Sebesar 99 persen dari produksi dijual ke pasar internasional dan hanya 1 persen dijual pasar nasional. Tujuan ekspor kopi gayo 60 persen ke Amerika Serikat, 30 persen ke Eropa, 5 persen Asia.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Pengusaha kopi gayo Aceh dengan merek Bawadi Kopi menjadi salah satu peserta dalam pameran Specialty Coffee Expo di Boston, Massachusetts, Amerika Serikat, 8-10 April 2022. Selain memperkuat citra kopi gayo, keikutsertaan ini juga untuk membuka jaringan perdagangan dunia.
Pengusaha kopi Aceh, Teuku Dhahrul Bawadi, saat dihubungi, Minggu (10/4/2022), mengatakan dia membawa kopi gayo kelas wahid ke ajang tersebut. Dia ingin kopi gayo dapat bersanding dengan kopi kelas satu dari berbagai negara lain, seperti Etiopia, Guatemala, Rwanda, Belgia, Brasil, dan Honduras.
Specialty Coffee Expo disebut-sebut sebagai pameran kopi terbesar di Amerika Utara. Tahun ini, disebut lebih dari 400 perusahaan kopi dari banyak negara mengisi stan-stan pameran. Diperkirakan pameran ini dihadiri 14.000 pengunjung. ”Ini peluang bagi kami untuk menjajaki ekspor kopi Gayo ke Amerika Serikat," kata Bawadi.
Specialty Coffee Expo diikuti para pengusaha kopi, roaster, pedagang, barista, cupper, pemilik kafe, importir, petani, hingga para peneliti. Selain pameran, kegiatan diisi juga dengan seminar, workshop, jual-beli kopi hijau, penghargaan desain kopi, hingga beragam kompetisi terkait perkopian.
Bawadi menuturkan, dia diundang oleh panitia melalui Duta Besar RI di Washington DC. Bawadi menjadi satu-satunya peserta dari Aceh. Bagi Bawadi, momentum ini menjadi gerbang untuk membangun jaringan bisnis kopi di kelas internasional. Saat ini, Bawadi Kopi membuka toko penjualan kopi dan kedai kopi di Banda Aceh.
Bawadi mengatakan, dukungan besar Pemerintah Aceh, Asosiasi Pengusaha Expor-Import Aceh, Bank Indonesia, dan Kedutaan Besar RI di Washington DC membuat dirinya bisa menjadi bagian perkopian dunia. Pada Maret 2022, Bawadi Kopi juga mengikuti pameran kopi Asia-Eropa di Halic Congress Center Istanbul, Turki.
Sekretaris Asosiasi Pengusaha Expor-Import Aceh Badaruddin Ahmad menuturkan, kopi Gayo dari Aceh memang sudah dikenal di pasar kopi dunia. Namun, keterlibatan pengusaha lokal masih minim. Dengan keikutsertaan pengusaha dari Aceh, diharapkan dapat membuka jalan bagi pengusaha lokal lain.
Kopi Gayo termasuk paling diburu oleh pembeli dunia. Dalam setahun, produksi kopi Gayo 63.177 ton. Pusat produksi kopi Gayo berada di Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah.
Sebelumnya, Ketua Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Aceh Armia Ahmad menuturkan, struktur pasar kopi Gayo sangat timpang. Sebesar 99 persen dari produksi dijual ke pasar internasional dan hanya 1 persen dijual di pasar nasional.
Adapun tujuan ekspor kopi Gayo 60 persen ke Amerika Serikat, 30 persen ke Eropa, 5 persen Asia, dan sisanya ke Australia. Ekspor berupa green bean atau biji hijau yang disebut juga bahan mentah. Penjualan dalam bentuk bahan mentah tidak memberikan nilai tambah bagi petani dan pelaku usaha perkopian di Gayo.
Armia mendorong para pengusaha kopi untuk mengolah green bean menjadi bubuk dan memperluas pasar di dalam negeri. Konsumsi kopi dalam negeri tinggi, tetapi jenis kopi yang dikonsumsi mayoritas bukan kelas premium.
Menurut Armia, perluasan pasar dalam negeri penting untuk mengimbangi pasar luar negeri. Jika terlalu bergantung pada pasar luar negeri, di saat terjadi gejolak dunia, kopi Gayo akan mengalami penurunan harga.