Dua Hari Diguncang Gempa, Warga Halmahera Utara Belum Berani Masuk Rumah
Warga terdampak gempa di Kabupaten Halmahera Utara membutuhkan bantuan berupa tenda. Mereka belum berani tinggal di dalam rumah.
TOBELO, KOMPAS
—
Dalam dua hari terakhir, gempa bertubi-tubi mengguncang Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara. Kejadian ini membuat warga diliputi ketakutan dan sebagian belum berani kembali ke rumah.
Kepala Stasiun Geofisika Ternate Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Andri Wijaya Bidang lewat keterangan tertulis mengatakan, terjadi gempa pada Selasa (19/4/2022) pagi berkekuatan Magnitudo 2,8. Gempa berpusat di darat pada kedalaman 5 kilometer. Gempa ini merupakan susulan yang dirasakan sejak gempa pertama sehari sebelumnya yang berkekuatan M 5,2.
”Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis kedalaman dangkal akibat aktivitas subduksi Lempeng Laut Maluku,” kata Andri. Laut Maluku berada di sisi barat Pulau Halmahera. Laut Maluku merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang paling sering dilanda gempa.
Menurut dia, gempa itu merupakan susulan dari gempa pertama bermagnitudo 5,2 pada Senin. Hingga Selasa siang telah terjadi 11 kali gempa susulan. ”Masyarakat agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya,” katanya.
Baca Juga: Gempa Berpotensi Tsunami di Laut Maluku
Komandan Koramil 1508-02/Galela Kapten Mohammad Ali lewat sambungan telepon mengatakan, sejak Selasa pagi, anggota TNI AD bersama masyarakat setempat membangun tenda dan membersihkan lingkungan dari puing-puing bangunan rusak di Desa Ngidiho, Kecamatan Galela Barat. Bangunan yang rusak berat kebanyakan terbuat dari beton. Konstruksi bangunan tidak tahan gempa.
Desa Ngidiho terdampak paling parah karena dekat dengan pusat gempa. Getaran gempa terasa hingga IV MMI (modified mercalli intensity). Getaran gempa dirasakan hampir di seluruh wilayah Pulau Halmahera yang terdiri atas enam kabupaten/kota. Namun, kerusakan yang terjadi hanya di Halmahera Utara.
”Gempa susulan terus terjadi sehingga masyarakat di sini masih ketakutan. Mereka memilih tinggal di luar rumah untuk menghindari terjadinya runtuhan rumah. Akibat diguncang gempa secara bertubi-tubi, banyak rumah yang masih kokoh setelah gempa pertama kini mulai tidak stabil,” kata Ali.
Menurut dia, bantuan terus berdatangan ke Ngidiho dan beberapa desa lain. Bantuan kebanyakan makanan siap saji. Namun, para korban saat ini membutuhkan tambahan tenda untuk tidur. Tenda yang tersedia terbatas. Tenda yang digunakan saat ini milik Kodim Tobelo. Banyak warga yang tidak kebagian tenda memilih tinggal di pondok dalam kebun mereka.
Abdul Muhari, Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan di Badan Nasional Penanggulangan Bencana, mengatakan, gempa menyebabkan dua warga luka ringan dan ratusan bangunan rusak. Kerusakan itu terdiri atas 69 rumah rusak berat, 45 rumah rusak sedang, dan 159 rumah rusak ringan. Selain itu, satu tempat ibadah rusak berat.
Warga yang terdampak sebanyak 48 keluarga yang terdiri atas 215 jiwa. Korban tersebar di Desa Towara, Baratu, Simau, Soasio, dan Desa Pune di Kecamatan Galela. Ada juga Desa Ngidiho, Dokulamo, Duma dan Desa Kira di Kecamatan Galela Barat.
”Tim BPBD Kabupaten Halmahera Utara terus melakukan monitoring dan pendataan di lokasi kejadian bencana,” kata Muhari.
Berdasarkan indeks kajian risiko bencana BNPB, lanjut Muhari, Kabupaten Halmahera Utara memiliki tingkat risiko sedang hingga tinggi terdampak gempa. Sedikitnya, 198.400 jiwa tinggal di 17 wilayah kecamatan yang berisiko terdampak gempa.
Baca Juga: Kerugian akibat Banjir di Halmahera Mencapai Rp 98 miliar