Bunga-bunga Hias Menyemarakkan Kota hingga Mancanegara
Bunga menyemarakkan kota dan suasana. Hari raya, festival, pun acara kedukaan hampir selalu ada puspa. Di Jatim, bunga tak hanya tentang Kota Batu dan Surabaya, tetapi juga Singapura.
Sebelum pandemi Covid-19 meraja pada Maret 2020, setiap bulan Mei, Hari Jadi Kota Surabaya disemarakkan Parade Budaya dan Bunga. Ajang ini menggerakkan bisnis bunga di beberapa kota.
Jutaan rupiah dikeluarkan setiap peserta parade. Parade Budaya dan Bunga dinilai dewan juri yang ditunjuk Pemerintah Kota Surabaya. Bunga yang dimanfaatkan harus hidup atau segar.
Mendekati parade di pekan terakhir Mei, Arek Suroboyo penggila bunga akan ”menyerbu” Malang Raya dan Kediri Raya memborong tanaman hias. Di Surabaya, mereka mendatangi Pasar Bunga Kayoon, Pasar Bunga Bratang, atau sentra mini tanaman hias di Ketintang, Karah, bahkan Kebun Bibit Wonorejo atau Taman Flora Batang, serta kebun-kebun dan taman-taman pemuliaan bibit tanaman.
Ada mawar dari Gunungsari dikirim ke Surabaya, oleh pengusaha dikemas lalu dikirim ke Singapura. Di Singapura, bunga itu dikemas lagi, lalu dikirim lagi Indonesia. (Punjul Santoso).
Kini, dua tahun pandemi, situasi melandai. Pengetatan aktivitas sosial dilonggarkan, termasuk kegiatan yang perlu bunga. Misalnya, misa dan ibadat, hajatan, syukuran, perkawinan, dan peringatan kedukaan. Pada bulan Ramadhan, frekuensi acara keagamaan meningkat yang di antaranya juga membutuhkan bunga segar.
Listya Natalia, pemilik kebun bunga di Malang dan toko bunga di Surabaya melihat, warga ibu kota Jatim punya minat tinggi pada bunga dan tanaman hias. ”Konsumen tinggi, terutama dekorasi pesta dan acara keluarga,” ujar pengurus Asosiasi Bunga Indonesia itu, Minggu (24/4/2022).
Di banyak acara, warga Surabaya selalu memakai bunga hidup. Bunga atau tanaman tiruan plastik minim. Bunga lokal datang dari Batu, Malang, dan Kediri. Namun, juga dari Jabar, Jateng, Yogya, dan Bali.
Konsumen rutin bunga hias adalah gereja, hotel, dan gedung atau restoran, serta karangan bunga ucapan. Harga paket bunga ucapan termurah Rp 750.000. Bisa Rp 15 juta jika pesan anggrek hidup.
Ahmad Cholis, perangkai di Pasar Bunga Kayoon menyebut, dua dekade di bisnis dekorasi, ia saksi kesetiaan warga pada bunga lokal. ”Meski dekorasi pernikahan amat mewah, pemilik hajatan mencintai bunga lokal hortisia, krisan, aster, dan mawar,” ujarnya.
Wagiman, juga perangkai, menambahkan, daun-daun segar juga digemari untuk dekorasi. Daun-daun itu juga dari Batu. ”Pemilik toko bunga di Surabaya biasanya punya kebun tanaman hias dan bunga di Batu atau Malang,” katanya.
Kota bunga
Malang dan Batu sudah dikenal sebagai ”kota bunga” sejak era kolonial. Suhu dingin dan kondisi geografisnya cocok ditanami aneka puspa, hingga kini. Dari sanalah berbagai jenis puspa ditanam, dibesarkan, lalu dikirim ke sejumlah kota hingga luar negeri.
Di Kota Batu, 80 persen bunga dihasilkan dari Desa Sidomulyo. Sekitar 200 petani menanam bunga di lahan 20 hektar. Di desa itu pula ada Mal Bunga Sidomulyo, yang menjual bunga ribuan rupiah per batang hingga belasan juta rupiah per potnya.
Revolusi pasar daring turut mengungkit pamor bunga dari Batu. Pengiriman bunga dari petani kian mudah. Jumadi, warga Bulukerto, Batu, pemilik Proflorist Batu, bisa mengirim bunga ke Surabaya, Denpasar, Jakarta, hingga luar Jawa.
Ditemui di sebuah siang, Jumadi dibantu beberapa pegawainya mengemas bunga-bunga potong di dalam bungkusan kertas dan karton. Para pemesan ada yang datang langsung, ada pula yang memesan secara daring. ”Saat ini saya mengirim 10-20 kali sehari,” katanya.
Arifin, petani bunga Sumberejo, juga menyebut pasar bunga hias menjangkau seluruh Nusantara. Tingginya permintaan bunga hias bersamaan dengan puncak pandemi yakni pada pertengahan tahun 2021, yang bisa sebanyak 2.000 pot sebulan.
Pada masa bulan Ramadhan seperti sekarang ini, permintaan ada, tetapi tidak terlalu ramai. ”Nanti ramai lagi setelah Lebaran,” kata Arifin di sela-sela okulasi bunga mawar di lahan 1.300 meter persegi.
Wakil Wali Kota Batu Punjul Santoso menyebut, budidaya bunga adalah keseharian warga Batu yang dianugerahi lanskap di antara gugus Gunung Arjuno, Anjasmoro, dan Panderman. Berada di ketinggian 700-1.700 meter di atas permukaan laut, Batu adalah kota bunga dimana sejumlah desa/kelurahan menjadi ujung tombak budidaya.
Bunga dari Batu bergenerasi memperindah rumah, hotel, rumah ibadat, perayaan khusus, hingga kehidupan kota Nusantara sampai mancanegara.
”Bunga potong yang dikirim ke Bali tiap hari itu kebanyakan dari Batu. Bahkan, ada mawar dari Gunungsari dikirim ke Surabaya, oleh pengusaha dikemas lalu dikirim ke Singapura. Di Singapura, bunga itu dikemas lagi, lalu dikirim lagi Indonesia,” ujar Punjul.