Masyarakat Diminta Waspada terhadap Potensi Tsunami di Malam Hari
Peningkatan status Gunung Anak Krakatau menjadi Siaga perlu dibarengi dengan kesiapan mitigasi bencana. Pemerintah daerah diminta memantau jalur evakuasi di lapangan.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Dwikorita Karnawati meminta masyarakat untuk waspada terhadap potensi gelombang tinggi atau tsunami pada malam hari. Pemerintah daerah juga diminta menyiapkan mitigasi bencana dan mengecek jalur evakuas di wilayah peisisir yang pernah terdampak tsunami pada 2018.
”Kenapa terutama pada malam hari? Sebab, pada malam hari sulit untuk melihat secara visual gelombang tinggi yang mendekati pantai,” kata Dwikorita saat konferensi pers terkait perkembangan aktivitas Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda secara daring, Senin (25/4/2022) malam.
Menurut dia, erupsi Gunung Anak Krakatau yang masih berlangsung hingga saat ini membuat semua pihak harus meningkatkan kewaspadaan. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi dan Badan Geologi juga terus memantau perkembangan aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau.
Waspada artinya berhati-hati dengan meningkatkan kesiapsiagaan.
Untuk itu, masyarakat diminta tidak terpancing oleh isu-isu yang tidak bertanggung jawab. BMKG sebagai lembaga resmi pemerintah akan segera memberikan informasi jika terjadi hal-hal yang mengkhawatirkan.
Menurut dia, situasi saat ini masih berada pada level kesiapsiagaan, bukan pada level krisis atau darurat sehingga masyarakat tidak perlu panik. Masyarakat di kawasan pesisir pantai tetap bisa beraktivitas secara normal dengan mematuhi larangan mendekati Gunung Anak Krakatau pada radius 5 kilometer dari kawah.
Saat ini, pemerintah juga belum berencana mengevakuasi warga yang tinggal di dekat Gunung Anak Krakatau. ”Waspada artinya berhati-hati dengan meningkatkan kesiapsiagaan,” ujarnya.
Dwikorita menambahkan, pemerintah daerah diminta untuk mengecek jalur evakuasi tsunami, khususnya di wilayah yang pernah terdampak tsunami Selat Sunda pada 2018. Pemda harus memastikan kondisi jalan dan rambu jalur evakuasi tsunami dalam kondisi baik. Selain itu, kesiapan ruangan untuk evakuasi juga harus disiapkan untuk antisipasi terjadinya bencana.
Kepala Badan Geologi Eko Budi Lelono menyampaikan, pihaknya memantau terus aktivitas Gunung Anak Krakatau. Peningkatan aktivitas vulkanik membuat status gunung api itu ditingkatkan dari Level II Waspada ke Level III Siaga.
Berdasarkan data yang dihimpun Badan Geologi, selama periode 1-24 April 2022, Gunung Anak Krakatau tercatat mengalami 21 kali gempa letusan, 155 kali gempa embusan, dan 14 kali gempa harmonik. Gunung api itu juga mengalami 21 kali gempa low frequency, 17 kali gempa vulkanik dangkal, 38 kali gempa vulkanik dalam, dan tremor terus-menerus. Selain itu, terekam juga dua kali gempa tektonik lokal, 6 kali gempa tektonik jauh, dan 1 gempa dengan skala I MMI.
Energi aktivitas vulkanik yang dicerminkan dari nilai RSAM (real-time seismic amplitude measurement) menunjukkan pola fluktuasi dengan kecenderungan meningkat tajam sejak 15 April 2022. Inflasi pada tubuh Gunung Anak Krakatau teramati sejak 18 April 2022 dan sedikit mulai intens teramati sejak 22 April 2022.
Aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau saat ini masih dalam periode erupsi menerus dengan perubahan erupsi yang semula dominan abu menerus dan menghasilkan lontaran-lontaran lava pijar dan lava yang mengalir ke laut.
Pakar tsunami, Gegar Prasetya, menyampaikan, area yang pernah terdampak hebat saat tsunami 2018 kemungkinan akan kembali disapu gelombang laut saat tsunami kembali terjadi. Untuk itu, peningkatan aktivitas vulkanis Gunung Anak Krakatau harus diwaspadai semua pihak.