Jembatan Pelangi, Wajah Baru Penghubung Malang Selatan
Jembatan ”Jurang Mayit” atau jurang mayat di Kabupaten Malang punya fungsi strategis meningkatkan perekonomian kawasan Malang selatan.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·4 menit baca
Kabupaten Malang, Jawa Timur, memiliki sejumlah pantai elok yang berhadapan langsung dengan Samudra Hindia. Untuk menuju ke deretan pantai itu, wisatawan yang melalui jalur tengah dari Kepanjen-Bantur-Pantai Sendang Biru biasa melalui jembatan yang kondisinya curam di Desa Srigonco, Kecamatan Bantur.
Jembatan yang dulu dikenal dengan nama ”Jurang Mayit” atau jurang mayat itu kini berganti nama dengan Jembatan Pelangi. Kamis (7/4/2022) siang, jembatan itu diresmikan oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa bersama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah setempat dan Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN).
Menurut Khofifah, Jembatan Pelangi akan mempermudah masyarakat yang ingin berwisata ke berbagai destinasi wisata di kawasan Malang selatan. Jembatan yang dibangun dengan dana Rp 24,7 miliar itu memiliki panjang 120 meter dan lebar 7 meter.
Tidak hanya memudahkan akses wisatawan, jembatan ini juga diharapkan mampu mendongkrak kesejahteraan masyarakat di kawasan pesisir. ”Peningkatan kesejahteraan masyarakat di Malang bagian selatan akan terdorong tumbuh lebih cepat dan produktif,” ujarnya.
Seperti diketahui, saat masih menyandang nama Jembatan Jurang Mayat, kendaraan besar cukup sulit melalui jalur tersebut. Kondisi jalan berkelok dan turun-naik curam sehingga terkadang ada warga yang membantu mengatur pengendara, khususnya saat berpapasan.
Menurut Khofifah, pada tahun 2021, Kabupaten Malang terbebas dari desa tertinggal. Karena itu, infrastruktur yang terkoneksi satu sama lain akan menjadi masalah penting dalam upaya menjadikan masyarakat Malang selatan bisa lebih maju dan sejahtera.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), lanjut Khofifah, juga telah menetapkan jalan Gondanglegi-Bantur melalui Desa Srigonco (existing). Jalur ini akan mengoneksikan jalur lintas selatan (JLS)—yang saat ini masih dalam proses pembangunan—hingga Kota Malang.
Jalan Gondanglegi-Bantur yang sebelumnya berstatus jalan kabupaten akan menjadi jalan nasional. ”Jika percepatan pembebasan lahan sudah bisa dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Malang tahun ini, (hal itu) akan mempercepat keputusan final di Kementerian PUPR untuk jadi jalan nasional. Insya Allah tahun 2023, berdasarkan informasi BBJPN, akan terkoneksi ke JLS,” ujarnya.
Selain meningkatkan ekonomi masyarakat, pembangunan infrastruktur tersebut juga akan meningkatkan sumber daya manusia di kawasan selatan Malang. Akses masyarakat untuk memperoleh pendidikan di Kota Malang semakin mudah.
Sementara itu, Bupati Malang M Sanusi berharap Jembatan Pelangi bisa membawa keberkahan bagi masyarakat yang ingin melakukan wisata di kawasan Malang selatan. Apalagi, pesisir Malang sepanjang 130 kilometer (km) memiliki deretan pantai menarik yang sebagian di antaranya telah terangkai oleh JLS.
Kehadiran Jembatan Pelangi, menurut Sanusi, diyakini punya dampak positif bagi kawasan Malang selatan yang selama ini masih tercatat memiliki tingkat kemiskinan tinggi. ”Jika nanti semua terkoneksi, akan memberikan dampak terhadap perekonomian dan membuka akses antara Malang Raya dan Malang selatan,” ungkapnya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Malang Romdhoni mengatakan, keberadaan Jembatan Pelangi akan memangkas waktu tempuh. Jika sebelumnya dari Kepanjen menuju kawasan pantai selatan memakan waktu dua jam, kini waktu tempuhnya terpangkas menjadi satu jam.
Jembatan Pelangi dibangun sejak tahun 2017 diawali dengan membuka jalan baru lebih kurang sepanjang 1 km. Proses pembangunan dilanjutkan pada tahun kedua dengan membangun fondasi sebelah selatan dan utara. Memasuki tahun 2020, pembangunan dilanjutkan dengan pengerjaan kerangka baja dan beton.
”Total anggaran pembangunan jembatan, khususnya fisik, sebesar Rp 24,7 milliar dan untuk lahan pembebasan warga menggunakan sistem pinjam kepada lahan miliki Perhutani di sisi selatan,” ujarnya.
Sementara itu, salah satu warga Srigonco, Tio (30), menuturkan, keberadaan jalan Srigonco-Kepanjen memiliki peran vital bagi masyarakat. Meski saat ini tengah dibangun JLS, warga menilai keberaan jalan yang ada selama ini tidak bisa diabaikan. Jalan tersebut penting untuk mengangkut hasil alam ataupun tangkapan nelayan ke pasar di Kota Malang.
”Kalau JLS lebih banyak dimanfaatkan oleh warga yang ingin berwisata ke pantai-pantai. Kalau warga lebih mengutamakan jalan existing untuk mengangkut hasil pertanian, perkebunan, maupun ikan tangkapan nelayan,” ujarnya.
Seperti namanya, Jembatan Pelangi diharapkan menjadi penghubung titik satu ke titik yang lain dan bisa membawa masa depan kawasan selatan lebih berwarna.