16 Sumur Bor untuk Penuhi Kebutuhan Air Bersih Warga Eks Timor Timur
Persoalan krisis air bersih yang dialami warga eks Timor Timur selama lebih dari 20 tahun terjawab sudah. Sebanyak 16 sumur bor kini berdiri di permukiman mereka.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
TNI ANGKATAN DARAT
Satu dari 16 sumur bor di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur, yang selesai dibangun, seperti pada Senin (11/4/2022). Pembangunan sumur bor itu merupakan kolaborasi ide antara Letnan Jenderal (Purn) Doni Monardo, purnawirawan TNI AD, dan Arsjad Rasjid dari Indika Energy Grup. Pengerjaannya dilakukan prajurit Kodam IX/Udayana mulai Desember 2021.
KUPANG, KOMPAS — Sejumlah pihak bahu-membahu membangun 16 sumur bor bagi 1.674 rumah tangga atau 10.522 jiwa warga eks Timor Timur di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur. Lebih dari 20 tahun kesulitan mengakses air bersih, kehadiran sumur bor itu menjadi harapan warga untuk hidup lebih baik.
Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat Letnan Jenderal Maruli Simanjuntak lewat sambungan telepon kepada Kompas, Selasa (12/4/2022), mengatakan, pembangunan sumur bor merupakan kolaborasi ide antara Letnan Jenderal (Purn) Doni Monardo, purnawirawan TNI AD, dan Arsjad Rasjid dari Indika Energy Grup. Pengerjaannya dilakukan oleh prajurit Kodam IX/Udayana mulai Desember 2021, yang saat itu dipimpin Maruli.
Menurut Maruli, hingga Senin (11/4/2022), 11 sumur sudah selesai dibangun, sedangkan lima lainnya hampir rampung.
”Lima yang sisa ini sudah keluar air dan kini sedang penyelesaian akhir. Tidak lama lagi akan diserahkan kepada warga untuk digunakan. Proses ini berlangsung agak lama karena mobilisasi alat lintas kabupaten dengan kondisi medan yang tidak mudah,” katanya.
Sebanyak 16 sumur bor itu tersebar di lima kabupaten di Pulau Timor, yaitu Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Malaka, dan Kabupaten Belu. Banyak warga eks Timor Timur menetap di daerah itu setelah memilih bergabung dengan Indonesia pasca-penentuan pendapat tahun 1999. Selama tinggal di tempat yang baru, mereka kesulitan mendapatkan air bersih.
Peta lokasi pembangunan 16 sumur bor di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur, pada Senin (11/4/2022). Pembangunan sumur bor itu merupakan kolaborasi ide antara Letnan Jenderal (Purn) Doni Monardo, purnawirawan TNI AD, dan Arsjad Rasjid dari Indika Energy Grup. Pengerjaannya dilakukan prajurit Kodam IX/Udayana mulai Desember 2021.
Di Kabupaten Kupang, misalnya, pemerintah membangun perumahan bagi warga eks Timor Timur, tetapi tidak dilengkapi fasilitas air bersih. Mereka juga kesulitan membangun sumur bor dengan harga paling rendah Rp 30 juta. Kondisi itu memaksa mereka meninggalkan tempat tersebut. Bahkan, ada sebagian yang memilih pulang kampung ke negara Timor Leste.
Secara terpisah, Doni Monardo lewat sambungan telepon mengatakan, krisis air bersih yang dialami warga eks Timor Timur dan masyarakat NTT menarik keprihatinannya. Daerah itu selalu mengalami krisis air bersih setiap tahun. Selain sumber air yang minim, musim hujan juga berlangsung singkat, yakni Desember hingga Maret.
”Dulu waktu masih taruna tahun 1985, saya bertugas di Pulau Timor sehingga tahu kondisi itu. Agustus 2021, saya mendapat informasi dari media yang menyorot nasib warga eks Timor Timur, termasuk masalah air bersih. Bersama Pak Arsjad Rasjid, kami mulai melakukan hal ini,” tutur Doni yang dulu pernah bertugas di Timor Timur.
Menurut Doni, persoalan air bersih menjadi pangkal berbagai masalah kesehatan di NTT, seperti tengkes atau stunting. Tengkes adalah anak dengan pertumbuhan tidak normal, baik berat maupun tinggi. Selain persoalan gizi, sanitasi masyarakat juga menjadi faktor penentu kesehatan anak. Sanitasi yang baik harus didukung dengan ketersediaan air bersih yang mencukupi.
PERSATUAN PURNAWIRAWAN TNI AD
Ketua Umum Persatuan Purnawirawan TNI Angkatan Darat Letnan Jenderal (Purn) Doni Monardo
Menurut Studi Status Gizi Indonesia 2021, NTT menjadi daerah dengan prevalensi tengkes tertinggi nasional. Dari 22 kabupaten/kota, 15 daerah berada di zona merah (prevalensi di atas 30 persen) dan 7 daerah lainnya di zona kuning (20-30 persen). Tidak ada satu pun kabupaten/kota di NTT masuk zona hijau (10-20 persen), apalagi zona biru (di bawah 10 persen).
Daerah dengan prevalensi tengkes tertinggi adalah Kabupaten Timor Tengah Selatan, yakni 48,3 persen. Artinya, 48 dari 100 anak balita di daerah itu mengalami tengkes. Daerah itu memuncaki nomor satu tertinggi dari 246 kabupaten/kota di 12 provinsi yang menjadi prioritas penanganan secara nasional. Angka itu lebih dari dua kali lipat dari standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menoleransi pada kisaran 20 persen.
Arthur Ximenes (45), tokoh muda asal Timor Timur, mengapresiasi bantuan sumur bor yang diberikan kepada warga eks Timor Timur. Hal itu menunjukkan perhatian bagi mereka tidak surut.
”Memang di sana-sini masih ada kekurangan, tetapi kalau harap semua dari pemerintah pasti sulit karena banyak yang diurus,” kata Arthur yang sudah dua periode menjabat Kepala Desa Manusak di Kabupaten Kupang.