Salurkan 15 Ton Minyak Curah, Kota Magelang Prioritaskan Pedagang Gorengan dan Kerupuk
Pemerintah Kota Magelang akan menyalurkan 15 ton minyak goreng curah melalui mekanisme operasi pasar. Sasaran utama adalah kalangan industri mikro dan kecil, seperti penjual gorengan dan kerupuk.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Pada bulan April, Pemerintah Kota Magelang, Jawa Tengah, akan mendistribusikan 15 ton minyak goreng curah melalui mekanisme operasi pasar. Sasaran prioritas penyaluran tersebut adalah industri kecil dan menengah (IKM). Kebijakan ini ditempuh untuk mendukung industri mikro dan kecil setempat tetap bertahan.
”Sasaran prioritas kami adalah IKM, seperti industri tahu dan pembuatan kerupuk. Setelah itu, sisanya kami distribusikan untuk kalangan pedagang pasar dan masyarakat,” ujar Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Magelang Catur Fajar Budi Sumarmo saat ditemui, Jumat (1/4/2022). Minyak curah tersebut akan dijual dengan harga sesuai HET, yakni Rp 15.500 per kilogram.
Operasi pasar (OP) minyak goreng curah akan dilaksanakan tiga kali dan direncanakan pada 7, 22, dan 29 April 2022. Menurut Catur, IKM menjadi sasaran prioritas karena kelompok industri ini menjadi pelaku yang biasa menggunakan minyak goreng curah dalam volume besar untuk aktivitas produksi. Untuk menghemat biaya produksi, penggunaan minyak goreng curah tidak mungkin digantikan produk minyak kemasan yang lebih mahal.
Sejauh ini, kata Catur, jumlah IKM di Kota Magelang terdata 200-300 unit. Dalam waktu dekat, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Magelang juga akan menindaklanjuti rencana dengan memetakan rata-rata kebutuhan setiap IKM. Namun, dengan melihat pasokan yang akan diterima, setiap IKM diperkirakan menerima 30-50 kg minyak goreng curah.
Operasi pasar minyak goreng curah, menurut Catur, dinilai mendesak karena harganya di pasaran kini sudah melambung tinggi di atas HET. Dia mencontohkan, di salah satu pasar di Kota Magelang harga minyak goreng curah berkisar Rp 22.000 hingga Rp 23.000 per kg.
Catur pun optimistis, OP minyak goreng curah ini juga ditunggu dan akan diminati masyarakat umum dari kalangan rumah tangga. ”Saat harga minyak goreng kemasan melejit, maka masyarakat umum pun akan ikut menyerbu minyak goreng curah,” ujarnya.
Operasi pasar minyak goreng curah dinilai mendesak karena harganya di pasaran kini sudah melambung tinggi di atas HET. Di salah satu pasar di Kota Magelang, harga minyak goreng curah berkisar Rp 22.000 hingga Rp 23.000 per kg. ( Catur Fajar Budi Sumarmo)
Sementara itu, Catur menuturkan, pihaknya tidak bisa melakukan upaya apa pun untuk mengendalikan minyak goreng kemasan. ”Pemerintah pusat menetapkan kebijakan relaksasi pasar. Oleh karena itu, saat harga minyak goreng kemasan melejit hingga harga berapa pun, kami tidak memiliki kewenangan apa pun mengendalikannya,” ujarnya.
Kendati demikian, dia tetap yakin, kenaikan harga minyak goreng kemasan tetap dalam batas kewajaran dan masih bisa diterima masyarakat. Dari pemantauan harga dan persediaan bahan pokok di Kota Magelang, harga minyak goreng kemasan per dua liter di gudang salah satu distributor mencapai Rp 45.000. Sementara itu, harga di swalayan dan pasar mencapai Rp 47.000 per kemasan. Dengan selisih harga yang tidak terlalu jauh, dia yakin harga itu masih cukup terjangkau masyarakat.
Sementara itu, tingginya harga minyak goreng kemasan yang sudah terjadi sebelum Lebaran membuat sejumlah pedagang di Pasar Rejowinangun gelisah. Ningsih, salah seorang pedagang, mengatakan, sejak dua minggu lalu, harga minyak goreng kemasan sudah berkisar Rp 25.000-Rp 27.000 per liter. Kondisi itu saja sudah membuat banyak pelanggannya yang berasal dari kalangan pengusaha kecil, seperti penjaja gorengan dan warung angkringan, mulai mengurangi pembelian minyak goreng.
”Ada sejumlah pelanggan yang mengurangi pembelian dan bahkan beberapa lainnya mengaku akan berhenti berjualan gorengan untuk sementara waktu,” ujarnya.
Saat mendekati Lebaran, dia menduga harga bahan kebutuhan pokok akan semakin naik. ”Sama seperti warga lain, saya pun saat ini khawatir harga minyak goreng bakal naik lagi,” ujarnya.
Siti, pedagang lainnya, mengatakan, sejak sebulan terakhir, dirinya memutuskan berhenti berjualan minyak goreng. Selain karena stok minyak goreng langka dan sulit didapat, dia enggan mencarinya karena dari informasi yang didapatkan, sejumlah pengepul sudah menawarkan harga minyak goreng kemasan dengan harga Rp 25.000 per liter.
”Mendengar harga yang sedemikian mahal, saya bingung harus menjual dengan harga berapa. Oleh karena itu, lebih baik saya berhenti berjualan minyak goreng kemasan saja,” ujarnya.