Peribadatan Jalan Salib Pelipur Luka Pandemi Warga Surabaya
Tradisi Jalan Salib dan ibadat Jumat Agung yang memperingati sengsara dan kematian Yesus Kristus diharapkan mengobati luka hidup umat Katolik akibat dua tahun lebih menjalani masa pandemi Covid-19.
Tradisi Jalan Salib di Gereja Roh Kudus, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (15/4/2022). Tradisi ini dilakukan setiap Jumat dalam masa pra-Paskah. Pada hari Jumat Agung itu, Jalan Salib diadakan pada pagi hari dan dihadiri oleh kalangan umat Katolik setempat dengan pembatasan. Kehadiran umat dibolehkan seiring situasi pandemi Covid-19 yang melandai.
SURABAYA, KOMPAS — Seiring situasi Covid-19 melandai, tradisi Jalan Salib setiap Jumat dalam masa pra-Paskah bisa diadakan dengan kehadiran umat Katolik secara terbatas dan penerapan protokol kesehatan. Tradisi Jalan Saliib diharapkan turut mengobati ”luka batin” masyarakat, terutama umat Katolik, akibat pandemi Covid-19 sejak Maret 2020.
Di Gereja Hati Kudus Yesus atau Katedral Surabaya, Jawa Timur, Jalan Salib kembali diadakan pada Jumat (15/4/2022) pukul 08.00. Inilah Jalan Salib terakhir karena pada siang atau petang, yakni pukul 15.00 WIB, diadakan ibadat Jumat Agung. Dalam ibadat itu ada pengisahan sengsara Yesus Kristus dan upacara penghormatan salib.
Sebelum pandemi, di gereja, sebelum ibadat Jumat Agung cukup lazim diadakan aksi teater atau peragaan kisah Yesus di hari penyaliban. Jalan Salib terdiri atas 14 segmen atau pemberhentian, mulai dari kisah hukuman mati terhadap Yesus, perjalanan-Nya memanggul salib ke Golgota, penyaliban dan kematian Yesus, hingga pemakaman.
Menurut Vikaris Jenderal Keuskupan Surabaya Reverendus Dominus (RD) Yosef Eko Budi Susilo, Jalan Salib dan ibadat Jumat Agung merupakan kesatuan kisah sengsara dan kematian Yesus. Meski demikian, umat Katolik merayakan kisah sengsara dan kematian itu sebagai bagian dari Paskah atau berarti kebangkitan, kemuliaan.
Tangkapan layar memperlihatkan upacara penghormatan salib dalam ibadat Jumat Agung di Gereja Hati Kudus Yesus (Katedral Surabaya), Surabaya, Jawa Timur, Jumat (15/4/2022). Di hari Jumat Agung, pada pagi atau beberapa jam sebelum ibadat, diadakan Jalan Salib yang dihadiri umat Katolik secara terbatas.
Yosef mengatakan, serangan pandemi sejak Maret 2020 mengakibatkan kesengsaraan, penderitaan, bahkan kematian bagi umat manusia, termasuk di Surabaya. Jika mengutip data pemerintah, sejak 17 Maret 2020, di Surabaya tercatat 115.891 kasus konfirmasi Covid-19. Sebanyak 2.929 kasus di antaranya adalah kematian. Untuk kasus konfirmasi Covid-19 bisa menjangkiti seseorang lebih dari sekali.
”Jalan Salib dan ibadat dalam pekan suci, terutama trihari suci, diharapkan turut mengobati luka sengsara dan penderitaan umat dalam pandemi,” kata Yosef. Yesus disalibkan untuk menebus dosa manusia. Semoga peribadatan juga dapat dianggap sebagai upaya umat memahami bahwa penderitaan mereka dalam masa pandemi turut diangkat dan ditebus.
Masa pra-Paskah dimulai dengan Rabu Abu pada 2 Maret 2020. Selama masa ini, umat Katolik diminta menjalani puasa dan pantang. Tahun ini, masa puasa atau Ramadhan umat Islam berlangsung beririsan dengan masa pra-Paskah.
Pekan suci
Pekan suci dalam masa pra-Paskah dimulai dengan Minggu Palma pada 10 April 2022. Selanjutnya ada trihari suci, yakni Kamis Putih, Jumat Agung, dan Sabtu Suci. Minggu Paskah pada 17 April 2022 adalah puncak peribadatan karena umat Katolik merayakan peristiwa kebangkitan Yesus dari kematian.
Kepala Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya Komisaris Besar Akhmad Yusep Gunawan sebelum ibadat Jumat Agung di Katedral Surabaya mengucapkan selamat menjalani peribadatan masa trihari suci dan Paskah bagi umat Katolik dan umat Kristen.
Peribadatan umat Kristen bersamaan dengan masa Ramadhan umat Islam. ”Semoga membawa semangat keharmonisan antarumat beragama,” katanya.
Yusep melanjutkan, anggota Polri dibantu TNI, aparatur pemerintah, dan organisasi massa di Surabaya turut menjaga keamanan dan kelancaran peribadatan. Semoga kehidupan antarumat selalu penuh kerukunan, kedamaian, dan ketenteraman.
Tangkapan layar dari akun Youtube Komisi Sosial Keuskupan Surabaya memperlihatkan Uskup Surabaya Monsinyur (Mgr) Vincentius Sutikno Wisaksono saat memimpin Ibadat Jumat Agung di Gereja Hati Kudus Yesus (Katedral) Surabaya, Jawa Timur, Jumat (2/4/2021).
Dalam khotbah Jumat Agung di Gereja Roh Kudus Surabaya, pastor paroki Reverendus Pater (RP) Yoseph Jaga Dawam, SVD menegaskan bahwa ibadat untuk mengenang dan memperingati derita, sengsara, dan kematian Yesus di salib. ”Nilai keselamatan ada pada salib Yesus. Dengan memandang salib, dalam kelemahan dan kerapuhan hati, kita menempuh jalan salib menuju keabadian,” katanya.
Secara terpisah, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, situasi pandemi melandai sehingga ibu kota Jatim ini masuk dalam level 1 pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Kegiatan peribadatan dapat dihadiri sampai 100 persen dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.
Namun, pengurus gereja, lanjut Eri, tetap berusaha menekan risiko penularan Covid-19 dengan masih menerapkan pembatasan kehadiran umat untuk peribadatan. Sikap kehati-hatian itu memperlihatkan kerendahan hati umat Kristen.
”Aparatur kami disebar untuk memantau dan memastikan peribadatan berjalan dengan tertib, lancar, dan sesuai protokol kesehatan,” katanya.
AGNES SWETTA PANDIA
Aparat terpadu mengawasi ibadat Jumat Agung di Gereja Roh Kudus, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (15/4/2022). Pengawasan untuk memastikan peribadatan berlangsung dengan tertib, lancar, aman, dan nyaman bagi umat Katolik serta masih dalam penerapan protokol kesehatan guna kian menekan penularan Covid-19.
Ketua DPRD Kota Surabaya Adi Sutarwijono mengapresiasi warga Surabaya yang berkehidupan rukun. Surabaya tetap dipandang sebagai kota yang toleran terhadap kehidupan antarumat beragama. Di ibu kota Jatim ini, umat beragama dan aliran kepercayaan dapat beribadah dengan leluasa.
”Dalam perayaan hari besar agama, antarumat sudah terbiasa saling bantu, saling jaga,” kata Adi yang juga Ketua PDI-P Surabaya. Sikap gotong royong menjadi modal sosial yang penting untuk memajukan pembangunan dan peradaban masyarakat Surabaya.