Mal Bunga Sidomulyo, Kedigdayaan Pasar Swalayan Flora di Batu
Sidomulyo menjadi salah satu desa penghasil bunga dan tanaman hias di Kota Batu. Didirikan tahun lalu, Mal Bunga Sidomulyo ada untuk membantu pemasaran dan meningkatkan ekonomi petani bunga setempat.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·5 menit baca
Ada pemandangan berbeda beberapa waktu terakhir saat memasuki kawasan sentra bunga dan tanaman hias di Desa Sidomulyo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur. Kios-kios bunga di tempat itu kini lebih tertata, dilengkapi papan nama yang membedakan satu kios dengan kios lain.
Sebut saja Kios Gelora Bunga, Bunga Flora, Putra Florist, dan masih banyak lagi nama lainnya. Semua dijalin menjadi satu di bawah nama Mal Bunga Sidomulyo. Pasar yang disebut-sebut sebagai mal bunga pertama di Indonesia itu diluncurkan Juni 2021 oleh Pemerintah Kota Batu.
Di tempat itu, wisatawan dari luar daerah bisa mendapatkan aneka bunga dan tanaman hias dengan mudah. Harganya pun bervariasi, mulai dari ribuan, puluhan ribu, ratusan ribu, sampai jutaan rupiah tergantung jenis bunga dan tren yang sedang berkembang.
”Enak, sekarang jadi punya nama, lebih terkenal dibanding sebelum ada mal bunga. Selain itu juga memudahkan orang untuk membeli karena semua tertata,” ujar Titah Dewi (19) dari Kios Gelora Bunga, Senin (11/4/2022).
Selain jumlah petani yang bergabung, fasilitas di Mal Bunga Sidomulyo juga bertambah, salah satunya jumlah troli dan pendampingan perbankan.
Gelora Bunga menjajakan lebih dari 50 jenis bunga dengan harga terendah Rp 5.000 per buah untuk mawar, Rp 125.000 untuk monstera, hingga Rp 7 juta untuk tanaman hias, seperti hokeri varigata dan anturium sirih. Selain melayani pembelian langsung, kios ini juga melayani pembelian online.
Menurut Dewi, kemudahan lainnya yang ada di mal bunga adalah metode pembayaran yang bisa menggunakan barcode ataupun Quick Response Code Indonesian Standar (QRIS) hasil kerja sama dengan pihak perbankan. ”Namun, konsumen lebih banyak yang membayar secara tunai dibanding QRIS,” ucapnya.
Mal bunga ini memang didirikan untuk membantu pemasaran bagi petani bunga sekaligus mengangkat perekonomian mereka. Seperti diketahui, Sidomulyo merupakan sentra bunga dan tanaman hias di Batu. Sebanyak 80 persen bunga dan tanaman hias dari Batu dihasilkan di desa ini. Desa lainnya yang juga penghasil bunga adalah Bulukerto, Gunungsari, Punten, Sumberejo, dan Bumiaji.
Mal Bunga Sidomulyo pun menjadi badan usaha milik desa (BUMDes). Ketua BUMDes Desa Sidomulyo, Dwi Lili Indayani, mengatakan, jumlah petani yang tergabung dalam Mal Bunga Sidomulyo terus bertambah.
Jika saat berdiri ada 200-an petani di lahan sekitar 20 hektar (tanah khas desa), saat ini jumlahnya meningkat dua kali lipat, berkisar 300-400 orang, dengan lokasi kios menyebar sampai ke pinggir Jalan Raya Bukit Berbunga dan kawasan lain di Sidomulyo.
”Sekarang ada tiga titik dari sebelumnya hanya satu titik di sekitar Gelora Bunga. Sekarang sudah sampai ke kawasan Sekarmulyo, Bukit Berbunga juga. Tempat lain juga diaktifkan sehingga menjangkau semua simpul keramaian. Satu wilayah Sidomulyo sekarang itungannya ikut mal bunga semua,” ujarnya.
Selain jumlah petani yang bergabung, fasilitas di Mal Bunga Sidomulyo juga bertambah, salah satunya jumlah troli dan pendampingan perbankan. Pihak perbankan yang terlibat mendampingi juga bertambah—saat mal berdiri hanya satu bank—melibatkan semua bank yang ada di Batu.
Bertambahnya jumlah bank membuat fasilitas yang didapatkan oleh petani bunga juga bisa lebih merata. Bahkan, mereka bisa mendapatkan akses layanan marketonline dari bank binaan itu.
”Bank menyelenggarakan market place, tetapi di bawah bank langsung. Jadi, selain dibantu dari sisi penjualan melalui layanan bank, bank juga memberikan pemasaran dalam bentuk market place terhadap petani binaan,” ujarnya.
Lili sendiri memiliki galeri tanaman hias dalam wadah kaca (creative terrarium), hiasan dari bebungaan kering (fragantia florist), dan yang menjadi ”maskot” produknya berupa teknik bertanam bunga di dalam wadah dari sabut kelapa (creativekokodema) di bawah bendera CV Bunga Melati yang pemasarannya telah menjangkau dalam dan luar negeri.
Wakil Wali Kota Batu Punjul Santoso mengatakan, kemunculan Mal Bunga Sidomulyo dilatarbelakangi oleh situasi Pandemi Covid-19 yang membuat kegiatan ekonomi terganggu, termasuk pembelian dan pengiriman bunga dari petani di Batu ke kota lain. Aktivitas wisata di Batu yang terganggu juga berimbas ke kunjungan wisatawan.
Alhasil, petani bunga, khususnya yang berada jauh dari akses jalan raya, menjadi sepi pembeli. Dari situ muncul ide bagaimana jika pemerintah desa membuat tempat berjualan untuk mengakomodasi petani bunga yang lokasinya berada di dalam. ”Akhirnya terwujud seperti itu, ada mal bunga yang diinisiasi oleh kepala desa, BPD (Badan Permusyawaratan Desa), LPMD (lembaga pemberdayaan masyarakat desa), dan sebagainya,” ujarnya.
Melalui mal bunga, menurut Punjul, perekonomian warga menggeliat. Begitu ada kesempatan, masyarakat dari luar daerah yang ingin refreshing di saat jenuh berada di rumah terlalu lama akhirnya banyak yang datang ke sentra-sentra bunga atau memesan secara daring.
Dalam perkembangannya, Mal Bunga Sidomulyo kemudian bekerja sama dengan beberapa bank. Melalui program pertanggungjawaban sosial tiap-tiap bank, akhirnya dibuatlah gerai-gerai (kios) dan QRIS untuk mempermudah transaksi. ”Alhamdulillah responnya bagus,” ujarnya.
Jika sebelum ada mal konsumen dari luar kota hanya terkonsentrasi membeli bunga di beberapa kios besar di pinggir Jalan Bukit Berbunga, begitu ada mal bunga, mereka menyebar membeli ke kios lain. Para petani yang tidak memiliki kios (ada di dalam gang di tengah kampung) bisa menitipkan bunga di kios lain.
Menurut Punjul, mal bunga berpotensi direplikasi lebih digdaya ke komoditas lain, seperti buah dan sayuran yang juga banyak dibudidayakan di Batu. ”Di tempat lain sudah mulai itu, misalnya gerai stroberi di Desa Pandanrejo, apel di wilayah Kecamatan Bumiaji, dan lainnya. Itu ke depan akan semacam itu,” pungkasnya.