Persiapan holistik perlu dilakukan untuk menyambut si buah hati. Yoga ibu hamil atau prenatal yoga menjadi salah satu cara menyiapkan fisik dan mental bagi ibu hamil.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·5 menit baca
Tujuh ibu hamil tidur miring ke kiri di atas matras di sebuah ruangan di Klinik Ngesti Widodo, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (9/4/2022). Angin yang menerobos melalui jendela-jendela perlahan mengeringkan keringat yang membasahi tubuh. Mereka memasuki sesi terakhir prenatal yoga, relaksasi.
”Tanamkan sugesti dari saya di benak ibu-ibu semua. Saya adalah ibu yang kuat dan sehat. Bayi di dalam rahim saya sehat, sempurna, dan akan tertanam kuat di rahim saya.”
Suara lembut instruktur saat mengucapkan kata-kata afirmasi positif itu membuat para ibu terlihat semakin rileks. Dari balik faceshield atau mika pelindung wajah, para ibu itu tersenyum sembari mengusap-usap perut buncitnya.
Di antara para ibu tersebut ada Ayu (29), warga Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang. Meski awalnya sempat kepayahan saat mengikuti gerakan demi gerakan, lama-lama Ayu bisa menyelesaikan prenatal atau yoga sebelum melahirkan anak pertamanya itu.
Ibu yang sedang hamil 30 minggu itu sudah dua bulan terakhir berupaya mencari informasi terkait prenatal yoga. Sayang, tempat-tempat yang ia datangi sebelumnya masih menutup program yoga hamil karena pandemi Covid-19. Beruntung, ia mendapatkan informasi terkait program yoga hamil di Ngesti Widodo.
”Saya senang karena akhirnya bisa mencoba prenatal yoga. Tujuan saya mengikuti prenatal yoga adalah ingin merelaksasi otot-otot yang tegang sekaligus mempersiapkan fisik dan mental menyambut persalinan,” tutur Ayu.
Ayu berharap, dalam kehamilannya yang pertama itu ia bisa menjalani persalinan normal. Ke depan, ia bertekad akan terus mengikuti prenatal yoga, baik secara kelompok maupun privat.
Kegembiraan mengikuti prenatal yoga juga diungkapkan oleh ibu hamil lainnya, Atika (28). Sama dengan Ayu, Atika juga berharap bisa melahirkan secara normal. Berkat saran seorang teman, Atika akhirnya mengikuti program prenatal yoga.
”Selain bisa lebih rileks menjalani kehamilan, saya juga mendapat banyak pengetahuan terkait kehamilan dan persalinan. Dengan bekal pengetahuan tersebut, saya jadi lebih percaya diri untuk bersalin,” ucap ibu yang tengah hamil 27 minggu tersebut.
Dalam satu kali prenatal yoga, Atika belajar mengenai relaksasi otot, peregangan tulang ekor, melatih kelenturan otot dasar panggul, hingga senam kegel. Ia juga belajar teknik bernapas yang optimal ketika dalam masa persalinan.
Manfaat prenatal yoga sudah dirasakan Saskia Nafiata (27). Berkat rutin sepekan dua kali menjalani prenatal yoga di Rumah Sakit Telogorejo, Semarang, warga Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang, itu bisa menjalani persalinan normal dengan tenang dan nyaman.
”Dari segi mental, saya lebih tenang dan rileks karena sudah belajar teknik pernapasan untuk menghemat tenaga. Waktu itu, ada ibu yang akan melahirkan juga di sebelah saya. Dia teriak-teriak dan tenaganya cepat habis. Belakangan saya tahu. ibu tersebut tidak ikut prenatal yoga, jadi tidak tahu tekniknya,” tutur Saskia.
Selain untuk persiapan melahirkan, Saskia juga diberi edukasi terkait laktasi. Hal itu membuat dia bisa menyusui anaknya dengan lancar.
Lebih siap
Triseayuni, bidan sekaligus guru yoga ibu hamil di Klinik Ngesti Widodo, menuturkan, ada perbedaan antara ibu hamil yang melakukan prenatal yoga dan yang tidak. Ibu yang belajar prenatal yoga biasanya lebih siap secara fisik dan mental dalam menghadapi persalinan. Mereka juga memiliki kemampuan lebih baik dalam memahami instruksi dari tenaga kesehatan yang membantu persalinan.
”Tidak sedikit ibu hamil kesulitan mengikuti instruksi penolong persalinan karena panik dan tidak fokus. Padahal, rileks dan fokus pada instruksi penolong persalinan merupakan kunci sukses melahirkan,” ujar Triseayuni.
Prenatal yoga biasanya dilakukan selama 60-90 menit. Gerakan-gerakan yang diajarkan tidak sama dengan yoga pada umumnya. Gerakan-gerakan dalam prenatal yoga, selain untuk persiapan melahirkan, juga untuk mengatasi persoalan ibu hamil, seperti nyeri tulang belakang, nyeri punggung, dan nyeri selangkangan.
”Tak hanya untuk si ibu, prenatal yoga juga bermanfaat bagi bayi yang dikandung. Dengan peregangan dan gerakan tertentu, bayi akan mendapatkan suplai oksigen lebih optimal. Selain itu, mereka juga akan lebih nyaman karena sebelum, selama, dan sesudah yoga diajak berkomunikasi dengan sang ibu serta diberi afirmasi-afirmasi positif,” ucap Triseayuni.
Kesehatan ibu hamil serta bayi dalam rahimnya juga dimonitor sebelum, selama, dan sesudah prenatal yoga. Hal itu dilakukan melalui pengecekan tekanan darah ibu, detak jantung bayi, dan berat badan ibu.
Dalam prenatal yoga, tidak hanya calon ibu yang diberi edukasi, tetapi juga calon ayah. Di Rumah Sakit Telogorejo, para calon ayah disiapkan untuk membantu calon ibu dalam proses melahirkan. Setelah menjalani yoga, mereka diberi contoh-contoh kasus beserta cara penyelesaian kasusnya.
”Sekali dalam sebulan, para suami diminta berpartisipasi dalam prenatal yoga. Selain bertugas mengawasi istrinya dalam melakukan gerakan demi gerakan dalam yoga, para suami juga diajari cara pijat endorfin, pijat punggung, pijat perenium yang sangat penting untuk membantu kelancaran dalam proses persalinan,” ujar Ayuningtyas, bidan sekaligus guru prenatal yoga di RS Telogorejo.
Menurut Cahyaning, bidan sekaligus pengelola Klinik Ngesti Widodo, mempersiapkan kelahiran perlu dilakukan secara holistik. Selama ini, para ibu hamil hanya melakukan pemeriksaan kesehatan fisik. Sementara persiapan kesehatan secara mental dan emosional tidak banyak dilakukan.
”Yang saat ini lebih banyak dipikirkan oleh ibu hamil maupun tenaga kesehatannya hanya sebatas ibunya anemia atau tidak? Periksa hamilnya rutin atau tidak? Vitaminnya apa? Jarang sekali ada yang memperhatikan kondisi mental ibu,” tuturnya.
Padahal, lanjut Cahyaning, tidak sedikit ibu hamil yang berpikir berlebihan membandingkan dirinya dengan ibu hamil lain. ”Ada juga yang overprotective (terlalu melindungi) kehamilan, setiap jalan memegangi perutnya, jalannya juga sangat pelan-pelan,” tambahnya.
Cahyaning menambahkan, kehamilan seharusnya dinikmati sebagai salah satu perjalanan spiritual yang menyenangkan untuk menjadi seorang ibu. Kendati demikian, persiapan yang holistik juga perlu dilakukan untuk menyambut si buah hati.