Harga Cabai Rawit Merah di Palangkaraya Belum Stabil
Jelang Lebaran, harga sejumlah komoditas di Kota Palangkaraya merangkak naik. Cabai rawit dan bawang merah jadi komoditas yang harganya belum stabil.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Harga cabai rawit merah di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, belum stabil. Terjadi perbedaan harga jual di sejumlah pasar tradisional. Pasar murah hingga pasar penyeimbang kembali menjadi andalan pemerintah daerah setempat untuk menekan kenaikan harga.
Di Pasar Kahayan, harga cabai rawit merah mencapai Rp 75.000 per kilogram. Padahal, tiga hari sebelumnya, harganya Rp 60.000-65.000 per kg.
Zainal (42), pedagang di Pasar Kahayan, Senin (18/4/2022), menjelaskan, dirinya mengambil pasokan cabai rawit merah dari beberapa daerah di Pulau Jawa yang dikirim dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Hal itu menyebabkan harganya berbeda dengan daerah lain di Kalteng. Di Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, misalnya, harga cabai rawit merah masih Rp 40.000–Rp 45.000 per kg.
Jalur distribusi yang panjang, menurut Zainal, menjadi salah satu faktor harga cabai rawit merah di Kota Palangkaraya lebih mahal dibanding daerah lain. Zaenal menjelaskan, harga normal cabai rawit merah seharusnya hanya Rp 55.000 per kg.
”(Kenaikan) Ini belum apa-apa, Januari lalu harganya bisa Rp 100.000 per kg karena pasokannya tipis. Kalau sekarang, sampai Lebaran masih banyak pasokannya,” ungkap Zainal.
Sementara itu, Nurlaila (36), pedagang sembako di Pasar Besar, pasar utama di Kalteng, mengungkapkan, harga cabai rawit merah tidak pernah stabil selama masa puasa. Saat ini, ia bisa menjual cabai rawit merah Rp 65.000 per kg. Harga itu sudah turun dibanding seminggu sebelumnya yang mencapai Rp 80.000 per kg. ”Pasokannya masih banyak,” ujarnya.
Selain cabai rawit merah, komoditas lain yang mengalami kenaikan harga adalah bawang merah. Di Pasar Besar, harga bawang merah mencapai Rp 35.000 per kg. Suharni, pedagang sembako lainnya di Pasar Besar, mengungkapkan, harga normal bawang merah biasanya hanya Rp 30.000 sampai Rp 32.000 per kg.
”Kami ambil dari penjual daerah lain, jadi ikutan harga di sana,” ungkap Suharni.
Pemerintah Provinsi Kalteng sudah melakukan berbagai upaya untuk mengontrol harga, salah satunya dengan memastikan pasokan komoditas tersebut tetap aman. Pemerintah menggelar pasar murah hingga pasar penyeimbang yang menjual berbagai kebutuhan pokok dengan harga murah.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kalteng Sunarti mengungkapkan, harga cabai rawit merah memang belum stabil. Namun, harga saat ini jauh lebih baik dibanding harga sebelumnya. Pihaknya juga memiliki petugas yang setiap hari melakukan pemeriksaan untuk memastikan harga tidak terlampau jauh meningkat.
”Memang terjadi kenaikan, tetapi tidak sampai Rp 80.000 atau bahkan Rp 95.000 per kilogram untuk cabai rawit,” kata Sunarti.
Sebelumnya, Penjabat Sekretaris Daerah Kalteng Nuryakin mengungkapkan, tren kenaikan harga sudah mulai terasa jelang Lebaran dan dikhawatirkan menjadi tekanan inflasi. Namun, pihaknya melakukan berbagai tindakan untuk bisa mengontrol harga dan pasokan salah satunya menggelar pasar murah melalui Pasar Mitra Tani atau Toko Tani Indonesia Centre (TTIC).
”Perlu strategi dan sinergi lintas sektor dalam menghadapi situasi seperti ini. (Pasar murah) ini jangka pendeknya, upaya ini dilakukan setiap menjelang hari besar keagamaan di mana saat itu banyak harga kebutuhan pokok meningkat,” ungkap Nuryakin.