Ekspor Sulut Meningkat Drastis, Komoditas Baru Terus Dikembangkan
Ekspor dari Sulawesi Utara tercatat melonjak drastis selama Maret 2022 hingga menghasilkan surplus pada neraca perdagangan sebesar 121,99 juta dollar AS. Performa positif ini dipertahankan dengan komoditas baru.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Ekspor dari Sulawesi Utara tercatat melonjak drastis selama Maret 2022 hingga menimbulkan surplus pada neraca perdagangan sebesar 121,99 juta dollar AS atau setara Rp 1,75 triliun. Performa positif ini dipertahankan salah satunya dengan ekspor beragam komoditas baru, seperti sarang burung walet dan gula merah.
Dalam konferensi pers rutin, Selasa (19/4/2022), Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut Asim Saputra mengatakan, ekspor nonmigas dari ”Bumi Nyiur Melambai” mencapai 141,38 juta dollar AS atau sekitar Rp 2,02 triliun. Adapun impor mencapai 19,39 juta dollar AS atau kira-kira Rp 278,24 miliar.
Capaian ekspor tersebut menunjukkan peningkatan sebesar 54,75 persen dibandingkan dengan nilai ekspor selama Februari 2022 dan 60,21 persen Maret 2021. ”Posisi ekspor kita selama tiga bulan terakhir terus menunjukkan kemajuan. Capaian ini (pada Maret 2022) adalah yang tertinggi selama tiga tahun terakhir,” ujar Asim.
Komoditas ekspor yang mendominasi adalah lemak dan minyak hewani atau nabati yang nilainya membentuk 74,32 persen dari total ekspor atau 105,08 juta dollar AS. Asim menjelaskan, angka tersebut menunjukkan peningkatan yang juga drastis dibandingkan dengan bulan lalu (71,9 persen) maupun periode yang sama tahun lalu (275,56 persen).
Di samping itu, ekspor produk perikanan menempati posisi kedua, tetapi proporsinya cenderung kecil, hanya 4,94 persen (6,98 juta dollar AS). Kendati begitu, menurut Asim, angka ini juga tetap mencerminkan peningkatan signifikan.
Amerika Serikat dan China menjadi dua tujuan utama ekspor dari Sulut. Namun, salah satu negara tujuan dengan peningkatan nilai ekspor paling besar adalah Spanyol. Meski selama Maret 2022 kontribusinya hanya sebesar 3,79 juta dollar AS atau 2,68 persen dari seluruh ekspor, nilai tersebut menunjukkan peningkatan sebesar 3.115,9 persen dibandingkan dengan Februari 2022.
Alhasil, neraca perdagangan Sulut pun mengalami surplus hingga 121,99 juta dollar AS atau Rp 1,75 triliun. ”Pencapaian ini mudah-mudahan akan menggerakkan perekonomian kita, di mana industri pengolahan semakin bergairah, sedangkan produk pertanian kita semakin banyak yang diekspor,” ujar Asim.
Pada saat yang sama, beragam komoditas ekspor baru muncul di Sulut sekalipun harus dikirim ke daerah lain terlebih dahulu. Kantor Karantina Pertanian Manado mencatat, selama tiga bulan pertama 2022, tak kurang dari 5,1 ton sarang burung walet dikirim ke Jakarta dan Surabaya, Jawa Timur, untuk pengolahan lebih lanjut sebelum diekspor.
Kepala Kantor Karantina Pertanian Manado Donni Muksydayan Saragih mengatakan, nilai komoditas dalam volume tersebut mencapai Rp 21,7 miliar. ”Sarang burung walet dari Sulut ini memiliki kualitas ekspor, hanya saja masih berbentuk raw (mentah),” katanya.
Saat ini, belum ada pusat pengolahan sarang burung walet di Sulut sehingga semuanya harus dikirim ke Jawa terlebih dahulu. Pihaknya pun memastikan sarang burung walet dari Sulut sehat dan dalam kondisi baik sebelum dilalulintaskan.
Ini dapat menjadi penopang baru dalam membangun sektor perekonomian daerah Sulut.
Ia pun berharap, kemunculan komoditas ekspor baru ini dapat menarik para investor untuk membuka pusat pengolahan di Sulut. Pintu ekspor pun terbuka lebar, termasuk dengan penerbangan kargo langsung dari Bandara Internasional Sam Ratulangi ke Jepang ataupun Singapura.
”Kalau investor mau membangun tempat pengolahan di sini, nilai jual sarang burung walet bisa meningkat hingga tiga kali lipat. Ini dapat menjadi penopang baru dalam membangun sektor perekonomian daerah Sulut," ujar Donni.
Selain itu, Kantor Karantina Pertanian Manado juga sedang mendorong pengusaha untuk mengekspor gula merah yang sempat mencatatkan performa cukup baik pada 2021. Donni mengatakan, komoditas turunan kelapa itu sempat diekspor ke Hong Kong, Jepang, dan Singapura.
”Total tahun 2021 kita sudah mengekspor 531,02 kilogram gula merah ke tiga negara itu. Paling banyak ke Jepang, sebanyak 381,52 kg dengan nilai Rp 43,6 juta. Kalau secara domestik, lebih dari 179 ton gula merah dari Sulut sudah dikirim ke beberapa daerah lain,” katanya.
Kebanyakan usaha gula merah merupakan unit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Donni berharap, peluang ekspor dapat meningkatkan gairah usaha-usaha tersebut. Kantor Karantina Pertanian Manado sebagai koordinator ekspor pun akan mendampingi proses persiapannya.
”Kami terjun langsung untuk memberikan pendampingan dan mengawal peningkatan eskpor. Saat ini kami sedang gencarkan sosialisasi dan bimbingan teknis di Minahasa Utara. Tahun lalu, ekspor baru berasal dari Manado, Bitung, dan Tomohon,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Balai Karantina Pertanian Bambang mengatakan, ekspor komoditas pertanian pada 2022 harus semakin tinggi dibandingkan sepanjang 2021, sesuai program Gerakan Ekspor Komoditas Pertanian Tiga Kali Lipat (Gratieks). Ia pun mendorong satuan karantina pertanian di daerah untuk mengakselerasi ekspor dengan beragam terobosan.
”Strategi akselerasi ekspor ini salah satunya dengan menggali potensi daerah dan membagikan informasi kepada para investor agar mereka tertarik berinvestasi. Sinergi dengan instansi lain juga diperlukan agar semakin banyak komoditas ekspor unggulan yang baru,” ujarnya.
Berdasarkan sistem perkarantinaan IQFAST, nilai ekspor pertanian Sulut selama 2021 mencapai Rp 5,2 triliun dengan volume 458.127,89 ton. Capaian itu meningkat dibandingkan 2020, yaitu Rp 2,5 triliun, dengan volume 375.628,9 ton.