Bibir Sungai Tergerus, Enam Rumah di Pinggir Brantas Longsor
Longsor menjadi salah satu kerawanan bencana di Kota Malang selama ini selain genangan (banjir), puting beliung, dan pohon tumbang.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Enam rumah warga di bibir Sungai Brantas longsor. Akibat kejadian ini, belasan orang mengungsi. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini. Longsor serupa pernah terjadi beberapa tahun lalu.
Selasa (5/4/2022) sekitar pukul 10.00, enam rumah di RT 005 RW 006 Kelurahan Muharto, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang, Jawa Timur, longsor. Akibatnya, rumah di bibir Sungai Brantas itu turut tergerus dan jatuh ke sungai dengan ketinggian tebing sekitar 10 meter.
”Akibat longsor, enam keluarga atau belasan orang harus mengungsi ke rumah saudaranya masing-masing,” kata Mochammad Cholil (40), Ketua RT 005. Menurut Cholil, yang rumahnya juga longsor, sebenarnya tanda-tanda longsor sudah ada sejak seminggu lalu. Tanda-tanda longsor semakin kelihatan dalam tiga hari lalu.
”Lalu pagi ini saya dan orang-orang bekerja bakti menurunkan genting rumah agar beban rumah tidak semakin berat sehingga mengurangi potensi longsor. Namun, tetap saja sekitar pukul 10.00 longsor terjadi,” kata pria yang juga harus mengungsi bersama lima anggota keluarganya itu.
Pada 2014, longsor serupa menurut Cholil juga terjadi di sana. ”Dahulu rumah saya juga kena. Sekarang kena longsor lagi,” katanya.
Menurut Cholil, ia sebenarnya sudah meminta bantuan agar tebing sungai tersebut dibuatkan talut permanen. Hal itu dinilainya akan mengurangi potensi longsor di kemudian hari. ”Sudah sebulan ini pengajuan pembuatan talut kami mintakan kepada pemerintah pengelola sungai, tetapi tidak juga ada jawaban. Kalau segera dibuatkan talut, mungkin kondisinya tidak separah ini,” kata Cholil.
Kerawanan bencana di Kota Malang selama ini selain genangan (banjir), puting beliung, pohon tumbang, salah satunya juga longsor. Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Malang mencatat, daerah rawan longsor terutama di daerah aliran Sungai Brantas, termasuk di antaranya beberapa DAS di Kota Malang, seperti DAS Amprong, Bango, dan Metro.
”Secara khusus, saya belum bisa berkomentar soal longsor tersebut karena ini saya posisi dalam perjalanan pulang dari luar kota. Namun, untuk longsor di pinggir sungai seperti itu, saya sudah tidak bisa banyak omong. Seperti halnya, Kota Malang di daerah ketinggian kok bisa banjir. Ini sama dengan itu,” kata Wali Kota Malang Sutiaji saat dihubungi.
Selama ini, salah satu sebab munculnya genangan di Kota Malang, menurut Sutiaji, adalah banyaknya masyarakat membuang sampah di sungai atau aliran air. ”Biasanya hal itu ketahuan saat hujan deras lalu di lokasi itu timbul genangan. Setelah diperiksa, rupanya banyak sumbatan sampah keluarga, seperti kasur rusak, dan seterusnya di sana,” kataya.
Oleh karena itu, Sutiaji berharap, masyarakat turut berusaha menjaga lingkungan sekitar. ”Dinas lingkungan hidup dan personel Pemkot Malang akan juga mencegah bencana, misalnya, dengan memotong pohon rawan tumbang guna mencegah pohon tumbang. Warga juga diharapkan menjaga lingkungannya dengan tidak membuang sampah di aliran air sehingga tidak lagi muncul genangan saat hujan datang,” katanya.