Kawasan Cagar Budaya Nasional Muaro Jambi merupakan jejak peradaban Nusantara. Pemerintah akan memulai kembali restorasi kawasan yang pernah menjadi pusat pendidikan di Asia ini.
Oleh
NINA SUSILO
·4 menit baca
MUARO JAMBI, KOMPAS — Kawasan Cagar Budaya Nasional atau KCBN Muaro Jambi akan kembali direstorasi. Harapannya jejak peradaban Indonesia tersebut bisa diketahui masyarakat banyak dan dilestarikan.
Presiden Joko Widodo dan Nyonya Iriana meninjau Candi Kedaton di KCBN Muaro Jambi, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi, Kamis (7/4/2022). Presiden menyebut kawasan ini sebagai jejak peradaban Indonesia. Sebab, di lokasi tersebut pernah menjadi pusat pendidikan terbesar di Asia pada abad ketujuh.
”Tidak hanya yang berkaitan dengan teologi, tetapi di kawasan cagar budaya Muaro Jambi ini juga dulunya juga menjadi pusat pendidikan bagi kedokteran dan obat-obatan, filsafat, arsitektur, seni, dan yang lain-lainnya,” tuturnya.
Hadir pula dalam peninjauan ini, antara lain, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, Gubernur Jambi Al Haris, Bupati Muaro Jambi Masnah Busro, Wakil Bupati Muaro Jambi Bambang Bayu Suseno, dan Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid.
Saat ini yang masih bisa terlihat adalah Candi Kedaton dan tumpukan batu bata yang membentuk berbagai fasilitas, di antaranya sumur dan kanal. Tumpukan batu bata ini, lanjut Presiden, menunjukkan bahwa pada abad ketujuh sudah ada teknologi. Peradaban Indonesia pun sudah dikenal luas saat itu. Oleh karena itu, kawasan bersejarah tersebut perlu dilestarikan.
Presiden mengatakan bahwa pemerintah melalui Kemendikbudristek akan kembali memulai restorasi di beberapa titik. Upaya ini sekaligus untuk menunjukkan kepada masyarakat betapa luasnya kawasan cagar budaya tersebut.
”Kita harapkan akan semakin menunjukkan betapa sangat besarnya kawasan cagar budaya Muaro Jambi ini, kurang lebih 3.980 hektar diperkirakan kawasan ini yang dilingkari oleh sebuah kanal besar yang nanti juga akan diangkat dan diperlihatkan, diperbaiki, direstorasi,” tuturnya.
Luas KCBN Muaro Jambi dua puluh kali lebih besar dibandingkan Candi Borobudur dan dua kali lebih besar daripada Kompleks Candi Angkor Wat di Kamboja. Selain itu, masyarakat sekitar mempercayai bahwa kawasan tersebut merupakan peninggalan budaya masa lalu yang harus dihormati dan dilestarikan secara turun-temurun.
Sejauh ini tercatat 11 candi utama yang ditemukan di KCBN. Sebagian candi telah dipugar. Namun, di sekitar kawasan tersebut diperkirakan terdapat 82 reruntuhan candi lainnya yang masih terkubur di dalam puluhan gundukan tanah.
Dalam perjalanan menuju Candi Kedaton, Presiden dan Nyonya Iriana juga meninjau proyek peningkatan kualitas jalan akses menuju KCBN Muaro Jambi dan Pelabuhan Muara Sabak, Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Jalan akses tersebut adalah jalan nasional Kota Jambi (Batanghari II)-Zona Lima. Peninjauan dilakukan di Jalan Batanghari II -Zona Lima (STA 07+000) Kabupaten Muaro Jambi, Kamis (7/4/2022).
Peningkatan kualitas Jalan Batanghari II - Zona Lima sepanjang 33 km sudah memasuki tahap penyelesaian akhir. Peningkatan kualitas jalan ini akan mendukung kelancaran arus lalu lintas tiga wilayah, yakni Kota Jambi, Kabupaten Muaro Jambi, dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Ruas Batanghari II-Zona Lima terhubung dengan ruas Zona Lima-Muara Sabak sepanjang 28,80 km. Jalur ini adalah akses utama menuju Pelabuhan Logistik Muara Sabak.
Basuki Hadimuljono mengatakan, peningkatan aksesibilitas da konektivitas jaringan infrastruktur jalan akan memberikan kelancaran, keselamatan, keamanan, serta kenyamanan perjalanan pengendara. Akses jalan yang semakin baik juga akan menunjang perekonomian masyarakat di kawasan sekitar yang semakin berkembang dengan kebangkitan harga komoditas sawit dan batubara.
Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Jambi Bosar Hasoloan Pasaribu menambahkan, pembangunan jalan nasional Batanghari II-Zona Lima dan Zona Lima-Muara Sabak telah dimulai sejak 2016 untuk meningkatkan konektivitas antara Kota Jambi dan Pelabuhan Muara Sabak. Anggaran yang digunakan untuk ini sekitar Rp 578 miliar. Khusus tahun 2020-2022, Kementerian PUPR mengalokasikan anggaran sebesar Rp 119,4 miliar untuk penanganan Batanghari II-Zona Lima dan senilai Rp 113,7 miliar untuk penanganan Jalan Zona Lima-Muara Sabak sesuai standar nasional lebar bahu jalan 7 meter.
”Saat ini progres penanganan Jalan Batanghari II-Zona Lima sudah 98 persen dan Jalan Zona Lima- Muara Sabak sudah 88 persen. Seluruhnya ditargetkan selesai Mei 2022,” katanya.
Harapannya, kemacetan Simpang Sinjenjang bisa dikurangi. Di wilayah ini biasanya terjadi kemacetan karena menjadi simpang kendaraan bermuatan batu bara dan sawit menuju Pelabuhan Talang Duku.