Serpihan Kejayaan Pusat Perbelanjaan Hi-Tech Mall Surabaya
Pedagang elektronik dan produk teknologi informasi di THR IT Mall atau Hi-Tech Mall Surabaya, Jawa Timur, berharap pembukaan kembali pusat belanja itu menghadirkan lagi kejayaan seperti belasan tahun lalu.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·5 menit baca
Alunan musik pop menggema dari dalam toko pelantang suara di lantai 1 THR IT Mall, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (6/4/2022) siang. Suara itu memecah kesunyian gedung pusat perbelanjaan tua yang sebelumnya dikenal dengan Hi-Tech Mall tersebut.
Sampai tengah hari, pengunjung sepi. Toko-toko masih tutup. Yang buka sekitar 50 toko produk elektronik dan teknologi informasi (IT). Lantai pusat belanja itu kotor dengan sampah plastik kecil dan puntung-puntung rokok. Pencahayaannya tidak terang dengan dinding gedung kusam, cat mengelupas, dan tangga berjalan macet, yang menguatkan kesan tua, renta, dan tak terawat.
Namun, dalam suasana yang agak suram, pramuniaga dan pengelola toko tetap bersemangat menebar senyum dengan harapan pengunjung mampir, sekadar melihat atau syukur-syukur membeli produk. Mereka masih percaya, kejayaan Hi-Tech Mall sebagai pusat belanja produk elektronik dan TI terbesar se-Indonesia timur, seperti hampir dua dekade silam itu, bisa hadir kembali.
Kegemilangan pernah hadir di sana saat ramai hilir mudik pengunjung menenteng produk terbaru elektronik dan TI dalam kurun 2004-2010. Ketika itu, Hi-Tech Mall ibarat Glodok (megakawasan elektronik di Jakarta) untuk konsumen di Jatim sampai Indonesia timur. Namun, seiring waktu, pesona Hi-Tech Mall memudar dan kian redup karena turut terdampak pandemi Covid-19 (Coronavirus disease 2019).
Harapan
Ketua Paguyuban Pedagang Hi-Tech Mall Rudy Abdullah mengatakan, sebagian besar pedagang meyakini pusat belanja ini bisa kembali bangkit dan sukses seperti masa lalu. Ketika pengelolaan diserahkan kepada Pemerintah Kota Surabaya per 1 April 2019 dari pihak ketiga, pedagang kukuh bertahan dan menginginkan aktivitas ekonomi di Hi-Tech Mall dilestarikan.
”Walaupun muncul tempat baru untuk belanja produk TI, memori kolektif warga Surabaya masih kuat untuk kembali ke Hi-Tech Mall,” kata Rudy. Misalnya dalam masa pandemi Covid-19 ketika kunjungan ke pusat belanja amat dibatasi, selalu ada konsumen yang berbelanja di gedung lima lantai seberang Taman Makam Pahlawan Kusuma Bangsa itu.
Untuk itu, paguyuban menyambut baik rencana Pemerintah Kota Surabaya mengonsolidasi pedagang agar tidak berpencar. Pada Selasa (5/4/2022), sebagian pedagang mengikuti pengundian penempatan kios atau stan di lantai dasar. Di bagian ini terdapat 171 stan dengan 118 stan di antaranya berstatus sudah beroperasi. Penempatan 53 stan dengan sistem undi.
Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Surabaya Ira Tursilowati mengatakan, pengonsentrasian pedagang bertujuan memudahkan pemeliharaan gedung, efisiensi listrik, dan renovasi atau revitalisasi bangunan.
”Setelah semua pedagang pindah ke lantai dasar, kami akan melanjutkan dengan renovasi di lantai 2, lantai 3, dan bagian lainnya yang tidak digunakan,” kata Ira. Pemerintah juga menjanjikan pemasangan sarana pendukung, terutama mesin anjungan tunai mandiri, kebersihan lantai, toilet, penyejuk ruangan, dan pencahayaan. Semoga cara itu akan menarik lebih banyak pengunjung.
Terpadu
Hi-Tech Mall berdampingan dengan Taman Hiburan Rakyat (THR) dan Taman Remaja Surabaya (TRS) dalam suatu kompleks lahan milik Pemerintah Kota Surabaya. THR menjadi pusat aktivitas seni budaya, sedangkan TRS untuk memuaskan pengunjung yang senang dengan wahana permainan. Hi-Tech Mall, yang sebelumnya disebut THR Surabaya Mall, untuk belanja produk konsumtif, termasuk makan minum.
Menurut beberapa sumber literatur, awal abad ke-20 atau sejak 1905, Pemerintah Kolonial Hindia Belanda mengadakan pasar tahunan (jaarmarkt) untuk seluruh golongan rakyat di kawasan Hi-Tech Mall saat ini. Sejak 1961, konsep pasar tahunan diubah menjadi THR oleh pemerintah daerah Surabaya dengan pementasan ludruk, wayang orang, ketoprak, dan srimulat.
Namun, seiring perjalanan waktu sampai 1980, eksistensi THR meredup. Pemerintah mencoba mengembalikan kejayaan melalui revitalisasi dengan melibatkan swasta sebagai investor. Pada April 1989, PT Sasana Boga menyelesaikan pembangunan gedung pusat belanja yang dinamai THR Surabaya Mall. Perusahaan berhak mengelola dan mendapatkan benefit ekonomi melalui kerja sama bangun serah guna (build operate transfer) selama 30 tahun atau berakhir 31 Maret 2019.
Dalam proses pembangunan gedung turut dibangun gedung-gedung pusat seni tradisi untuk ludruk, srimulat, wayang, ketoprak, arena permainan, dan kolam renang. Pemerintah Kota Surabaya menyerahkan pengelolaan terutama kawasan TRS kepada pihak ketiga dengan masa pengelolaan yang juga telah berakhir pada 2020.
Namun, sejarah mencatat, sejak THR Surabaya Mall dibuka, permasalahan selalu hadir. Silih berganti ritel hadir dan mencoba bertahan. Pada 2001, dunia termasuk Indonesia mengalami ledakan produk TI. Pengelola THR Surabaya Mall mendorong agar deretan tenan turut diisi produk elektronik dan TI.
Sejak Januari 2004, THR Surabaya Mall menyelesaikan reposisi pangsa pasar menjadi pusat belanja produk elektronik dan TI sekaligus mengubah nama menjadi Hi-Tech Mall. Pada saat bersamaan, gerai Matahari menutup toko (Mega M) sehingga menguatkan reposisi Hi-Tech Mall.
Akhir 2010, gegap gempita Hi-Tech Mall mulai melesu karena pergeseran kebutuhan masyarakat akan produk elektronik dan TI. Sejumlah pedagang produk TI berpindah ke pusat belanja lain yang menempuh reposisi pangsa pasar, misalnya Marina Plaza dan World Trade Center. Selain itu, pemerintah juga berencana lain terhadap pemanfaatan kawasan THR, TRS, dan Hi-Tech Mall.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi saat masih menjabat Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya pernah mengatakan, ada rencana merevitalisasi kawasan THR itu sebagai pusat kebudayaan. Namun, di zaman pemerintahan wali kota Tri Rismaharini (kini Menteri Sosial) sulit menemukan investor baru setelah berakhirnya kontrak BOT 1 April 2019.
Setelah kontrak berakhir, sepekan pemerintah menutup Hi-Tech Mall untuk pendataan pedagang. Sejak pekan kedua April 2019, pemerintah sebagai pemilik dan pengelola gedung meluncurkan nama baru, yakni THR IT Mall.
Eri pernah mengatakan, program revitalisasi THR sebagai pusat kebudayaan masih berlanjut dan akan diintegrasikan dengan THR IT Mall. Di eks-THR di belakang gedung pusat belanja itu dimungkinkan dibangun gedung baru yang terhubung dengan THR IT Mall. Untuk itu, kegiatan ekonomi khusus produk elektronik dan TI dipertahankan, tetapi sebagian gedung pusat belanja juga diperuntukkan bagi aktivitas budaya.
Masalahnya, sampai saat ini, belum ada langkah yang terlihat jelas dalam program pembangunan pusat kebudayaan di bekas kawasan THR dan TRS itu. Yang ada, sebagian pedagang produk elektronik dan TI bertahan di dalam gedung tua dan kusam. Meski begitu, mereka percaya rezeki masih akan mengalir, memutar ekonomi dan roda kehidupan, seperti siang itu, ketika para penjaga toko menyapa pengunjung di antara alunan keras musik pop.