Perubahan Warna Danau Kawah Kelud Bukan Indikasi Erupsi
Erupsi terakhir Gunung Kelud tahun 2014 menghasilkan danau kawah di puncak gunung setinggi 1.731 mdpl itu. Beberapa pekan terakhir, air di danau itu berubah warna, diperkirakan akibat proses hidrotermal.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Air di danau kawah Gunung Kelud di perbatasan Kabupaten Malang, Kediri, dan Blitar, Jawa Timur, beberapa pekan terakhir mengalami perubahan warna dari coklat kekuningan menjadi hijau kebiruan. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebut, fenomena ini bukan akibat kenaikan magma menuju erupsi, melainkan proses hidrotermal di kedalaman dangkal.
”Perubahan yang terjadi pada warna danau Kelud saat ini tidak berkaitan dengan kenaikan magma yang menuju erupsi,” ujar Kepala Subbidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Barat PVMBG Nia Haerani melalui pesan aplikasi percakapan, Minggu (3/4/2022).
Nia menjawab pertanyaan Kompas soal perubahan warna air danau di puncak gunung setinggi 1.731 meter di atas permukaan laut itu. Hingga kini, aktivitas Kelud masih dalam status normal level 1. Kelud mengalami erupsi terakhir 13 Februari 2014.
Sejauh ini, menurut Nia, secara kegempaan dan deformasi tidak ada peningkatan di Kelud. Artinya, perubahan warna air di danau seluas 8,5 hektar itu tidak mengindikasikan adanya material magma yang bergerak ke permukaan.
Meski demikian, pemantauan tetap dilakukan secara intensif guna mengantisipasi jika terjadi peningkatan aktivitas. Beberapa hari lalu, tim dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta juga telah mengambil sampel gas untuk dianalisis di laboratorium.
Mengenai hasil penelitian laboratorium terhadap air kawah oleh BPPTKG masih butuh waktu untuk preparasi dan analisis. Minggu ini diperkirakan hasilnya sudah keluar. Pada danau vulkanik, kata Nia, jika terjadi peningkatan aktivitas yang disertai adanya infiltrasi (pergerakan) gas-gas vulkanik dari dasar danau, warna air kawah pada umumnya akan berubah keruh dan lebih pucat, abu-abu, hujau toska, atau keputih-putihan.
Perubahan warna itu terjadi akibat endapan dari dasar danau terangkat ke permukaan akibat konveksi dan turbulensi. ”Biasanya berupa endapan-endapan mineral karbonat, sulfat, dan sulfida yang terbentuk dari hasil reaksi dengan gas-gas vulkanik,” katanya.
Dia melanjutkan, adanya logam-logam kromatik, seperti Fe (besi), Cr (kromium), Mn (mangan), dan Cu (tembaga), akan membuat warna danau lebih variatif menjadi kebiruan, kemerahan, dan kehijauan.
Pada 30 Maret, PVMBG mencuitkan informasi terkini aktivitas gunung api Kelud di akun resmi Twitter mereka. Selain menampakkan empat buah foto kawah dengan warna berbeda, PVMBG juga memberikan keterangan tulisan:
”Teramati telah terjadi perubahan aktivitas di Danau Kawah Gunung Kelud. Potensi bahaya saat ini adalah pelepasan gas beracun dan erupsi freatik di sekitar danau kawah. Tingkat aktivitas Gunung Kelud masih berada pada Level 1 (normal).”
Isi cuitan berlanjut, ”Masyarakat dan wisatawan untuk tidak memasuki/mendekat kawasan kawah aktif Gunung Kelud karena bisa terjadi aktivitas vulkanik tiba-tiba yang dapat mengancam keselamatan.”
Dihubungi secara terpisah, petugas Pos Pemantauan Gunung Kelud di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, Budi Prianto, membenarkan tentang adanya perubahan air kawah. PVMBG pun merekomendasikan agar warga dan wisatawan tidak mendekati kawasan kawah. ”Oleh karena itu, masyarakat dan wisatawan mesti mematuhi rambu-rambu yang ada untuk tidak mendekat ke kawah. Biasanya masih ada wisatawan yang suka menerobos,” ujarnya.