Langkah Viktor Membenamkan Kesan di Benak Orang Flores
Selama dua pekan, Viktor Bungtilu Laiskodat melakukan kunjungan kerja ke semua kabupaten di Pulau Flores. Ia bertemu dengan petani, nelayan, hingga ikut dalam perayaan Jumat Agung umat Katolik.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·5 menit baca
Selama 14 hari, Gubernur Nusa Tenggara Timur Viktor Bungtilu Laiskodat mengunjungi Pulau Flores. Selain mengevaluasi capaian pembangunan dan menyerap aspirasi publik, secara politik, lewat kunjungan tersebut Viktor seperti ingin membenamkan kesan kepada masyarakat di daerah yang pada Pemilihan Gubernur 2018, mayoritas dari mereka tidak memilih dirinya.
Pada Pemilihan Gubernur 2018, Viktor yang berpasangan dengan Josef A Nae Soi meraih 838.214 suara sah atau 35,6 persen dari 2.354.856 pemilih yang tersebar di 22 kabupaten/kota. Dari delapan kabupaten di Flores, Viktor dan Josef hanya menang di Kabupaten Sikka. Itu pun tipis. Selisi dengan peraih suara terbanyak kedua hanya 541 suara.
Kurang dari satu setengah tahun sebelum meletakkan jabatannya, Viktor mengunjungi Flores mulai dari timur. Sebagaimana siaran pers dari Humas Provinsi NTT, pada 8 April 2022, Viktor tiba di Larantuka, ibu kota Kabupaten Flores Timur. Pertama-tama ia, mendatangi Pelabuhan Pendaratan Ikan Amagarapati, di pusat kota Larantuka.
Pelabuhan itu menjadi titik pengumpulan ikan dari Larantuka, Pulau Solor, dan Pulau Adonara. Ikan-ikan itu lalu didistribusikan ke beberapa kota lain di Pulau Flores termasuk destinasi wisata premium Labuhan Bajo. Sayangnya, pengelolaan pelabuhan itu buruk. Banyak fasilitas, seperti coldstorage, rusak. Viktor berjanji akan membenahi.
Ia lalu ke Kecamatan Tanjung Bunga bertemu dengan kelompok penenun. Ia memberi harapan kepada para penenun bahwa akses pasar akan dipermudah. ”Kita di lingkup Pemerintah Provinsi NTT dalam satu minggu kita pakai sarung tenun itu dua kali, yakni hari Selasa dan Jumat. Selain mencintai produk lokal, tentunya membantu ekonomi penenun,” ujarnya.
Dari Flores Timur, ia bergeser ke Sikka. Di sana, ia meresmikan Pertashop milik KSP Kopdit Pintu Air. Koperasi tersebut memiliki 316.800 anggota. Koperasi menjadi pilihan kebanyakan masyarakat NTT untuk mengatur pengelolaan keuangan. Perekonomian masyarakat NTT banyak ditopang koperasi. Kehadiran koperasi menyingkirkan sistem ijon yang menjerat masyarakat selama bertahun-tahun.
Rombongan kemudian bergeser ke Ende. Di sana ia mersemikan kantor fungsional Bank NTT di Moni. Moni merupakan daerah wisata. Setiap tahun, ribuan wisatawan tinggal di Moni sebelumnya pagi harinya mereka naik menyaksikan terbitnya matahari dari puncak Gunung Kelimutu. Di sana terdapat danau tiga warna. Kehadiran Bank NTT di Moni diharapkan memberdayakan kelompok usaha kecil dan menengah.
Ia juga meresmikan Puskesmas Onekore. Diharapkan masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih optimal termasuk untuk penanggulangan tengkes atau stunting. Prevalensi stunting di Kabupaten Ende sebesar 12 persen. Viktor menyerahkan data stunting Kabupaten Ende by name by address kemudian memberikan secara simbolis paket makanan tambahan bagi anak balita.
Di Kabupaten Nagekeo, ia memanen jagung di Desa Anakoli. Jagung itu merupakan bagian dari Program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) di lahan seluas 50 hektar. TJPS menjadi program unggulan Viktor. Dalam program itu, petani dibantu menanam jagung dan hasil dijual untuk membeli sapi. Sayangnya, program itu belum semuanya berjalan dengan baik.
Ia kemudian masuk ke Kabupaten Ngada. Di sana ia ikut dalam Perayaan Jumat Agung umat Katolik di Gereja Paroki Santo Paulus Jerebuu. Viktor, berlatar belakangan pemeluk Kristen Protestan, seperti ingin memberi pesan bahwa dia adalah pemimpin bagi semua umat. Dalam konteks politik di NTT, isu agama (Katolik-Protestan) sering kali menjadi komoditas politik yang dimainkan politisi tertentu untuk meraup dukungan suara saat pemilu.
Selanjutnya, di Manggarai, Viktor melihat hasil pembangunan jalan sejauh 2 kilometer. Jalan itu menuju kampung Uskup Ruteng MGR Sipri Hormat. Jalan itu dijanjikan Viktor ketika menghadiri syukur tahbisan Sipri pada 2020. Viktor juga mengklaim, dari 1.000 kilometer jalan provinsi yang rusak, 906 kilometer di antaranya sudah diperbaiki.
Ketua Dewan Pimpinan Daerah Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia Marianus Krisanto Haukilo menilai, kunjungan kerja Viktor ke sembilan kabupaten selama 12 hari tidak semata-mata kunjungan kerja untuk meninjau program strategis yang selama ini diluncurkan. ”Ada agenda politik di balik kunjungan tersebut agar lebih dekat dengan pemilih dan mengekpresikan diri sebagai pemimpin yang merakyat,” kata Krisanto.
Di sisi lain, kata Krisanto, berbagai program strategis yang dicanangkan oleh Pemprov NTT mengalami kegagalan. Misalnya, budidaya ikan kerapu di Waikulambu, Kabupaten Ngada, yang hasilnya jauh di bawah investasi dana sebesar Rp 7,8 miliar. Ada juga program tanam jagung panen sapi yang mengalami kendala serta, penanganan stunting yang tidak optimal.
Tidak ada dendam politik terhadap mereka yang tidak memilih. Sebab, setelah dilantik, pemimpin itu milik semua rakyat.
Namun, Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah Partai Nasdem Yusak Meok mengklaim, NTT mengalami banyak kemajuan di masa Viktor. Salah satunya adalah pembangunan dan perbaikan jalan. Diakui, masih banyak pula pekerjaan rumah yang belum bisa dituntaskan dalam waktu lima tahun. Viktor yang berasal dari Nasdem akan dicalonkan kembali menjadi gubernur NTT.
Terkait kunjungan ke Flores, kata Yusak, merupakan tanggung jawab Viktor sebagai pemimpin. Ihwal minimnya dukungan terhadap Viktor saat Pilgub 2018, hal itu hanyalah dinamika politik. ”Tidak ada dendam politik terhadap mereka yang tidak memilih. Sebab, setelah dilantik, pemimpin itu milik semua rakyat,” ujar Yusak.
Pengamat politik dari Universitas Katolik Widya Mandira, Kupang, Eusabius Separera Niron, berpandangan, apa yang dilakukan Viktor sebagai bentuk kerja birokrasi-politik untuk menelisik dan melacak secara langsung geliat dan progres pembangunan. Viktor juga memberikan pesan politik kepada para bupati agar bekerja keras, kerja cepat, dan kerja progresif.
”Ia juga mengukur kinerja kolaborasi birokrasi-politik antara pemerintah provinsi dan kabupaten. Jika kerja kolaborasi tersebut gagal, maka kemudian kinerja politik Gubernur NTT akan dipertanyakan dan akan berdampak secara politik elektoral jika dia hendak mencalonkan diri lagi dalam Pilgub NTT nanti,” katanya.
Kunjungan tersebut, kata Niron, sebagai prakondisi yang didesain secara taktis strategis untuk melihat dan menilai bagaimana respons politik dan opini kritis dari masyarakat terhadap kinerja gubernur. Hal itu untuk mengevaluasi kekuatan basis dukungan politik.
Massa pemilih dari Flores yang berjumlah lebih kurang 40 persen dari keseluruhan pemilih di NTT sangat menentukan kemenangan seorang calon gubernur. Sebagai politisi, Viktor tentu menyadari hal itu. Lewat kunjungan itu, ia berusaha membenamkan kesan di benak masyarakat Flores.