Polda Jatim Siapkan Skenario Satu Arah di Jalan Tol
Sistem lalu lintas satu arah akan diterapkan di jalan tol wilayah Jawa Timur ketika arus mudik atau gelombang kendaraan dari Jawa Tengah melalui jalan tol menimbulkan kemacetan parah.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Kepolisian Daerah Jawa Timur akan memberlakukan lalu lintas searah dari barat ke timur di ruas jalan tol mulai dari wilayah Ngawi sampai Surabaya. Skenario terburuk itu diterapkan jika terjadi kemacetan parah karena arus mudik dari barat atau Jawa Tengah melalui jalur darat. Arus mudik juga akan datang dari timur atau Bali melalui jalur laut.
Demikian disampaikankan Direktur Lalu Lintas Polda Jatim Komisaris Besar Latif Usman, Selasa (26/4/2022). Sistem searah di jalan tol menjadi solusi terburuk jika kemacetan lalu lintas dalam masa angkutan Lebaran 2022 tidak bisa dipecahkan dengan penindakan atau rekayasa oleh petugas, misalnya dengan pengalihan, penutupan jalan, atau lawan arus.
”Sistem one way (searah) diberlakukan apabila situasi lalu lintas amat krusial dan kemacetan tidak bisa ditoleransi lagi,” kata Latif. Sistem ini diberlakukan sejak Km 574 Tol Ngawi-Kertosono sampai Gerbang Waru Gunung (Km 741) Tol Surabaya-Mojokerto. Saat rekayasa ini terpaksa ditempuh, seluruh gerbang tol ditutup dari kendaraan masuk. Pemudik dari arah timur ke barat melalui jalan tol akan dialihkan ke jalan raya.
Latif melanjutkan, skenario terburuk itu disiapkan karena ada potensi kemacetan akibat gelombang kendaraan para pemudik. Mengutip survei Kementerian Perhubungan, akan ada pergerakan 85,5 juta orang untuk mudik Lebaran 2022. Dari jumlah itu, pemudik terbanyak berasal dari Jatim sekitar 14,6 juta orang. Jatim menjadi daerah nomor dua terbanyak tujuan mudik, yakni 16,8 juta pemudik.
Masih menurut survei, pemudik memakai mobil 26,8 persen atau 3,91 juta pemudik. Jumlah ini setara 1 juta mobil dengan asumsi setiap empat pemudik memakai 1 mobil. Mudik dengan sepeda motor 19,8 persen atau 2,89 juta pemudik. Jumlah ini setara dengan 1,4 juta sepeda motor dengan asumsi setiap kendaraan dinaiki dua pemudik.
Latif mengatakan, pergerakan jutaan kendaraan yang jika bersamaan akan menimbulkan kemacetan. Rekayasa biasa dengan pengalihan lalu lintas lewat jalur alternatif (jalan kabupaten/kota, jalan desa) mungkin belum cukup.
Sistem one way (searah) diberlakukan apabila situasi lalu lintas amat krusial dan kemacetan tidak bisa ditoleransi lagi
Jika gelombang arus mudik terutama mobil pribadi dan angkutan bus serta minibus menimbulkan kemacetan total terutama di jalan tol pada lajur arah timur (Surabaya), akan diberlakukan satu arah. Seluruh kendaraan di lajur arah barat akan dikeluarkan di gerbang terdekat atau ”dikunci” di tempat istirahat sampai rekayasa berakhir.
Bagi pemudik tujuan Jatim, terutama yang bermobil, lanjut Latif, disarankan tidak bertumpu pada jalan tol terutama saat masa puncak arus mudik, yakni 28-30 April 2022. Untuk menuju Jatim ada beberapa jalur bukan tol yang bisa diambil, antara lain, pantai utara (pantura) Rembang-Tuban, Sale (Rembang)-Djatirogo (Tuban), Blora-Bojonegoro, Sragen-Ngawi, Karanganyar-Magetan, Wonogiri-Ponorogo, dan Wonogiri-Pacitan. Masih ada belasan jalur alternatif Jateng-Jatim dari Rembang di utara sampai Wonogiri di selatan, tetapi kurang lebar karena merupakan jalan kabupaten atau desa.
Selain mengatur pergerakan kendaraan pemudik dari barat (Jateng), petugas terpadu juga harus mengatur gelombang kendaraan dari timur (Bali). Meski kendaraan pemudik dari arah Bali mungkin tidak sebanyak dari barat, pergerakan di dalam wilayah Jatim akan intens dan berpotensi padat hingga menimbulkan kemacetan.
Jaringan jalan raya di Jatim terbagi menjadi tiga jalur utama. Ada jalur pantura Tuban-Lamongan-Gresik-Surabaya-Sidoarjo-Pasuruan-Probolinggo-Situbondo-Banyuwangi. Jalur tengah Ngawi-Madiun-Nganjuk-Jombang-Mojokerto-Surabaya. Jalur selatan tetapi bukan pesisir Pacitan-Ponorogo-Trenggalek-Tulungagung-Blitar-Malang-Lumajang-Jember-Banyuwangi. Jalur pesisir atau pantai selatan masih sebagian terputus di Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Jember, Banyuwangi.
Adapun menurut PT Jasa Marga (Persero) Tbk, jumlah kendaraan yang menuju Surabaya melalui Gerbang Waru Gunung, Gerbang Kejapanan Utama, dan Gerbang Singosari dalam tiga hari terakhir tercatat 152.000 kendaraan. Adapun arah keluar dari Surabaya tercatat 151.000 kendaraan. Tidak semua kendaraan dari dan ke Surabaya bisa dianggap sebagai arus mudik karena sebagian adalah komuter atau pekerja yang tinggal di kabupaten/kota di sekitar ibu kota Jatim itu.
Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia Djoko Setijowarno mengatakan, pemudik diperkirakan lebih memilih memakai jaringan Tol Trans-Jawa daripada jalan raya. Jalan tol memangkas 50-60 persen waktu perjalanan, tetapi biaya perjalanan membengkak. Bagi pemudik, kemungkinan faktor biaya diabaikan asalkan bisa bepergian lebih cepat. Pilihan ini bisa menjadi masalah ketika jalan tol dijadikan tumpuan utama atau pemudik enggan memakai jaringan jalan lainnya untuk bepergian.
Memaksimalkan jalan tol jika tidak diimbangi dengan ketersediaan tempat istirahat yang memadai, lanjut Djoko, juga bisa menimbulkan masalah. Misalnya, tempat istirahat penuh sehingga pengendara dengan seenaknya berhenti dan beristirahat di bahu jalan. Risiko kecelakaan meningkat bahkan tetap berpotensi berdampak fatal. ”Pengaturan di jalan tol juga amat penting ketika arus kendaraan membeludak sehingga meningkatkan risiko kecelakaan atau keselamatan terancam,” katanya.