Pembunuh Babinsa dan Bidan di Yalimo Diduga Incar Senjata Api
Para pelaku yang membunuh Sersan Satu Eka Andriyanto Hasugian dan istrinya diduga mengincar senjata api milik korban. Satuan TNI AD di Yalimo masih mengejar para pelaku untuk diproses hukum.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Pihak kepolisian mengungkap fakta terbaru di balik penyerangan yang menewaskan Sersan Satu Eka Andriyanto Hasugian dan istrinya Sri Lestari, salah satu tenaga bidan di Distrik Elelim, Kabupaten Yalimo. Para pelaku terindikasi mengincar senjata api milik Eka yang juga seorang bintara pembina desa atau babinsa.
Hal ini disampaikan Wakil Kepala Operasi Damai Cartenz Komisaris Besar Faizal Ramadhani di Jayapura, Papua, saat dihubungi pada Selasa (5/4/2022).
Faizal memaparkan, para pelaku sama sekali tidak mengambil harta benda di rumah korban saat melakukan penyerangan pada Kamis (31/3/2022) pada pukul 06.15 WIT. ”Para pelaku yang diduga anggota KKB mencari senjata milik korban di dalam lemari dan tempat lainnya. Namun, mereka tidak menemukannya,” ungkap Faizal. Diduga para pelaku berafiliasi dengan kelompok kriminal bersenjata (KKB) dari wilayah di luar Yalimo.
Eka meninggal dunia setelah terkena tembakan di bagian rusuk kanan. Sementara Sri yang merupakan bidan di Puskesmas Elelim meninggal dunia setelah menderita luka bacok di leher. Para pelaku juga melukai salah satu dari dua anak korban yang berusia dua tahun dengan memotong dua jari tangannya.
Faizal mengatakan, saat ini Satgas Penegakan Hukum Damai Cartenz telah berada di Elelim, ibu kota Yalimo untuk melaksanakan upaya penyelidikan dan penegakan hukum terhadap anggota KKB terkait kasus ini.
Sebelumnya Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN-OPM) Sebby Sambom menyatakan, pihaknya tidak bertanggung jawab atas aksi penyerangan Sertu Eka dan keluarganya. Sebby menyebutkan tidak ada instruksi dari pihaknya untuk melakukan aksi di Yalimo
Faizal pun menegaskan, pernyataan Sebby Sambom yang menolak pihaknya terlibat aksi penyerangan Sertu Eka dan Sri di Elelim tidaklah valid.
”Sebby menyampaikan informasi yang tidak benar. Ia sama sekali tidak mengenal para pelaku yang terlibat aksi ini. Kami sudah memiliki data para pelaku dan mengungkapnya dalam waktu dekat,” tegas Faizal.
Sementara itu, Kapolres Yalimo Ajun Komisaris Besar Hesman Napitupulu mengatakan, pihaknya telah memeriksa enam saksi terkait penyerangan pada Sertu Eka dan istrinya. Hesman menyebutkan, penyidik menemukan selongsong peluru dengan kaliber 5,56 milimeter dari hasil olah tempat kejadian perkara.
”Kami akan memeriksa sejumlah saksi lagi untuk mengumpulkan data terkait para pelaku. Kami bersama TNI terus melaksanakan patroli dan razia senjata tajam untuk mencegah kejadian ini terulang kembali,” tutur Hesman.
Komandan Resor Militer 172/Praja Wira Yakhti Brigadir Jenderal TNI Izak Pangemanan menyatakan tidak terjadi perampasan senjata milik Sertu Eka dalam insiden tersebut. Sebab, senjata tersebut tetap berada di Pos Koramil Elelim.
Izak pun telah menginstruksikan seluruh jajarannya untuk bermukim di area Pos Koramil Elelim dan terus mengejar pelaku hingga tertangkap. Tujuannya untuk mengantisipasi serangan kelompok bersenjata yang dialami Sertu Eka dan keluarganya.
”Almarhum Eka tinggal di rumahnya yang jauh dari pos dan berada dekat Puskesmas Elelim. Sebab, istrinya sebagai tenaga kesehatan harus melayani banyak warga setiap hari,” ungkap Izak.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Yalimo Yunus Sambom mengaku, penyerangan Sertu Eka dan istrinya Sri sangat mengejutkan pihaknya. Sebab, insiden penyerangan warga sipil hingga tewas baru pertama kali ini terjadi di Yalimo.
”Aksi ini sangat berdampak besar bagi pelayanan kesehatan di Yalimo. Sri salah satu bidan terbaik yang telah lama mengabdi di Puskesmas Elelim, khususnya pelayanan posyandu di kampung-kampung,” kata Yunus.