Buka di Kawasan Kampus, Toko Buku Gramedia Pacu Budaya Literasi di Semarang
Keberadaan toko buku penting memacu budaya literasi dan edukasi di suatu wilayah. Hal ini yang mendorong pembukaan Toko Buku Gramedia di wilayah permukiman dan kampus di Kota Semarang bagian atas.
Oleh
GREGORIUS MAGNUS FINESSO
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Keberadaan toko buku penting untuk memacu budaya literasi dan edukasi di suatu wilayah sekaligus memberi pilihan hiburan bagi warga. Kemajuan peradaban suatu kota bisa tecermin dari ramainya warga mengunjungi ruang-ruang perpustakaan dan toko buku.
Hal itu disampaikan Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu, saat meresmikan Toko Buku Gramedia di Jalan Setiabudi, Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (29/4/2022). Pemilihan lokasi toko buku itu disebut tepat karena berada di sekitar kawasan permukiman padat penduduk dan Kampus Universitas Diponegoro Semarang.
”Keberadaan toko buku sangat penting bagi suatu kota, apalagi di wilayah sekitar kampus. Mahasiswa, siswa, dan masyarakat memerlukan buku untuk sekadar hiburan ataupun bahan literatur,” jelas Hevearita.
Toko Buku Gramedia di Jalan Setiabudi berada di dekat kawasan Undip Semarang. Lokasinya sering disebut di wilayah ”Semarang atas” karena terpisah tanjakan Gombel dengan wilayah pusat Kota Semarang.
Kini, di Semarang, terdapat dua toko buku Gramedia. Satu tempat lainnya di Jalan Pandanarang, dekat kawasan Simpang Lima. Sebelum pindah di Jalan Setiabudi, toko buku Gramedia tersebut sebelumnya berada di jalan Pemuda.
Direktur Marketing dan Merchandise PT Gramedia Asri Media Heri Darmawan mengatakan, toko buku Gramedia tahun ini mengusung semangat ”Inspirasi Tanpa Batas” dengan menyediakan buku-buku bacaan yang dibutuhkan masyarakat. Hal tersebut, diyakini Heri, selaras dengan slogan ”Semarang Semakin Hebat”.
Heri berharap, Gramedia dapat mendukung Semarang semakin hebat melalui literasi. Gramedia menjadi salah satu toko buku yang menjual buku-buku asli di tengah ramainya pembajakan buku. ”Gramedia menyediakan produk inspirasi menjadi orang hebat. Tidak ada buku bajakan di Gramedia,” kata Heri.
Pembukaan toko buku Gramedia terdiri dari beberapa rangkaian acara yang dilaksanakan di pagi dan sore hari. Pada pagi hari, pembukaan dilakukan dengan pemotongan tumpeng dan penyerahan secara simbolis donasi ke panti asuhan Al-Yasiroh, Gunungpati. Kegiatan di sore hari berupa pembagian takjil, buka bersama, dan pengajian.
Interior toko buku Gramedia di Jalan Setiabudi terbilang artistik. Beberapa bagian dinding dilukis mural oleh dua seniman Semarang, Stokemaki dan Yogayahya. Keduanya menggambar dengan menyisipkan kutipan dari buku Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono dan buku Loveversation karya Valerie Patkar.
Menurut Heri, desain yang nyaman diperlukan karena seiring waktu, Gramedia tidak hanya sebatas toko buku, tetapi juga tempat wisata keluarga. Di dalamnya, menjual berbagai macam benda selain buku untuk usia anak sampai dewasa, misalnya alat lukis, sepeda, tas, alat tulis, pajangan, hingga alat olahraga.
Hal ini diapresiasi warga. Elizabeth, salah satu warga, mengatakan, Gramedia menjadi tempat wisata buat keluarga karena lengkap. ”Kalau mengajak anak pun ada banyak mainan, buku juga ada. Terus untuk orang tua, misal ibu-ibu ada buku resep, dan buku-buku pengembangan diri. Buku kuliah juga lengkap,” tuturnya ditemui di toko buku Gramedia Jalan Setiabudi.
Keberadaan toko buku Gramedia di wilayah Semarang atas juga membuat warga di wilayah Banyumanik, Tembalang, dan sekitarnya kini tidak perlu lagi turun jauh ke pusat kota untuk mencari literatur. ”Sekarang lebih dekat jika hendak membeli atau sekadar melihat buku-buku di Gramedia,” tutur Vella, pelajar SMP.