Durasi Pendakian Rinjani Menjadi Empat Hari Tiga Malam
Selain kuota harian bertambah hingga 75 persen, durasi pendakian Gunung Rinjani diperpanjang menjadi empat hari tiga malam.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Balai Taman Nasional Gunung Rinjani menambah kuota kunjungan wisata alam dan durasi pendakian Gunung Rinjani. Kebijakan baru itu diharapkan akan memudahkan usaha jasa perjalan wisata mengatur pendakian bagi wisatawan atau tamu mereka.
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani Dedy Asriady di Mataram, Rabu (27/4/2022), mengatakan, aturan baru tersebut sesuai dengan surat Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada 12 April 2022. Surat itu tentang arahan dan persetujuan usulan peningkatan 75 persen kunjungan wisata alam dan penambahan durasi pendakian Gunung Rinjani.
Menurut Dedy, kuota harian pendakian wisatawan menjadi 75 persen dari sebelumnya 50 persen. Itu berlaku untuk destinasi wisata pendakian dan non-pendakian.
Peningkatan kuota harian untuk destinasi pendakian berlaku untuk semua pintu masuk. Jalur pendakian Senaru di Lombok Utara mendapat kuota 113 orang per hari dari kuota normal 150 orang. Sementara pendakian Timbanuh di Lombok Timur mendapat kuota 75 orang dari normal 100 orang per hari.
Begitu juga dengan pendakian Aik Berik di Lombok Tengah sebanyak 75 orang (kuota normal 100 orang), jalur Sembalun di Lombok Timur sebanyak 113 orang (kuota normal 150 orang), jalur Torean di Lombok Utara sebanyak 75 (kuota normal 100 orang), dan jalur Tete Batu di Lombok Timur sebanyak 75 orang (kuota normal 100).
Tiga hari dua malam itu terlalu terburu-buru. Pendaki bisa tidak menikmati danau. (Erwin Mustiadi)
Sementara untuk destinasi wisata non-pendakian, tercatat ada 15 destinasi yang mendapat peningkatan kuota wisatawan. Destinasi itu terdiri dari air terjun, perbukitan, hingga jalur sepeda. Misalnya Air Terjun Otak Kokoq Joben, Lombok Timur, mendapat kuota 75 orang per hari dari kuota normal 100 orang. Begitu juga dengan Joben Eco Park yang kini kuota hariannya menjadi 488 orang dari kuota normal 650 orang.
Dedy mengatakan, selain kuota harian pengunjung, aturan tersebut juga menetapkan penambahan durasi pendakian, yakni menjadi empat hari tiga malam. Sebelumnya, pendakian Rinjani dari seluruh pintu hanya tiga hari dua malam.
Menurut dia, kebijakan baru itu akan berlaku mulai 4 Mei 2022. Waktu kunjungan dibuka Senin hingga Minggu pukul 09.00-15.00 Wita untuk wisata non-pendakian. Adapun wisata pendakian dibuka Senin-Minggu pukul 07.00-15.00 untuk yang akan naik (check-in) dan pukul 07.00-17.00 untuk yang turun (check-out).
Lewat aplikasi
Registrasi kunjungan wisata alam pendakian, kata Dedy, dilakukan melalui aplikasi eRinjani yang bisa diunduh di Playstore. Waktu registrasi mulai pukul 05.00-20.00.
Kebijakan baru BTNGR tersebut mendapat respons positif dari usaha jasa perjalanan wisata. Lalu Erwin Mustiadi (32) dari Mantap Adventure bersyukur karena BTNGR menambah jumlah hari kunjungan Rinjani.
”Baik kami maupun pendaki menilai, kunjungan empat hari tiga malam adalah waktu yang paling ideal agar bisa mengunjungi puncak dan Danau Segara Anak dari semua pintu pendakian,” kata Erwin.
Menurut Erwin, pendakian Puncak Rinjani dan Danau Segara Anak dengan durasi tiga hari dua malam terlalu singkat. Akibatnya, pendaki dipaksa untuk cepat dan tepat dalam menentukan rencana dan mengatur pendakiannya.
”Tiga hari dua malam itu terlalu terburu-buru. Pendaki bisa tidak menikmati danau,” kata Erwin.
Sementara dengan durasi empat hari tiga malam, pendaki punya waktu untuk istirahat. Misalnya jika berangkat dari pintu Sembalun, maka hari pertama Sembalun-Pelawangan Sembalun (titik kemah sebelum ke puncak), hari kedua naik ke puncak kemudian lanjut ke danau, hari ketiga turun lewat jalur Torean dan berkemah di jalur tersebut. Lalu pada hari keempat, turun ke pintu jalur pendakian Torean dan check-out.
Menurut Erwin, durasi tiga hari dua malam juga membuat wisatawan rawan terlambat melapor. Akibatnya, mereka bisa masuk daftar hitam (blacklist) sehingga tidak bisa mendaki untuk beberapa waktu.