Jawa Timur Waspadai Pemudik Maksimalkan Kendaraan Pribadi
Pemudik termasuk dari dan ke Jawa Timur mayoritas menggunakan kendaraan pribadi sehingga perlu mewaspadai potensi kemacetan dan kecelakaan di jalan raya dan jalan tol.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Kepolisian Daerah Jawa Timur mewaspadai penggunaan kendaraan pribadi secara maksimal oleh masyarakat untuk mudik Lebaran 2022. Mayoritas pemudik memakai mobil dan sepeda motor pribadi yang meningkatkan risiko kemacetan dan kecelakaan.
”Berdasarkan survei ketiga Kementerian Perhubungan, asal perjalanan terbanyak pemudik dari Jatim dan mayoritas memakai kendaraan pribadi,” kata Direktur Lalu Lintas Polda Jatim Komisaris Besar Latif Usman di Surabaya, Rabu (20/4/2022).
Survei memperkirakan, sebanyak 14,6 juta pemudik beperjalanan dari Jatim antardaerah di dalam wilayah provinsi dan antarprovinsi. Jumlah itu setara dengan 17,1 persen dari 85,5 juta pemudik nasional yang akan beperjalanan selama masa angkutan Lebaran 2022.
Masih menurut survei, dari jumlah pemudik, yang akan menggunakan kendaraan pribadi 46,6 persen. Ini terbagi menjadi 26,8 persen pengguna mobil dan 19,8 persen pengguna sepeda motor. Dengan asumsi persentase yang sama untuk wilayah Jatim, pemudik yang akan memakai mobil diperkirakan 3,91 juta yang setara dengan 1 juta mobil. Pengguna sepeda motor 2,89 juta yang setara dengan 1,4 juta kendaraan jenis tersebut.
”Pergerakan jutaan kendaraan akan meningkatkan risiko kemacetan bahkan kecelakaan,” kata Latif.
Di Jatim, jalur utama pergerakan kendaraan barang dan jasa serta angkutan umum melewati jalan raya dan jalan tol. Jaringan jalan raya yang klasik ialah pantai utara dari barat ke timur yang meliputi Tuban, Lamongan, Gresik, Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, dan Banyuwangi. Ada jalur kawasan barat, yakni Tuban–Babat (Lamongan)–Bojonegoro–Ngawi.
Jalur klasik lainnya ialah jalur tengah meliputi Surabaya-Sidoarjo-Mojokerto-Jombang-Nganjuk-Madiun lalu ke Ngawi (utara) atau Magetan (barat) atau Ponorogo (selatan). Jalur tengah ada yang terpecah ke selatan dimulai dari simpang Mengkreng di Kertosono (Nganjuk) menuju Kediri dan Tulungagung. Juga ada jalur utara-selatan Surabaya-Sidoarjo-Pasuruan-Malang. Yang sudah ada, tetapi belum selesai sepenuhnya ialah jalur lintas selatan atau pantai selatan, yakni Pacitan-Trenggalek-Tulungagung-Blitar-Malang-Lumajang-Jember-Banyuwangi.
Dengan mengambil Surabaya sebagai pusat jaringan tol di Jatim, prasarana ini tembus sampai Gresik (barat-utara), sampai perbatasan Sragen (Jateng) dan Ngawi (Jatim) atau barat tengah, sampai Malang (selatan), dan sampai Probolinggo (timur). Potensi kepadatan dan kemacetan lalu lintas jalan tol ada di Gerbang Tol Sidoarjo, Kejapanan, Waru Gunung, Singosari, Pandaan, dan Probolinggo. ”Ketika terjadi kemacetan, kami akan menempuh diskresi, yakni mengeluarkan kendaraan sebelum lokasi kemacetan,” kata Latif.
Latif mengatakan, masyarakat diminta untuk lebih memaksimalkan angkutan umum terutama bus dan kereta api untuk perjalanan mudik antarkota dalam provinsi dan antarprovinsi. Pemanfaatan angkutan umum menekan risiko kemacetan dan kecelakaan. ”Dalam prediksi kami, sepertinya saran agar memaksimalkan angkutan umum akan terabaikan karena ketersediaan atau memang sudah menjadi pilihan pemudik,” ujarnya.
General Manager Representative Office 3 Transjawa Tollroad Regional Division PT Jasa Marga (Persero) Tbk Hendri Taufik mengatakan, setidaknya 268.000 mobil akan melewati ruas Surabaya-Gempol dalam masa mudik, yakni 25 April-2 Mei 2022. Mobil yang menuju selatan atau Malang akan lebih banyak, yakni sekitar 175.000 mobil. Adapun yang menuju Probolinggo (timur) diperkirakan 93.000 kendaraan. Sementara itu, arus balik berlangsung pada 4-10 Mei 2022 dengan perkiraan yang menuju Surabaya sekitar 282.000 kendaraan atau bertambah 14.000 unit dari masa mudik.
Hendri melanjutkan, pengaturan Tol Surabaya–Gempol amat penting karena juga digunakan untuk pergerakan komuter, barang, dan jasa Sidoarjo-Surabaya. Padahal, sebagian ruas jalan tol ini baru tiga lajur atau belum maksimal ke empat lajur setiap sisinya. Pada hari biasa, kepadatan selalu terjadi pada waktu warga komuter berangkat kerja (pagi) dan pulang kerja (sore). Kepadatan kian intens saat akhir pekan atau masa liburan karena Malang Raya masih menjadi tujuan utama warga Surabaya berlibur.
Dalam prediksi kami, sepertinya saran agar memaksimalkan angkutan umum akan terabaikan karena ketersediaan atau memang sudah menjadi pilihan pemudik.
Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia Djoko Setijowarno mengatakan, tahun ini animo masyarakat untuk mudik begitu tinggi karena dua edisi Lebaran ada larangan dan pembatasan akibat Covid-19. ”Seperti survei Kementerian Perhubungan, mayoritas pemudik memakai kendaraan pribadi karena angkutan umum masih kurang,” katanya.
Djoko melanjutkan, patut lebih diwaspadai ialah pemudik yang memakai sepeda motor. Kendaraan ini sebenarnya bukan sarana transportasi jarak jauh. Komisi Nasional Keselamatan Transportasi menyarankan perjalanan dengan sepeda motor maksimal 3 jam. Namun, untuk perjalanan mudik AKAP, mustahil 3 jam.
Selain itu, di sepeda motor biasanya ditaruh berbagai barang sehingga meningkatkan risiko ketidakseimbangan dan kecelakaan. ”Dalam konteks inilah seharusnya pemerintah daerah mengupayakan penyediaan angkutan umum untuk mudik guna menekan potensi kemacetan dan kecelakaan,” ujar Djoko.