Anak Krakatau Bergejolak, Basarnas Lampung Siagakan Kapal Negara SAR Basudewa
Gunung Anak Krakatau hingga kini masih terus erupsi. Abu vulkanis gunung api itu mengotori rumah warga Pulau Sebesi. Semua pihak diimbau waspada.
Oleh
VINA OKTAVIA
·4 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Gunung Anak Krakatau di Perairan Selat Sunda, Lampung, hingga kini masih terus erupsi. Bahkan, abu vulkanik dari gunung api tersebut sudah sampai di Pulau Sebesi. Basarnas Lampung menyiagakan Kapal Negara SAR 224 Basudewa untuk kebutuhan evakuasi saat terjadi situasi darurat.
Kepala Kantor SAR Lampung Jumaril mengatakan, saat ini Kapal Negara SAR Basudewa memang telah disiagakan untuk mengamankan arus mudik Lebaran tahun 2022 di Pelabuhan Bakauheni dan Pelabuhan Panjang, Lampung. Kapal dengan panjang 40 meter yang dapat mengangkut sekitar 100 penumpang itu disiagakan untuk evakuasi jika terjadi kecelakaan pelayaran.
”Dengan meningkatnya status level Gunung Anak Krakatau, kami akan membuat alternatif agar kapal ini juga siaga di Pualau Sabesi sambil melakukan pemantauan terhadap aktivitas gunung api tersebut,” kata Jumadil seusai memimpin apel siaga SAR khusus angkutan Lebaran di Kantor Basarnas Lampung di Kabupaten Lampung Selatan, Senin (25/4/2022).
Setelah penetapan status Level III Siaga, masyarakat diimbau tidak mendekat pada jarak 5 kilometer dari kawah. Alasannya, aktivitas vulkanik gunung api itu hingga kini masih terus bergejolak.
Menurut Jumaril, pihaknya sudah berkoordinasi dengan BPBD Lampung untuk mengimbau masyarakat, khususnya nelayan, agar mematuhi larangan untuk tidak mendekati Gunung Anak Krakatau. Selain itu, masyarakat di sekitar Pulau Sebesi yang terdampak abu vulkanik Gunung Anak Krakatau diminta memakai masker saat beraktivitas di luar rumah.
Data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyebutkan, Anak Krakatau erupsi pada Senin pukul 00.00-06.00. Gunung api itu masih terus mengalami tremor dengan amplitudo 4-40 milimeter dan amplitudo dominan 10 milimeter. Kolom abu vulkanik teramati berwarna putih dengan ketinggian sekitar 50 meter di atas kawah.
Jefri Arifandi (30), warga Pulau Sebesi yang sehari-hari bekerja sebagai anak buah kapal, menuturkan, abu vulkanik mulai mengotori rumah warga sejak Minggu (24/4/2022) malam. Lantai dan perabotan rumah tangga warga kotor akibat terkena debu vulkanik gunung api tersebut.
Kendati begitu, aktivitas warga di Pulau Sebesi masih berjalan normal. Nelayan masih melaut untuk mencari ikan dengan menjaga jarak aman sesuai instruksi PVMBG. Kapal transportasi yang melayani rute Dermaga Canti-Pulau Sebesi juga masih beroperasi secara normal mengangkut penumpang.
”Kami tetap waspada karena masih trauma dengan kejadian tsunami Selat Sunda pada 2018 lalu,” kata Jefri.
Sementara itu, General Manager PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan Pelabuhan Bakauheni Suharto menuturkan, kenaikan status Gunung Anak Krakatau tidak mengganggu aktivitas pelayaran kapal Ferry di Pelabuhan Bakauheni. Kapal Ferry masih beroperasi normal mengangkut pemudik dari Banten menuju Lampung, atau sebaliknya. Waktu sandar kapal juga masih normal, yakni berkisat 10-15 menit.
Menurut data yang dihimpun Badan Geologi, selama periode 1-24 April 2022, Gunung Anak Krakatau tercatat mengalami 21 kali gempa letusan, 155 kali gempa embusan, dan 14 kali gempa harmonik. Gunung juga mengalami 21 kali gempa low frequency, 17 kali gempa vulkanik dangkal, 38 kali gempa vulkanik dalam, dan tremor terus-menerus. Selain itu, terekam juga dua kali gempa tektonik lokal, 6 kali gempa tektonik jauh, dan 1 gempa dengan skala I MMI.
Energi aktivitas vulkanik yang dicerminkan dari nilai RSAM (real-time seismic amplitude measurement) menunjukkan pola fluktuasi dengan kecenderungan meningkat tajam sejak 15 April 2022. Inflasi pada tubuh Gunung Anak Krakatau teramati sejak 18 April 2022 dan sedikit mulai intens teramati sejak 22 April 2022.
Aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau saat ini masih dalam periode erupsi menerus dengan perubahan erupsi yang semula dominan abu menerus, serta menghasilkan lontaran-lontaran lava pijar dan lava yang mengalir ke laut.
Estimasi energi seismik saat ini teramati meningkat tajam bersamaan dengan membesarnya amplitudo tremor menerus dan semakin intensnya kejadian erupsi yang menerus. Peningkatan ini diikuti pula dengan hasil pengukuran deformasi yang menunjukkan fluktuasi pola inflasi dan deflasi.
Pemantauan visual dan instrumental serta pantauan emisi SO₂ bahwa aktivitas Gunung Anak Krakatau meningkat. Dari pantauan satelit, emisi SO₂ mulai teramati sejak 14 April 2022 sebesar 28,4 ton per hari. Pada 23 April 2022, emisi SO₂ melonjak drastis hingga 9.219 ton per hari.