Umat Katolik NTT Diajak Hayati Paskah sebagai Pembebasan Belenggu Hidup
Umat Katolik di NTT diajak mengambil semangat Paskah untuk lepas dari belenggu kesulitan. Umat diajak menjadi saksi kemuliaan Tuhan dalam kehidupan konkret, dengan berbuat kebajikan di lingkungan terdekat.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
KUPANG, KOMPAS - Paskah merupakan peristiwa pembebasan dan penyelamatan manusia dari berbagai kesulitan hidup. Banyak orang putus asa, mudah emosi, dan stres karena tidak mampu melihat terang dari kebangkitan Yesus Kristus. Umat diajak menjadi saksi atas kebangkitan Tuhan melalui tindakan konkret dalam hidup bermasyarakat.
Misa kedua pada malam Paskah pukul 17.00 Wita di Gereja Santo Yoseph Pekerja Penfui Kupang, Sabtu (16/4/2022), dipimpin Imam Diosesan atau RD Patris Noenut dari Seminari Tinggi Santo Mikhael Penfui Kupang. Misa Vigili Paskah mengajak umat Katolik untuk berjaga menjelang hari penting, yakni kebangkitan Yesus dalam Paskah.
Di Gereja Santo Yoseph Pekerja Penfui Kupang, ritus penyalaan lilin ditiadakan untuk mempersingkat waktu misa. Hal ini juga karena misa diselenggarakan masih dalam situasi pandemi Covid-19. Meski demikian, ritus pembaruan janji baptis tetap digelar. Janji tersebut meliputi menghindari keserakahan hidup, tidak percaya takhayul dan setan, menghindari perjudian, menghindari sikap ketidakjujuran, dan pelanggaran hak asasi manusia.
Umat mengucapkan janji ini di depan altar sebagai bagian dari pembaruan hidup. Ikrar ini juga sebagai tanda kemenangan bersama Tuhan, yang bangkit dari alam maut. Sebagai orang Katolik, janji baptis ini terus diperbarui setiap hari raya Paskah.
Dalam khotbah malam Paskah, RD Patris Noenut Pr mengatakan, Maria Magdalena setelah melihat jenazah Yesus tidak ada di dalam kubur langsung mewartakan kabar itu kepada para rasul. Ia membawa kabar sukacita, kabar kegembiraan. Sebuah kabar kepastian dan kebenaran.
”Paskah membawa pembebasan dari kesulitan hidup. Banyak orang putus asa, stres, dan mudah emosi karena tidak mampu melihat terang kebangkitan Tuhan. Dosa telah membutakan mata hati dan akal sehat seseorang untuk melihat cahaya di tengah kesulitan hidup. Cahaya kebangkitan Tuhan menjadi redup karena ketidakpastian iman dan harapan akan cahaya kebangkitan Tuhan,” kata Patris.
Misa malam Paskah di Kupang juga ditandai hujan deras kendati hanya sejenak. Meski hujan, umat tetap duduk tenang dan berdoa dengan khidmat.
Lagu-lagu Paskah yang membahana di dalam gedung gereja memberikan semangat dan kegembiraan kepada umat. Kemenangan Kristus atas maut dirayakan dengan gembira.
Sementara itu, umat Kristen Protestan di Kota Kupang, seusai malam kebaktian di gereja-gereja, menggelar pawai obor keliling di jalan-jalan. Mereka menyalakan lampu lilin dan pelita minyak tanah di setiap sisi jalan di Kota Kupang untuk memberikan pesan kepada semua makhluk, termasuk para pengguna jalan, bahwa Tuhan sudah bangkit.
”Lampu yang dipasang di sisi jalan itu simbol penerangan jalan bagi orang yang melintas. Ini jalan biasa sekaligus jalan hidup bagi setiap orang menuju tujuan tertentu. Semua orang butuh jalan ini untuk mencapai sasaran. Karena itu, jalan itu perlu diberi penerangan dan terang itu adalah cahaya kebangkitan Tuhan,” kata Herman Laning, tokoh umat Kristen Liliba, Kupang.
Kegiatan pawai keliling merayakan kebangkitan Kristus berlangsung sampai Minggu pagi. Umat Kristen berjalan sambil membawa obor di tangan, bernyanyi, dan berdoa, sambil mengumandangkan ”Tuhan telah bangkit, mari menyongsong kebangkitan Tuhan”.
Sementara itu, pada perayaan Minggu Paskah di Gereja Paroki Penfui Kupang, Pastor Fransisco Siku MSC dari Biara Claretian Kupang dalam khotbahnya mengajak umat Katolik untuk bergegas seperti Maria Magdalena, rasul Petrus, dan rasul Yohanes menjadi saksi atas kebangkitan Tuhan. Mengutip Injil Yohanes dalam bacaan hari itu, Siku mengatakan, ”Maria Magdalena dan para rasul itu berlari cepat, melihat langsung kain kafan sebagai pembungkus jenazah Yesus, dan kubur batu yang kosong. Saat mereka berbincang tentang hal itu, Yesus menampakkan diri. Yesus telah bangkit.”
Umat Katolik dipanggil untuk ”berlari cepat” sebagai saksi, menjumpai orang-orang sakit di rumah sakit, orang miskin di tetangga terdekat, atau orang-orang yang sedang menghadapi masalah rumah tangga. Umat Katolik hendaknya menjadi saksi atas mereka yang sedang kesulitan ekonomi dan yang membutuhkan bantuan tenaga atau ekonomi. Umat Katolik hendaknya menjadi saksi atas kebangkitan Tuhan, melalui cara hidup yang pantas, sesuai cahaya kebangkitan Tuhan, agar menjadi contoh warga lain.
Umat Katolik hendaknya menjadi saksi atas kebangkitan Tuhan, melalui cara hidup yang pantas, sesuai cahaya kebangkitan Tuhan, agar menjadi contoh warga lain.
Pastor Frasisco Siku mengungkapkan, menjadi saksi Kristus atas ”kubur kosong”, yakni mengosongkan egoisme pribadi, kesenangan sesaat, dan kesombongan hidup yang berlebihan sampai melupakan orang-orang sekitar. ”Mari kita mengutamakan kepentingan bersama dalam masyarakat. Terlibat kerja bakti lingkungan sekitar, bergotong royong membantu orang miskin dalam rukun tetangga, dan memperhatikan janda dan yatim piatu,” ujar Siku.
Misa Minggu Paskah di Gereja Penfui berlangsung enam kali, yakni pukul 06.00, pukul 08.00, pukul 09.30, pukul 15.00, pukul 16.30, dan pukul 18.00 Wita. Dengan jadwal yang cukup banyak, umat diharapkan tidak menumpuk dan berjubel di dalam gedung gereja. Umat tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat.