Di tengah kenaikan harga-harga hingga kondisi politik nasional yang ramai, ribuan warga kecil berharap besar pada bantuan pemerintah. Bantuan tunai minyak goreng menjadi ”tunjangan” mereka di situasi yang mencekik.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·4 menit baca
Seiring kenaikan harga minyak goreng dan bahan bakar, ditambah kondisi politik nasional yang ramai, jutaan masyarakat kecil semakin menaruh harapan besar pada bantuan pemerintah. Alokasi bantuan tunai minyak goreng serupa menjadi ”tunjangan” mereka dalam situasi yang mencekik.
Memegang dompet kecil yang buram, Wa Ode Adina (55) duduk manis dalam antrean bersama ratusan warga lainnya. Ibu lima anak ini menunggu pembagian bantuan langsung tunai (BLT) minyak goreng di Kantor Pos Kendari, Sulawesi Tenggara, Rabu (13/4/2022).
Sejak pukul 08.30 Wita, Adina telah tiba di kantor yang berjarak sekitar 1 kilometer dari rumahnya. Hari itu ia tidak memulung seperti biasanya. ”Dikasih tahu sama teman, nama saya masuk terima bantuan. Makanya datang sejak pagi di sini, bawa KTP saja dan uang sedikit,” tuturnya.
Adina bercerita, bantuan pemerintah menjadi hal yang sangat menolong kehidupannya selama ini. Suaminya, yang bekerja sebagai buruh bangunan, memiliki penghasilan tidak menentu. Hasil memulung juga sama.
Jika hasil memulung plastik bekas cukup banyak, ia bisa mendapatkan hingga Rp 500.000 dalam sebulan. Akan tetapi, jika nasib baik belum berpihak, penghasilannya di kisaran Rp 200.000 per bulan.
Sementara itu, kebutuhan keluarga semakin tinggi. Anak bungsunya, Desi Wulandari (10), masih duduk di bangku sekolah dasar. Dua Anaknya yang lain telah putus sekolah sejak beberapa tahun lalu.
Belum lagi harga makanan yang semakin tinggi. Minyak goreng di Kendari mencapai Rp 35.000 per liter, sebelumnya malah pernah tembus Rp 70.000 per liter. Harga-harga kebutuhan hidup yang lain juga relatif tinggi seiring memasuki Ramadhan.
”Anak saya yang bungsu itu suka makan gorengan. Kalau makan ikan harus digoreng, tidak suka ikan masak (rebus). Kalau dapat bantuan tunai ini, beli minyak goreng dulu pastinya. Tidak lupa pasti beli beras,” ujarnya.
Berjarak beberapa langkah dari Adina, Ningsih (49) menggendong Fatih, cucu semata wayang yang sedang tertidur lelap. Menantunya, Sinta (25), menunggu di depan loket petugas, berjaga saat nama mereka dipanggil untuk menerima bantuan.
Bersama sejumlah kerabatnya yang juga menjadi penerima bantuan, Ningsih datang sejak pukul 08.00 Wita. Mereka menunggu sekitar empat jam hingga bantuan diberikan. Acara pembagian bantuan sebelumnya tertunda karena Wali Kota Kendari Sulkarnain Kadir terlambat datang.
”Mau bagaimana lagi, kita tunggu saja. Yang penting dapat bantuan. Pokoknya kalau dapat (bantuan) mau beli beras dan minyak goreng dulu. Urusan perut dulu yang pertama. Baju baru itu nanti kalau ada lebihnya,” ucap Ningsih.
Dapat bantuan tunai ini seperti dapat tunjangan hari raya bagi kami.
Selama harga minyak goreng melonjak, ibu enam anak ini harus berhemat ekstra ketat. Minyak goreng ia pakai hingga empat kali agar berhemat. Padahal, sebelumnya, minyak goreng ia hanya pakai maksimal dua kali penggorengan.
Tidak hanya itu, usaha jualan gorengannya ia hentikan sementara. Sebab, harga minyak goreng belum stabil sampai saat ini. Ia fokus berjualan kua basah dan minuman untuk berbuka puasa. ”Suami saya buruh bangunan, anak masih tiga orang sekolah. Harus pintar-pintar mengatur uang. Dapat bantuan tunai ini seperti dapat tunjangan hari raya bagi kami,” tambahnya.
Pada Rabu siang itu, Pemkot Kendari bersama Kantor Pos Kendari mulai menyalurkan BLT minyak goreng untuk masyarakat. Bantuan kali ini merupakan gabungan April, Mei dan Juni dengan total Rp 300.000 per penerima. Setiap bulan, seorang penerima mendapatkan Rp 100.000. Penyaluran ini adalah bagian dari subsidi BLT minyak goreng sebesar Rp 6,95 trilun yang digelontorkan pemerintah kepada 20 juta penerima se-Indonesia.
Kepala Kantor Pos Kendari Wildan Hamdani menyampaikan, Kendari mendapatkan alokasi 15.909 orang untuk penerima BLT minyak goreng ini. Penyaluran diintensikan selama lima hari ke depan.
”Dari 190.058 keluarga penerima manfaat di Sultra, sebanyak 15.909 ada di Kendari. Kami terus melayani dengan membagi per wilayah untuk meminimalkan antrean panjang. Kami juga akan lakukan penyaluran dari rumah ke rumah, khususnya bagi masyarakat difabel,” katanya.
Wali Kota Kendari Sulkarnain Kadir menuturkan, bantuan ini merupakan wujud kepedulian pemerintah akan ketidakstabilan harga minyak goreng. Kondisi tersebut sebelumnya membuat warga kesulitan dan harus antre panjang untuk mendapatkan minyak goreng.
Dengan adanya bantuan ini, ia melanjutkan, masyarakat kecil diharapkan tidak kelaparan dan bisa membeli bahan makanan yang dibutuhkan. ”Harapannya agar semua orang bisa makan, dan tidak ada yang kesulitan di masa Ramadhan hingga Lebaran nanti. Semuanya harus bisa makan,” katanya.
Pemerintah, tambah Sulkarnain, terus mendata warga yang kesulitan untuk dimasukkan dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Data ini menjadi dasar penerima bantuan yang beragam jenisnya.
Di Kendari terdapat lebih dari 120.000 jiwa terdaftar dalam DTKS, atau sekitar 50.000 keluarga. Jumlah ini adalah bagian dari 27 juta rumah tangga masyarakat tidak mampu di Indonesia. Meski demikain, yang pernah mendapatkan bantuan hanya sebagian kecil dari jumlah tersebut. Kebijakan yang berbasis masyarakat luas diperlukan agar masyarakat bisa berdaya dan pemerataan terjadi.
”Ada bantuan kita bisa sedikit tenang. Beras, minyak goreng, dan makanan bisa ada di dapur sampai beberapa hari. Apalagi, ini mau Lebaran. Kalau tidak ada, untuk bisa makan saja pusing,” urai Adina, yang masih tidak paham mengapa harga minyak goreng tetap mahal.