Presiden Jokowi Lepas Ekspor 126 Ton Biji Pinang Jambi ke Pakistan
Lewat perluasan tanam varietas unggul dan pemanfaatan teknologi modern, pinang dapat tumbuh menjadi komoditas besar penopang ekonomi. Pinang banyak dibutuhkan di Thailand, India, Iran, China, hingga Pakistan.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·3 menit baca
MUARO JAMBI, KOMPAS — Presiden Joko Widodo melepas ekspor 126 ton pinang biji kering senilai Rp 4 miliar asal Jambi ke Pakistan, Kamis (7/4/2022). Ia berharap pengembangan hasil tanaman itu terus ditingkatkan demi menjadikannya sebagai komoditas ekspor penopang perekonomian Indonesia.
”Ini (pinang) adalah komoditas ekspor yang banyak dibutuhkan di Thailand, India, Iran, China, hingga Pakistan. Kita harapkan tumbuh menjadi komoditas ekspor besar,” kata Jokowi saat melepas ekspor pinang biji CV Indokara di Desa Pudak, Kecamatan Kumpeh Ulu, Kabupaten Muaro Jambi. Dikirim ke Pakistan, biji pinang (Areca catechu) bakal diolah menjadi permen.
Dalam kesempatan itu, Jokowi didampingi Iriana Joko Widodo, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Gubernur Jambi Al Haris, serta Bupati Muaro Jambi Masnah Busro. Mereka melihat langsung proses pengolahan pinang dari buah menjadi biji kering siap ekspor.
Menurut Jokowi, penanaman pinang di seluruh tanah air saat ini mencapai 152.000 hektar. Jambi memiliki lahan paling luas mencapai sekitar 22.000 hektar. Agar produksi dan ekspor pinang terus meningkat, Presiden meminta pihak terkait menyiapkan varietas unggul.
Berdasarkan data Kementerian Pertanian, ekspor pinang Indonesia tercatat 215.260 ton dengan nilai Rp 5,2 triliun. Dari total nilai ekspor tersebut, ekspor pinang Jambi pada 2021 sebanyak 73.716 ton dengan nilai mencapai Rp 2,039 triliun. Selama tahun 2021–2022, Kementerian Pertanian juga mencatat 60 perusahaan mengekspor pinang melalui Jambi. Selain di Jambi, lahan pinang ada di Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menjelaskan, tanaman pinang yang tumbuh alami di Jambi akan terus ditingkatkan kualitasnya agar lebih tinggi produktivitasnya. Dengan varietas biasa, produktivitas hanya mencapai 3 hingga 4 ton per hektar. Pemerintah telah menyiapkan varietas unggul yang disebut pinang betara.
”Dengan kualitas varietas unggul betara, (menghasilkan) 5,2 hingga 5,6 ton per hektar. Produktivitasnya lebih baik dan buahnya lebih besar,” ujarnya.
Lebih lanjut dikemukakan Ali Jamil, Direktur Jenderal Perkebunan Kementan, selama ini, ekspor pinang kerap ditolak negara importir karena terpapar aflatoksin. Aflatoksin adalah racun yang dapat timbul dari cendawan A flavus akibat kelembaban tinggi pada pengolahan dan penyajian bahan pangan. Kondisi itu terjadi akibat pengelolaan pasca panen yang belum baik.
Buah pinang yang telah dibelah biasanya tidak langsung dijemur oleh petani. Penyimpanan dalam kondisi tidak kering membuat aflatoksin memapar biji pinang. Untuk terus memperbaiki kualitas olahan pinang sesuai standar, teknologi pengeringan terus didorong.
Eksportir pinang dari CV Indokara, Hasanuddin, mengatakan, permintaan dari negara importir menurun selama pandemi Covid-19. Sebelum pandemi, permintaan pinang mencapai 1.000-1.500 ton per bulan. Selama masa pandemi, permintaan ekspor turun menjadi 500-700 ton per bulan.