Menggandeng perusahaan China, tahap awal industri bahan baku baterai berlangsung di Kendari. Investasi diproyeksikan 1 milliar dollar AS. Pemerintah dituntut mengalkulasi kebutuhan agar tidak berdampak buruk.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·4 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Tahap awal hilirisasi nikel mulai berlangsung di Kendari, Sulawesi Tenggara. Rencana pembangunan pabrik industri bahan baku baterai terus dimatangkan dengan investasi sekitar 1 miliar dollar AS. Selain keterlibatan dalam operasional, pemerintah dituntut mengalkulasi kebutuhan industri agar tidak berdampak buruk ke depannya.
Perjanjian kerangka kerja pembangunan hilirisasi nikel dilakukan pada Kamis (14/4/2022) petang di Kendari. Penandatanganan kerja sama dilakukan PT Kendari Kawasan Industri Terpadu bersama PT China Construction Yangtze River Indonesia. Penandatanganan disaksikan Wali Kota Kendari Sulkarnain Kadir bersama General Manager of China Construction Third Engineering Bureau International Tang Liguo.
Sulkarnain menyampaikan, penandatanganan perjanjian ini merupakan langkah awal menjadikan Kendari sebagai kawasan industri pengolahan dan hilirisasi nikel di kawasan Sulawesi Tenggara. Sebagai ibu kota provinsi tanpa sumber daya alam mineral, kota ini digagas untuk pengolahan nikel yang jumlahnya sangat besar di kawasan ini.
”Jadi, ini merupakan tahap awal dan membutuhkan kerja keras lagi ke depannya. Sebab, masih banyak hal yang harus dipenuhi, termasuk dari kami akan berkoordinasi dengan pemerintah pusat agar industri ini menjadi proyek strategis nasional (PSN),” kata Sulkarnain setelah penandatanganan perjanjian.
Meski masih tahap awal, ia melanjutkan, perjanjian ini merupakan langkah besar bagi Kendari untuk mewujudkan munculnya kawasan ekonomi baru di wilayah ini, bahkan Indonesia. Selama ini, Kendari seperti menjadi penonton akan kekayaan nikel yang hanya hilir mudik tanpa dampak berarti.
Industri hilirisasi nikel ini diharapkan memberi dampak besar bagi Kendari. Mulai dari penerimaan daerah dan negara, penyerapan tenaga kerja, perumahan, dan berbagai dampak ekonomi lainnya.
Selain menyiapkan dan mempermudah pengurusan administrasi, ujar Sulkarnain, pihaknya juga mengikutsertakan perusahaan daerah untuk terlibat. ”Jadi, meski dikelola oleh swasta, kita tidak hanya menjadi penonton, tetapi ikut terlibat di dalamnya. Kami berharap hal ini segera terealisasi dan menjadi masa depan daerah,” katanya.
Industri hilirisasi nikel ini diharapkan memberi dampak besar bagi Kendari, mulai dari penerimaan daerah dan negara, penyerapan tenaga kerja, perumahan, hingga berbagai dampak ekonomi lainnya.
Komisaris Utama PT Kendari Kawasan Industri Terpadu Herry Asiku menjelaskan, kawasan industri yang digagas sejak akhir 2020 ini memiliki lahan seluas 1.700 hektar di Kecamatan Abeli, Kendari. Meski begitu, di tahap awal ini, baru 400 hektar kawasan yang akan dikelola, khususnya pembangunan pabrik kimia pengolahan nikel.
Industri turunan pengolahan nikel ini akan menghasilkan sejumlah macam produk, seperti mangan, sulfat, dan bubuk nikel itu sendiri. Bahan tersebut merupakan bahan baku pembuatan baterai litium yang merupakan sumber energi mayoritas mobil listrik.
”Seperti kita tahu, Kendari dikelilingi wilayah kaya nikel dengan ratusan juta ton cadangan nikel. Ini yang ingin kami kembangkan agar memberi nilai tambah bagi banyak pihak,” ucap Herry yang juga Wakil Ketua DPRD Sultra ini.
Dalam proyeksi hilirisasi tahap awal, Herry menuturkan, pihaknya menggandeng investor asal China. Investasi diproyeksikan 1 miliar dollar AS atau sekitar Rp 14 triliun. Jika berlangsung lancar, finalisasi hingga pembangunan awal dilakukan tiga bulan mendatang. Jika berjalan, industri ini akan berkontribusi Rp 2,4 triliun pada postur PDRB Kendari serta menciptakan 94.000 lapangan kerja.
Investor asal China dipilih karena yang paling mengikuti syarat yang diajukan. Sejumlah syarat utama adalah penggunaan teknologi ramah lingkungan, pekerja asing yang benar-benar ahli, dan pengutamaan tenaga kerja lokal. Syarat ini ditujukan agar kawasan ini memberi manfaat lebih dan tidak menimbulkan dampak buruk ke depannya.
General Manager of China Construction Third Engineering Bureau International Tang Liguo menyampaikan, pihaknya menaruh harapan besar terhadap kawasan ini untuk dikembangkan ke depannya. Terlebih lagi, perusahaannya telah lama bekerja di bidang konstruksi hingga energi di Indonesia.
”Kami percaya proyek industri nikel ini akan menjadi kebanggaan wilayah ini ke depannya, lalu menjadi pusat pertumbuhan ekonomi secara luas,” tambahnya.
Dihubungi terpisah, Kepala Laboratorium Ilmu Ekonomi Universitas Halu Oleo Syamsir Nur mengatakan, apa yang diinisiasi kali ini tentu merupakan langkah baik bagi perkembangan ekonomi secara luas. Akan tetapi, sejumlah hal penting untuk diperhatikan agar tidak menjadi kendala besar di kemudian hari.
Salah satu hal utama, kata Syamsir, adalah menyinkronkan proyek ini dengan rencana pemerintah pusat. Sebab, pemerintah pusat telah memiliki rencana strategis dan peta jalan industri baterai listrik di Indonesia. Hal tersebut penting untuk dimatangkan bersama sehingga akan berjalan dengan lancar ke depannya.
Pemkot Kendari juga didorong terlibat langsung dalam pengelolaan ke depannya. Perusahaan daerah tidak hanya mendapat saham, tetapi juga dipaksa terlibat dalam operasional sehingga terjadi alih pikiran dan teknologi.
Tidak hanya itu, pemerintah perlu menghitung kebutuhan pendukung jika proyek ini berjalan ke depannya, mulai dari kebutuhan makanan, tempat tinggal, air bersih, hingga sarana kecil yang pasti akan dibutuhkan.
”Sering kali kita lihat di suatu kawasan industri baru adalah daerahnya tidak siap. Padahal, kalau sudah dimulai, tidak bisa mundur lagi. Jadi, penting untuk menghitung secara detail kebutuhan sejak dini agar tidak kesulitan di masa depan,” kata Syamsir.