelintasan. Pada saat bersamaan melaju Kereta Penataran 374 dengan Masinis Sugiarto (35) dari Blitar menuju Surabaya.
Kecelakaan pun tidak terhindarkan. ”Kedua korban meninggal akibat luka berat di kepala. Sementara sang anak luka patah tulang kaki sekarang dirawat di RSUD Ngudi Waluyo, Wlingi,” ujarnya.
Kepala Desa Pasirharjo Chusana Churori menuturkan, korban berasal dari Blitar, tetapi telah lama tinggal di Bandung. Mereka bekerja di PT Kereta Api Daerah Operasional 2 Bandung dan sedang mudik ke kampung halaman. Sore itu, mereka tengah mengambil nasi untuk acara selamatan orangtuanya. Lokasi warung berada di samping Kantor Balai Desa Pasirharjo.
”Sebelum mereka mengambil nasi dan mobil itu mau menyeberang rel. Kemungkinan pengemudi tidak mencermati ada kereta datang dari barat karena saat itu ada EWS (sistem peringatan dini/sirine), tetapi tidak berfungsi secara normal sehingga sopir tidak mengetahui ada kereta melaju,” ujarnya.
Harapannya segera ada pembenahan karena ini menyangkut nyawa orang banyak. Apalagi kondisi rel menikung sehingga kedatangan kereta terkadang sulit diketahui jika masinis tidak membunyikan peluit yang panjang. (Chusana)
Chusana menuturkan, ini adalah kecelakaan ketiga yang melibatkan kereta api dan kendaraan bermotor di pelintasan berbeda di desanya sepanjang 2022. Sebelumnya, Januari lalu, terjadi kecelakaan antara kereta dan Honda Jazz, tetapi tidak ada korban jiwa.
Setelah itu, pada Februari, kecelakaan menimpa kereta dengan sepeda motor yang mengakibatkan satu korban tewas.
Pelintasan sebidang
Seperti diketahui, di Pasirharjo terdapat tiga pelintasan sebidang yang hanya diamankan oleh sirene. ”Jika EWS berfungsi normal, mungkin bisa mengurangi angka kecelakaan. Setahun ini sirenenya tidak berfungsi. Sementara di lokasi tidak ada petugas yang menjaga. Warga tidak berani menjadi sukarelawan karena takut jika terjadi keteledoran sehingga berakibat fatal,” ucapnya.
Menurut Chusana, pihaknya kerap mengirimkan video kondisi lintasan kepada dinas terkait, termasuk media sosial. Tahun 2021, pihaknya juga berkirim surat yang menyatakan EWS di tiga pelintasan di desanya rusak semua dan berharap segera diperbaiki.
Berdasarkan informasi, Chusana menambahkan masalah sirene menjadi tanggung jawab Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Timur. Namun, setelah sering terjadi kecelakaan, termasuk antara Kereta Rapih Dhoho dan Bus Harapan Jaya di Tulungagung, dua bulan lalu, tanggung jawab itu dilimpahkan ke Dinas Perhubungan Kabupaten.
”Harapan kami segera ada pembenahan karena ini menyangkut nyawa orang banyak karena setiap hari banyak warga yang melintas di tempat itu. Apalagi kondisi rel menikung sehingga kedatangan kereta terkadang sulit diketahui jika masinis tidak membunyikan peluit yang panjang,” ucapnya.